Saudaraku sekalian,tentu sudah tidak asing bagi kita bahwasanya Al-Qur'an memiliki banyak sekali surah di dalamnya. Terhitung ada 114 surah di dalamnya dengan jumlah lebih dari 6000 ayat mulai dari surah al-Fatihah hingga surah an-Nas. Semua itu tentu saja membahas segala yang diperlukan oleh manusia sebagai pedoman dalam menjalani kehidupannya.
Salah satu surah yang terdapat di dalamnya ialah surah Al-Baqarah yang merupakan surah kedua dalam urutan mushaf Al-Qur'an. Surah ini juga merupakan surah yang paling panjang di dalamnya dengan total 286 ayat yang panjangnya mencapai sekitar 50 halaman dalam mushaf standar Indonesia. Tentu terdapat banyak sekali pembahasan di dalamnya, mulai dari kisah-kisah, perintah-perintah, larangan-larangan, dan lain sebagainya.
Adapun penamaan surah ini sebagai "Al-Baqarah" diambil dari ayat 67 yang membahas tentang perintah Allah Swt. kepada Bani Israil untuk menyembelih seekor "Baqarah". Kata ini sering kali diartikan oleh para pakar sebagai "sapi betina" karena melihat bentuk katanya yang berasal dari kata "baqarun" () yang berarti sapi dan kemudian ditambah ta' marbuthah di akhir katanya. Akhiran ta' seperti ini biasanya dalam penggunaan bahasa Arab menunjukkan sesuatu yang bersifat mu'annats atau perempuan sehingga diartikan sebagai sapi "betina". Namun apakah benar seperti itu?
Setelah kami meninjau ilmu nahwu sharaf secara lebih mendalam, ternyata apa yang dimaksud TIDAKLAH DEMIKIAN. Ternyata tidak semua yang berakhiran ta' marbuthah itu berarti perempuan/betina. Dan tidak semua kata bisa diubah sifat mudzakkar (laki-laki) dan mu'annats (perempuan)-nya sesuka hati.
Dalam ilmu nahwu, kata yang bisa berubah-ubah sifatnya dengan penambahan ta' di akhir kata hanyalah isim musytaq yang memiliki shighat isim fa'il (pelaku) dan maf'ul (korban) seperti contoh kata ( ). Sedangkan untuk isim jamid seperti kata baqarun tadi tidak bisa berubah-ubah sifatnya seperti musytaq.Â
Perlu diketahui bahwa isim musytaq ialah isim yang memiliki akar kata sehingga dapat dibentuk menjadi berbagai jenis kata sebagaimana yang terdapat dalam ilmu sharaf, seperti fiil madhi, mudhari, mashdar, isim fa'il, dll. Sedangkan isim jamid ialah kata yang tidak punya akar kata sehingga tidak bisa diubah-ubah menjadi berbagai macam bentuk kata sebagaimana isim musytaq. Selamanya kata tersebut akan berbentuk seperti itu. Maka dari itu, kata baqarun tidak bisa diubah sifat jantan/betinanya hanya dengan penambahan ta' marbuthah karena ia termasuk isim jamid.
Selain itu, kata baqarun juga merupakan isim jenis jam'iy (bermakna banyak) yang mana kata itu mencakup seluruh jenis sapi. Kata ini menunjukkan jenis sapi dalam jumlah yang banyak, seperti sepuluh, seratus, bahkan lebih. Tidak ada batasan jumlah untuk penggunaan kata ini. Namun jika menghendaki hanya satu dari sekian banyak jenis itu, maka di sinilah fungsi penggunaan ta' marbuthah.
Kalau kita melihat konteks dalam ayat tersebut, maka dapat dipastikan bahwa yang dikehendaki bukanlah menyembelih banyak sapi, melainkan HANYA SATU SAJA. Dengan begitu, digunakanlah ta' marbuthah di akhir kata yang menunjukkan makna satu. Ta' ini disebut dengan ta' mufrad atau ta' wahdah.Â
Ta' ini digunakan sebagai pembatas dari isim jam'iy tadi yang bermakna banyak agar jelas bahwa yang dikehendaki hanya satu saja, bukan banyak. Di sinilah letak kesalahan pemaknaan yang sering terjadi di masyarakat, bahkan para ahli. Maka dari itu, makna yang benar dari kata Baqarah dalam ayat dan juga nama surah ini ialah "SATU EKOR SAPI", bukan sapi betina, karena tidaklah isim jamid seperti kata baqarun bisa diubah mudzakkar muannats-nya dengan menambahkan ta' di akhir katanya.
Mungkin cukup sekian yang bisa saya tulis. Bila ada kesalahan baik dalam teori dan lain-lainnya bisa dikoreksi dalam kolom komentar atau langsung menghubungi penulis.Semoga bermanfaat untuk semuanya, baik pembaca maupun penulis sendiri. Terima kasih..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H