Memahami mental {Gesit} Jawa tidak bisa satu kata, konsep, kalimat dimaknai secara tunggal, tetai bersifat Dasanama berasal dari kata dosa yang berarti sepuluh dan nama yang berarti sebutan atau nama kata dan lain-lain bersifat banyak arti makna, dan bersifat metafora.
Menurut kepercayaan masyarakat Jawa, Kakang kawah keluar dari rahim ibu sebelum si bayi, berwarna putih, tempatnya di kanan dilambangkabn sebagai malaikat Jibril yang bertugas membawa wahyu dan pembawa ilmu pengetahuan. Pendamping kedua berada di pusar dan getih  adalah darah yang keluar dari rahim ibu disaat melahirkan. Darah merupakan transportasi sari-sari makanan ke seluruh tubuh sehingga sel-sel dapat hidup. WarnaÂ
Nilai Filosofis perjalanan empat tahap menuju manusia sempurna oleh sang bima (Werkudara). Kisah tokoh Werkudara dalam menuju manusia sempurna pada cerita Dewaruci dapat dibagi menjadi empat tahap, yaitu : syariat, tarekat, hakikat, dan makrif (Jawa disebut: laku raga, laku budi, laku manah, dan laku rasa. Menurut ajaran Mangkunegara IV seperti disebutkan dalam Wedhatama, empat tahap ini disebut dengan : sembah raga, sembah cipta, sembah jiwa, dan sembah rasa.
Sadulur papat lima Pancer adalah falsafah Jawa Kuna yang memiliki makna spiritual teramat dalam. Kelima elemen dasar dalam falsafah tersebut berbicara tentang kelahiran seseorang manusia(jabang bayi) yang tidak lepas dari empat duplikasi penyertanya
Sadulur Papat Lima Pancer Metafora jiwa : Materi, Jiwa, dan SimbolÂ
- Watman : yaitu  rasa cemas / khawatir dari seorang ibu ketika hendak melahirkan anaknya. Ibu harus berjuang antara hidup dan mati dalam proses kelahiran. Watman adalah saudara tertua yang menyiratkan betapa utamanya sikap menaruh hormat dan sujud pada orang tua khususnya ibu. Kasih sayang, perhatian, dan doa ibu adalah kekuatan yang akan mengiringi perjalanan hidup sang anak.
- Wahman : yaitu kawah atau air ketuban. Fungsi air ketuban adalah menjaga agar janin dalam kandungan tetap aman dari goncangan. Ketika proses kelahiran terjadi, air ketuban pecah dan musnah menyatu dengan alam, namun secara matafisik ia tetap ada sebagai saudara penjaga dan pelindung.
- Rahman : yaitu darah persalinan. Darah adalah gambaran kehidupan, nyawa, dan semangat. Darah persalinan pada akhirnya musnah dan menyatu dengan alam, namun secara metafisik ia tetap ada sebagai saudara yang memberi semangat dalam perjuangan mengarungi kehidupan. Darah juga gambaran kesehatan jasmani dalam hidup seseorang.
- Ariman : yaitu ari=ari atau plasenta. Fungsi ari-ari adalah sebagai saluran makanan bagi janin dalam kandungan. Ariman adalah saudara tak kasat mata yang menolong seseorang untuk dapat mencari nafkah dan memelihara kehidupannya.
Dalam persepsi moralitas dan spiritualitas, orang yang memiliki kesadaran sedulur papat kalima pancer dapat dimaknai sebagai orang yang memiliki etika tinggi. Etika ini mencakup seluruh aspek kehidupan manusia dalam berbagai hubungan dan perannya dalam masyarakat.
Sadulur Papat Lima Pancer Metafora Jiwa : Penyatuan Dunia, Jiwa, dan simbol
Sadulur 4 ka-5 Pancer merupakan dasar yang kemudian dapat dikembangkan dalam berbagai pakem-pakem Jawa. Misalnya pakem tentang hari-hari Jawa, yaitu : pasaran Legi (Timur) menjadi warna putih, Pahing (selatan) menjadi warna merah, Pon (Barat) menjadi warna kuning, Wage (Utara) menjadi warna hitam, dan Kliwon (Tengah/Pusat).
Sadulur Papat Lima Pancer Metafora Dimensi Ruang dan Waktu
- Utara (Wage) yaitu, Tanah
- Barat (Pon) yaitu, Air
- Timur (Legi) yaitu, Udara
- Selatan (Pahing) yaitu, GENI_API
Sadulur Papat Lima Pancer Metafora : Tubuh, Jiwa, dan Simbol
- Mata (Utara), warna hitam, sukmanya langgeng, dihuni oleh Batara Sriten, atau teks Sunda Wiwitan Sang Hyang Tunggal_Mandala Agung
- Telinga (Barat), warna kuning, dihuni batara Sambu atau teks Sunda Wiwitan Sang Hyang Wenang_Brahma
- Lobang Hidung (Timur), menjadi warna putih, sukma purba, dihuni oleh Batara Bayu, atau teks Sunda Wiwitan Sang Hyang Wening_Wisnu
- Bibir dan Mulut (Selatan), sukma wasesa, berwarna merah suka rebut berantam dan konflik di huni oleh Batara Brahma atau teks Sunda Wiwitan Sang Hyang Guring Tunggal_Sang Hyang Guru Siwa
"Sajen Sadulur Papat" adalah pergeseran tindakan batiniah menjadi lahiriah. Ia adalah perubahan non materi, menjadi materi, untuk mencapai Geist mental Jawa Kun, "Sajen Sadulur Papat" adalah repetisi atau mimesis peniruan karya mikrokosmos pada mikro kosmos untuk akhirnya bisa menemukan Tuhan Maha Esa.
Sajen Sedulur Papat adalah bentuk lain maha karya seni agung, ingin menyatakan ada sesuatau yang (fixed), misalkan manusia tidak mungkin membikin pada, membuat nasi, dan seterusnya. "Sajen Sedulur papat" adalah ungkapan Nirkata, Meniru dengan meminjam "tata" (menata karya seni) atau karya sastra non kata dalam bentuk proses atau jika dikaji secara ilmiah dia adalah bentuk aplikasi Aristotle's Four Causes (dari bentuk material, Formal cause , efficient cause, dan final cause).
Sadulur Papat Lima Pancer 6 (enam) adalah bunyi atau suara pada musik "Nang Ning Nung Neng Gong" sebagai paripurna oleh rasa (rahsa/roso) dalam setiap ritual kehidupan manusia Jawa Kuna : Utara (Nung) yaitu kebesaran hati dan jiwa, Barat (Ning) yaitu jernih di hati dan pikiran, Selatan (Neng) yaitu daya cipta, Timur (Nang) yaitu Kemenangan lahir batin.