Cukup, tak usah berpura-pura
Kau adalah kau yang berupa
Kita merupakan saudara tak sedarah yang rindu akan asa
Mengapa saling mencederai seakan tak pernah ada rasa
Dahulu kala, pendahulu kita berjuang dengan tangis tanpa mengaisÂ
Erat api di dada sebagai penghibur lara menghadapi penjajah
Meskipun, moncong senjata mengarah tepat ke pelipis
Perbedaan kita adalah kekuatan yang menjadi anugerah
Sejarah itu berulang bak aliran sungai yang kembali bermuara lagi
Maka, Â "Jangan sekali-sekali lupakan sejarah" begitu ucap sang proklamator bangsa ini
Karena jembatan itu terhubung antara kini dan nantiÂ
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!