“Musim panen raya sudah tiba. Ribuan adik-adik maba berbondong pergi ke kota. Menjadi masyarakat urban yang datang dari desa. Menimba ilmu sebagai mahasiswa”.
Sebagai orang yang sudah lama berkecimpung di dunia komunitas atau organisasi, saya merasa bertanggungjawab untuk mengabarkan sebuah hasil penelitian yang saya dan beberapa teman-saya lakukan. Penelitian ini bertujuan untuk membuka mata kita, betapa beragamnya alasan seseorang untuk gabung dalam sebuah organisasi. Dan tentu, alasan-alasan ini merupakan alasan yang lumrah dimiliki setiap orang yang ingin berkomunitas.
Saya tidak ingin menulis tentang manfaat berorganisasi, karena yah itu tadi, sudah basi. Sebagian orang nampaknya sudah tahu manfaatnya. Oleh karena itu, saya merasa tidak perlu menulisnya.
Setelah berdiskusi dengan rekan-rekan saya yang aktif organisasi, akhirnya kami membuat kesimpulan diskusi dengan judul: alasan apa saja yang membuat orang mau gabung organisasi. Pengambilan data dalam penelitina ini menggunakan metode “mengingat kembali kenangan masa lalu”, dan tentunya bertukar pikiran lewat curhat satu dengan lainnya.
Berikut ini hasilnya:
1. Ikut temen
Yah begitulah, awal mula kebanyakan orang gabung komunitas atau organisasi tidak lain karena ikut temen. Temen itu memang besar pengaruhnya dalam kehidupan. Apalagi bagi anak-anak kost yang hidup sebatangkara di rantauan, kudu mesti punya temen. Kalau gak punya, bersiaplah menanggung derita kesendirian.
Nah, biasanya, karena takut beda sama teman-teman yang lain, seorang akan mengikuti trend yang berkembang di lingkungan pertemananya. Kalo mereka karaoke, dia ikut juga. Kalao temannya shopping, meskipun gak ada duit dia tetap ikut. Kalau temannya ngisi formulir organisasi, alamatlah dia juga ikut ngisi. Meskipun dalam keadaan sangat amat terpaksa.
Menurut teori pengaruh, ikut teman termasuk ke dalam faktor “pendorong dari luar seseorang”. Oleh karena itu, bagi ente-ente organisatoris pemburu kader, buatlah temannya calon kader juga ikut organisasi ente. Kalau tidak, dia gak bakalan ikut.
Lha, gimana caranya?. Nah, itu dia, gue juga kagak tau gimana caranya.
2. Seneng-seneng aja
Hidup di dunia yang penuh derita ini, lagi-lagi senantiasa membuat manusia untuk mencari sesuatu yang disebut dengan: bahagia.
Dan.. gabung komunitas organisasi kerap menjadi solusi atas penderitaan. Dengan berorganisasi dia dapat teman baru, teman curhat, teman main, teman se-hobi, bisa bikin acara yang seru, dan sebagainya.
Biasanya, mahasiswa yang bermotif seperti ini, tidak akan memilih organisasi yang “merepotkan”. Apalagi harus berhadapan dengan tuntutan kredo demi kredo. Mereka akan memilih organisasi yang, yah itu tadi, bikin seneng. Gak mau mereka itu gabung organisasi yang dikit-dikit kritik pemerintah, dikit-dikit bicara soal perbahan sosial, dikit-dikit bicara ikhlas dan sabar-lah.
Menurut teori pengaruh, ingin seneng-senang termasuk faktor “landasan rasional”. Dalam fikirannya, persetan dengan beragam teori dan jutaan konspirasi, yang penting hepi. Yah, landasan rasionalnya itu tadi, seneng-seneng.
Nah, bagi ente-ente pemburu kader sekalian yang tak pernah lelah, buatlah komunitas anda itu bisa memuaskan hasrat kesenangan mereka. Kalau tidak bisa, musnahlah organisasimu. Why?, karena hidup ini udah berat bung, maka mencari kesenangan adalah keniscayaan bagi manusia.
Lha, gimana caranya?. Yah itu tadi, saya juga bingung gimana caranya.
3. Menjadi lebih baik
Nah, ini dia alasan yang paling ditunggu-tunggu bagi situ-situ yang mengelola organisasi yang berbasis “memperbaiki”. Ada banyak manusia di dunia ini ingin menggapai hidup yang lebih baik. Beruntunglah, penderitaan hidup yang ada di dunia ini, terkadang membuat orang sadar bahwa diri-sendirinyalah yang membuat hidupnya menderita. Oleh karena itu, untuk lepas dari derita dunia, hanya ada satu kata: Perbaiki.
Biasanya, mahasiswa yang bermotif seperti itu akan lebih memilih organisasi yang menawarkan second change bagi dirinya untuk berbenah. Dia rela melakukan apa saja yang penting bisa berubah. Mulai dari disuruh baca buku-buku ideologis, di suruh ikut acara yang memeras keringat dan airmata, sampai-sampai harus berjuang mati-matian dengan darah. Semua dia lakukan, demi satu frase: lebih baik.
Oleh karena itu, bagi ente-ente yang mendapat amanah ngurusin organisasi semacam ini, istiqomahlah!. Djangan berhenti, djangan berhenti, revolusimoe beloem selesei!
Karena ada banyak di luar sana, mereka-meraka yang ingin bergabung bersama anda. tinggal bagaimana caranya anda mendesain komunitas anda agar dapat menampung manusia-manusia seperti itu.
Menurut teori pengaruh, alasan ingin memperbaiki diri termasuk dalam faktor “landasan rasional” dan “dukungan dari luar”. Dalam fikiran orang itu ada dua hal, pertama dia harus memperbaiki diri untuk kehidupan yang lebih baik (rasional), kedua, kalau tidak menjadi lebih baik, dia akan menderita dunia akhirat (ancaman dari luar).
Lalu, gimana caranya membuat organisasi anda agar bisa diterima?. Anu, itu tadi: ikhlas, istiqomah, sabar, dan ingatlah bahwa ada kekuatan langit yang selalu menguatkan perjuanganmu. Itu.
Duh, jadi syahdu gini, baca nomor tiga. Hiks.
4. Biar pinter
Ikut organisasi biar pinter. Mengembangkan diri, nambah kapasitas. Itu adalah alasan yang paling banyak mempengaruhi bergabungnya seseorang dalam organisasi. Terlebih organisasi itu sesuai dengan minat dan bakatnya, serta basis kompetensinya.
Organisasi semacam ini lebih berhubungan dengan organisasi seni, olahraga, dan kelimuan. Ada juga yang berhubugan dengan sosial politik. Bagi mereka yang suka dengan hal-hal itu, tidak ada alasan untuk tidak ikut. Kecuali mereka termasuk orang yang tidak serius dengan hobi dan potensinya.
Tapi yah itu, banyak lho yang tidak serius dengan hobi dan potensinya. Ini tantangan buat komunitas seperti ini.
Menurut teori pengaruh, “biar pinter” termasuk dalam faktor “pemungkin”, hal ini berhubungan dengan keahlian yang dimiliki atau studi yang digeluti. Biasanya yang ikut komunitas seni, itu karena dia menguasai salah satu seni yang ia senangi, misalnya main piano. Mana mungkin seseorang gabung komunitas band sementara dia gak bisa main alat musik, nyanyi juga gak bisa. Yah, kecuali bagi mereka yang tidak berfikir. Mana mungkin dia gabung klub pecinta kopi, sementara dia cuma suka minum air mineral yang ada manis-manisnya.
Lalu, saran apa yang bisa saya berikan untuk komunitas seperti ini?. Ya itu, anu, tunjukin kalau komunitas lu itu berprestasi. Dan.. mampu mengubah seseorang dari gak bisa apa-apa menjadi bisa apa. Gicu.
5. Djalan Perjoengan
Mereka adalah manusia-manusia yang telahir dari penindasan. Mereka adalah produk ideologi. Mereka adalah orang-orang yang berfikir merdeka, namun tetap berdasarkan kepahaman, bukan karena ikut-ikutan apalagi cari kesenangan. Mereka.. mereka.. mereka.. adalah yah pokoknya begitulah.
Mahasiswa yang ikut organisasi dengan motif berjuang biasa dikenal dengan sebutan aktivis. Mereka-mereka ini nih yang sering bikin repot aparat dan pemerintah, tapi mereka juga yang bikin rakyat seneng. Entahlah seneng dalam bentuk apa.
Bacaan buku aktivis jelas beda dengan kebanyakan orang. Rak buku mereka di huni buku-buku ideologis. Buku-buku macam Madilog-nya Tan Malaka, Penjambung lidah ra’jat-nya Seokarno, Tetralogi-nya Pramodeya A.T, dan segala jenis buku lainnya selalu bermotif ideologis.
Organisasi yang mereka pilih jelas organisasi yang menawarakan perjuangan. Mana mungkin mereka memiih organisasi yang dihuni oleh dedek-dedek unyu kinyis-kinyis manja.
Menurut teori pengraruh, “Jalan perjuangan” merupakan faktor “motivasi dan landasan rasional”, dalam mengambil keputusan, jelas apa yang mereka pilih berangkat dari motivasi mereka untuk berjuang.
Lalu apa masukan bukan komuntas seperti?. Djangan ketjewaken dan luntoerkan hasrat mereka oentoek perdjuangken tjita-tjita luhurnya. Itoe.
6. Kombinasi dari alasan-alasan di atas
Bisa saja ada mahasiswa yang ikut komunitas karena alasan mencari teman dalam berjuang, sekaligus memperbaiki diri bersama-sama.
Ada juga yang memilih seneng-seneng, nyari cewek, terus melanjutkan ke kehidupan selanjutnya, lalu berjuang bersama deh.
Ada juga yang menganggap beroganisasi itu satu paket antara mencari kebahagiaan, biar pinter. Tapi dulunya karena ikut-ikut temen. Dan sebagainya, dan sebagainya…
Oke, inilah 6 alasan mengapa mahasiswa ikut organisasi. Dari alasan-alasan ini, barangkali bisa memberikan inspirasi bagi anda penggiat komunitas agar lebih peka menerka alasan dibalik diambilnya formulir organisasi anda oleh mereka. []
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H