Generasi milenial yang menonton dan membaca Dilan 1990 ini, sebetulnya mereka yang "diganggu" romantisme generasi 90-an, dan "diusik" oleh kecanggihan zaman mereka sendiri.
Secara politik, mereka berada di era transisi reformasi. Â Pasca reformasi, mereka bebas, eksis, dan narsis. Mereka para performers yang haus akan aktualisasi diri. Tapi, kata Anis Matta, mereka adalah unsur demografi yang potensial, karena mereka terdidik, tehubung satu dengan lainnya, dan lebih demokratis. Di kesempatan lain, mereka juga acap disebut goldengenerations.
Pertemuan tiga generasi ini secara gamblang diwakili tiga pria tampan dari generasinya masing-masing. Bukan. Bukan Rangga, Dilan, dan Keenan. Mereka adalah, Pidi Baiq sebagai Dilan sesungguhnya di era 90-an, saya sendiri selaku generasi Phi yang remaja di tahun 2000-an, dan Iqbaal Ramadhan, pemeran Dilan, sekaligus icon anak muda generasi Z.
Lewat penjelasan demi penjelasan ini, membuktikan bahwa perjalanan antar generasi akan senantiasa selalu berbeda dan memiliki kekhasan tersendiri.
Tapi ada satu karakter yang saya pikir tiap-tiap generasi ini punya selera yang sama. Pasalnya, sebagai generasi langgas yang bebas, ketiga generasi ini tidak mudah goyah dan runtuh oleh penghalang eksistensi mereka. Sifat kreatif dan fleksibel, membuat mereka tak mudah cemburu dan tertekan. Yah, seperti yang dikatakan Dilan: 'Aku gak pandai cemburu. Malahan, kalau kamu ninggalin Aku, Aku gak bisa apa-apa. Bisaku, cuma mencintaimu.' []