Mohon tunggu...
AHMAD RISAL
AHMAD RISAL Mohon Tunggu... Pustakawan - Lebih Baik Berbuat Sesuatu Walaupun itu Tidak Ada Harganya DI Depan Manusia, Daripada Hanya Berpangku Tangan

Awali Setiap harimu dengan semangat serta senyuman

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sebatas Mengenal tapi Tak Menyapa

10 September 2020   06:00 Diperbarui: 10 September 2020   06:16 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awal dari sebuah pertemuan singkat dikala itu antara aku dan dirinya meninggalkan bekas rasa yang pernah ada untuk dirimu wanita yang begitu lugu serta anggun berbalut senyum yang selalu terbayang dalam setiap tidur dan mimpiku, kulihat sekilas wajah dan senyumnya membawa diriku hanyut dalam aliran rasa yang tak pernah kubayangkan sebelumnya, 

aku tak bisa membedakan rasa dikala itu entah apa yang membuat diriku tak bisa merasakan rasa yang ada di dalam diriku,apa karna diriku pandai menutupi rasa di dalam hatiku,atau diriku yang sudah mati rasa untuk seorang wanita seperti dirinya,dia wanita yang ku dambakan tak tahu apa yang sebenarnya ku sembunyikan untuk dirinya. 

pada saat itu aku ingin menjadikan dirinya teman yang paling berharga di dalam hidupku, teman yang selalu bisa menguatkanku ketika aku rapuh,tapi sayang itu semua hanya sebatas mimpi bagi diriku yang tak pernah bisa terwujud, untuk menatap wajahnya saja aku tak mampu pada saat itu apalagi mau bertegur sapa dengan dirinya sungguh menjadi sesuatu yang indah ketika pada saat itu aku memiliki keberanian untuk bertegursapa dengan dirinya  

Dalam kesendirianku terkadang aku bertanya apa hanya dirinyalah wanita yang bisa mengisi kekosongan di dalam hati serta hidupku saat itu, jawaban itu terjawab sudah sekarang begitu lama aku menanti wanita seperti dirinya namun tak kunjung ku dapati, sampai-sampai kopi yang masih tersisa di bibirku Pahit manisnya bercampur jadi satu pada aroma vanilla latte yang sedari tadi ku nikmati, hingga aku lupa dengan rasanya yang murni tanpa campuran rempah 

Semakin ku sesap, semakin ku merasakan sesak pahit manisnya skenario hidup yang sudah diataur oleh sang pencipta, pertemuan dan perpisahan dalam kehidupan sudah menjadi suatu hal yang lumrah,Dia wanita yang selalu ku dambakan terukir indah di setiap bagian buku bersampul merah yang selalu tersimpan di dalam ransel yang aku bawa. 

Bahkan di setiap lembaran-lembaran buku yang aku bawa tertulis secerca harapan semoga ada kesempatan kedua untuk aku bisa dipertemukan dengan dirinya dalam keadaan yang sudah berubah,  semoga hati yang aku simpan untuk mu wanita yang ku kenal tapi tak ku sapa tetap terjaga ketulusan dan kemurniannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun