Mohon tunggu...
Ahmad Rizky Pratama
Ahmad Rizky Pratama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta, Jurusan Teknik grafika dan penerbitan, Program Studi Penerbitan ( Jurnalistik )

Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta, Jurusan Teknik grafika dan penerbitan, Program Studi Penerbitan ( Jurnalistik ). Saat ini sedang menduduki semester 4. Saya tertarik dengan dunia Jurnalistik.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Menyikapi Gangguan Psikologis Anak Remaja Terhadap Pergaulan Bebas

26 Juni 2024   06:43 Diperbarui: 27 Juni 2024   06:58 1209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pergaulan bebas adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada perilaku sosial di mana seseorang, terutama remaja atau dewasa muda, terlibat dalam hubungan romantis atau seksual tanpa komitmen yang jelas atau tanpa ikatan formal seperti pernikahan. Fenomena ini dapat melibatkan berbagai tingkat keintiman fisik dan emosional antara individu tanpa batasan yang dikenakan oleh norma-norma sosial atau agama.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pergaulan bebas termasuk perubahan budaya, peningkatan urbanisasi, dan eksposur terhadap media dan teknologi yang mempengaruhi pandangan tentang hubungan manusia. Meskipun beberapa melihat pergaulan bebas sebagai ekspresi kebebasan pribadi, ada juga pandangan yang menyoroti risiko psikologis, emosional, dan sosial yang terkait dengan praktik ini.

Penting untuk dicatat bahwa pandangan tentang pergaulan bebas dapat bervariasi di berbagai budaya dan kelompok sosial. Beberapa masyarakat atau agama mungkin mengajarkan nilai-nilai yang menekankan komitmen dalam hubungan dan menilai pergaulan bebas sebagai perilaku yang tidak sesuai atau tidak etis. Di sisi lain, dalam konteks budaya yang lebih liberal, pergaulan bebas mungkin dianggap sebagai pilihan hidup yang sah.

Penting bagi individu untuk memahami nilai-nilai dan konsekuensi dari pergaulan bebas serta untuk membuat keputusan yang berdasarkan pada nilai-nilai pribadi dan kesejahteraan mereka sendiri. Komunikasi terbuka dan penghormatan terhadap nilai-nilai dan batasan pribadi dan kolektif merupakan faktor penting dalam menjalin hubungan yang sehat dan bermakna, apakah itu dalam konteks pergaulan bebas atau hubungan yang lebih terikat.

Di zaman modern ini, pergaulan bebas di kalangan remaja sering kali menjadi sumber gangguan psikologis yang signifikan. Remaja yang terlibat dalam perilaku ini sering menghadapi tantangan emosional seperti stres, kecemasan, dan bahkan depresi. Dalam menanggapi masalah ini, pendidikan dan kesadaran menjadi landasan penting. Program pendidikan yang menyeluruh di sekolah dan komunitas memberikan informasi yang diperlukan tentang konsekuensi negatif dari pergaulan bebas.

Gangguan Psikologis dikalangan remaja dipengaruhi oleh berbagai faktor yang kompleks. salah satunya, kurangnya pemahaman seksual yang memadai. Remaja yang tidak mendapatkan pendidikan seksual yang baik sering merasa bingung dan tertekan dalam menghadapi tekanan untuk terlibat dalam hubungan yang tidak sehat secara emosional dan seksual.

Ilustrasi foto: https://pixabay.com/id/images/search/media%20sosial/
Ilustrasi foto: https://pixabay.com/id/images/search/media%20sosial/

Selain itu, pengaruh negatif dari media sosial dan media massa juga berperan penting. Konten yang mempromosikan gaya hidup tidak realistis atau tidak sehat terkait pergaulan bebas dapat memberikan tekanan tambahan pada remaja untuk mengikuti tren tersebut demi mencari penerimaan sosial.

Ketidakmampuan mendapatkan pengawasan yang memadai dari orang tua juga dapat membuat remaja merasa terisolasi atau tidak mendapat dukungan dalam menghadapi pergaulan bebas. Hal ini bisa menyebabkan mereka mencari pemenuhan emosional dan sosial di tempat lain, termasuk melalui pergaulan bebas yang berisiko.

Faktor lain yang berperan adalah pengaruh kuat dari teman sebaya. Remaja sering kali merasa tertekan untuk menyesuaikan diri dengan kelompoknya yang terlibat dalam pergaulan bebas, agar tidak merasa terpinggirkan atau dianggap tidak penting.

Permasalahan identitas dan kurangnya rasa percaya diri juga dapat mendorong remaja untuk mencari pengakuan atau kepuasan diri melalui pergaulan bebas. Ini bisa menjadi bentuk pencarian identitas atau pemenuhan kebutuhan psikologis yang tidak terpenuhi sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun