Assalamu'alaikum wr.wb
Dewasa ini perkembangan teknologi digital mengalami peningkatan yang sangat pesat. Inovasi dan kecanggihan yang terus dikembangkan akan sangat membantu kehidupan manusia. Teknologi telah mempengaruhi dan mengubah manusia dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga kehidupan masyarakat Indonesia saat ini tidak terlepas dari teknologi digital.
Memasuki era globalisasi, Pancasila sebagai ideologi berbangsa dan bernegara menghadapi tantangan dalam penerapan juga dalam keseharian masyarakat. Masuknya ideologi alternatif melalui internet ke dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat di Indonesia tak terbendung.
“Di era digital ini penerapan Pancasila sebagai ideologi berbangsa dan bernegara menghadapi tantangan yang sangat berat munculnya budaya asing yang menggeser budaya di indonesia,” kata CEO Media Kupas Tuntas Grup, Donald Harris Sihotang dalam Webinar Literasi Digital bertema Pemanfaatan Internet Sebagai Sarana Edukasi Guna Memperkuat Pancasila.
Menurut Donald, sejatinya Pancasila merupakan ideologi terbuka dalam menyerap nilai-nilai baru yang dapat bermanfaat bagi kehidupan bangsa. Namun, kewaspadaan nasional terhadap ideologi baru.
“Maraknya penyebaran hoaks dan informasi yang memecah belah bangsa dan negara indoneseia, dimana hal itu melanggar nilai yang terkandung dalam sila ketiga Pancasila yaitu Persatuan Indonesia,” menambahkan memberi contoh.
Ditambahkan pula, terjadi pula kemerosotan nilai-nilai moral yang mengancam eksistensi nilai-nilai luhur bangsa. Selain itu, terkikisnya rasa empati dan peduli terhadap sesama.
“Perilaku pengguna internet (warganet) Indonesia perlu ditingkatkan terus. Kita adalah bangsa yang berbudaya, tapi hal tersebut kurang terlihat sehingga ketika beraktivitas di ruang digital harus disertai dengan meningkatkan nilai budaya dan etika,” di katakan oleh Dirjen Aptika,Samuel A. Pangerapan dalam webinar Siberkreasi Mahasiswa Indonesia Makin Cakap Digital.
Adapun strategi untuk memperkuat rasa nasionalisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, menurut Donald, dapat dilakukan melalui pendidikan formal, memberikan pendidikan karakter berdasarkan nilai-nilai pendidikan, dan memperkuat rasa nasionalisme melalui pendekatan budaya populer semisal musik, film dan olahraga.
“Pancasila tidak hanya menghafalkan butir-butir dari kelima sila, melainkan memahami arti dari setiap sila dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan masyarakat,” tegas Donald.
Sementara itu Dosen Komunikasi Universitas Mercu Buana, Dudi Iman Hartono mengatakan pengamalan Pancasila melalui P4 melalui pendidikan formal kepada generasi Baby Boomer atau generasi X, saat ini sudah tidak dapat dilakukan terhadap generasi Z.