Mohon tunggu...
Ahmad Rosyadi
Ahmad Rosyadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

bermain futsal dan explore

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penerapan Kurikulum Merdeka, Bagaimana Pandangan Guru?

23 Desember 2022   19:06 Diperbarui: 23 Desember 2022   19:36 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi ahmad rosadi

dokumentasi ahmad rosadi
dokumentasi ahmad rosadi

Kurikulum Merdeka terus digemakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) yang dipimpin oleh Nadiem Makarim. Semangat untuk mewujudkan Merdeka Belajar pun dirasakan di sejumlah sekolah dan para guru. Lantas bagaimana pendapat guru terkait penerapan kurikulum Merdeka tersebut.


Salah satu guru di Madrasah Aliyah Negri 2 Kota Tangerang, Luthfi Hamami mengakui bahwa ada harapan besar terhadap telah diterapkannya Kurikulum Merdeka, yakni terwujudnya anak didik yang berakhlak mulia, jujur, cerdas, unggul, inovatif, kreatif, berkarakter Indonesia, berdaya saing tinggi, dan memiliki spirit nasionalisme kebangsaan yang bagus serta mampu beradaptasi dengan kehidupan global.

Guna mewujudkan harapan tersebut diperlukan peran dari para guru dan kepala sekolah. Sebagai pembelajaran untuk mampu menggerakkan semua komponen yang ada di sekolah sebagai agen perubahan yang menjadi sentral adalah memberikan pelayanan prima kepada peserta didik, sehingga mereka dapat berkembang secara optimal.

Oleh karena itu menurut Luthfi Hamami, terdapat sejumlah aspek dalam penerapan Kurikulum Merdeka terkait pembelajaran. Pertama, Metode: IQRA (Identification/Idetifikasi, Question/bertanya, Researching/mencari tahu, dan Applying/menerapkan. Kedua, aspek pendekatan: STSE (Science Technology Society and Environment) atau SATEMALING (SAin, TEknologi, MAsyarakat, dan lingkungan). Ketiga aspek model : IBL (Inquery Base Learning), PBL (Problem Based Learning) dan atau PjBL (Project Based Learning). Keempat, aspek penyampaian : 'pemain ras kidal' merupakan akronim dari pembelajaran Menyenangkan, Aktif, INovatif, Ramah, Sosial, Kreatif, Imajinatif, Dan rasionAL. Sedangkan kelima, aspek evaluasi: High Order Thinking Skills (HOTS)," ungkap Luthfi Hamami, Senin (5/12).

Sedangkan menurut guru di SMK Bina Insani.

" Dalam penerapan Kurikulum Merdeka menuntut kesiapan guru untuk menyiapkan siswa dapat berdialog dengan realita kehidupan agar mereka nantinya dapat bersaing baik secara kompetitif maupun komparatif dengan orang lain dari berbagai negara (survive dalam kehidupan global). "Apakah ini utopia? Waktu yang akan membuktikan dan zaman yang akan mengujinya," ujar Hermawan, Senin (5/12).

Dalam pandangan Hermawan, guru menjadi garda terdepan menuju bangsa yang maju, berkualitas dan memerdekakan dengan cara terus berinovasi dan bertransformasi mewujudkan merdeka belajar di seluruh nusantara. Seiring dengan terjadinya dinamika di dunia pendidikan, Hermawan melihat bahwa posisi guru harus dapat memenuhi sejumlah harapan.

Pertama, harus dapat menjadi contoh dan teladan bagi murid. Kedua, mampu membentuk nilai karakter kepribadian yg baik serta nilai kebangsaan dalam menghadapi globalisasi bagi siswa.

Ketiga, harus berwawasan utk menguasai teknologi, mengasah dan mengupdate perkembangan ilmu untuk mengikuti perkembangan zaman. Dan keempat, aspek ikhlas dalam memberikan pelayanan (Ati)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun