Mohon tunggu...
Ahmad Sahid
Ahmad Sahid Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Gitu aja kok repot..!!

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Batas Nalar dan Logika Manusia, Mencari Eksistensi Tuhan

18 Agustus 2023   14:37 Diperbarui: 18 Agustus 2023   14:45 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Manusia mempunyai kemampuan nalar untuk mengetahui suatu hal dengen alasan-alsan yang logis. Berfikir, daya ingat, dan pemahaman adalah elemen daripada nalar manusia. Penggunaan nalar ini juga membawa manusia untuk menuju kehidupan yang lebih baik dari zaman ke zaman dengen kemajuan perangkat kehidupan. Semakin nalar itu digunakan tau diasah dengan baik, maka kecerdasan dan intelektualitas seseorang akan semakin meningkat.

Kemajuan teknologi saat ini adalah salah satu dari kumulasi hasil penalaran daya pikir seseoarang dari masa ke masa. Kemajuan yang sangat pesat, yang dulunya manusia sangat bergantung pada kondisi alam menjadi bisa membuat rekayasa atas keadaan alam itu sendiri dengan bantuan teknologi. 

Dan ketika manusia telah merasa mampu mengendalikan dunia, dia mempertanyakan eksistensi tuhan berdasarkan rasionalitas penalaran yang sifatnya adalah materialistis. Dia mencoba menalar keberadaan tuhan hingga mencari partikel-partikel wujud daripada tuhan, yang tentunya tidak akan pernah dia temukan dalam wujud tersebut.

Perlu digaris bawahi, bahwa nalar juga mempunyai keterbatasan-keterbatasan inheren atau bawaan yang mana tidak jarang mengarahkan kapada kekeliruan. karena kemampuan nalar seseorang itu tunduk dan terbatas pada kontruksi pemahaman dan pengalaman keilmuan  dan kondis sosial yang juga terbatas pada sekat ruang dan waktu. 

Cukup konyol jika memaksakan hasil nalar kita untuk dijadikan acan kebenaran bersama yang absolut. Baniak sekali hal-hal di dunia ini yang belum kita ketahui, dan sering kita menemui kejadian-kejadian diluar nalar kita, tidak bisa dilogikakan untuk secara empiris. Akan terapi harus dilogikakan dengan pendekatan spiritual keimanan dengan petunjuk dari firman tuhan.

Terbukti banyak ide-ide logis panda suatu masa yang belum bisa diterima secara pasional dan terlihat bodoh, akan tetapi pada suta masa kemuadian hal itu bisa dibuktikan dengan nalar dan logika kebenarannya. Misklnya adalah komunikasi dapat terjadi melintasi dunia daam hitungan detik. Statement terse but tidak rasional pada masa teknologi belum ditemukan. Tapi sekarang hal itu sandat mudah untuk diterima kebenarannya.

Untuk mengetahui tuhan itu ada, sebenarnya bisa dilakukan dengan menggunakan pendekatan asumsi logika yang sering kita gunakan mehari hari. Untuk mengetahui tuhan itu ada, tidak harus bertemu dengan tuhan. Kita bisa melihat dari tanda-tanda dan sifat-sifat tuhan yang bertebaran disekeliling kita. Contoh analogi sederhana daam kehidupan mehari-hari. Kita melihat ada meja di dalam rumah kita, apakah meja itu ada yang membuat tau meja itu terbuat dengan sendirinya tanpa ada yang membuat? Jawabannya pasti ada yang membuat. 

Nah, sama halnya pengan alam seresta dan seisinya ini apakah ada yang membuat (menciptakan) atau dengan sendirinya tercipta? Kalau dengan sendirinya tercipta maka itu akan sangam mengerikan, berarti setiap partikel yang menyusun alam seresta ini mempunyai kekuatan dan kehandak sendiri dan bisa saling menyerangu satu sama lain. Kalau tercipta dengan sendirinya kenapa alam semesta ini seimbang? Dan planet-planet tidak bertabrakan sera mempunyai garis edarnya sendiri-sendiri? Sangatlah aneh jika memaksakan klaim bahwa alam seresta ini tidak ada yang menciptakan alias tercipta dental sendirinya.

Sebenarnya sangat sederhana untuk melogikakan bahwa ada tuhan pencipta alam seresta ini, dengan memperhatikan ciptaannya saja seharusnya sudah bisa membuat seseorang mengakui keberadaan sang pencipta.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun