Oleh : Ahmad Rijal Ilyas (Bombom)
Tidak hanya mahasiswa, rakyat Indonesia harus berbelasungkawa atas kematian Immawan Randi (21), mahasiswa semester VII Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Halu Oleo Kendari.
Randi yang berasal dari Desa Lakarinta, Kecamatan Lohia, Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara dikenal sebagai aktivis dikalangan mahasiswa kini menjadi kesedihan bagi kita semua.
Peluru karet ataupun tajam, siapa yang menekan pelatuk dan dari mana penembak tersebut berasal haruslah segera diusut secara tuntas oleh pihak yang berwajib. Dan pelaku harus dikenakan sanksi yang berlaku.
Tragedi kematian Randi tidak boleh terulang dalam aksi unjuk rasa apapun, cukuplah kejadian ini menjadi kesedihan bagi rakyat Indonesia di penghujung September 2019.
Bahkan dengan kondisi negara yang demokrasi saat ini, unjuk rasa merupakan suatu hal penting bagi pemerintah ketika partai oposisi mulai ikut terangkul dalam kepentingan kekuasaan. Asupan kritik biarlah menjadi penyeimbangnya.
Tidak boleh munculkan watak otoriter dalam menghadapi realitas partisipasi publik. Karena sangat berbahaya nantinya kalau sikap pemerintah lemah berhadapan dengan ragam kepentingan publik, akan terjatuh pada jurang liberalisme.
Yang harus diingat, Demokrasi merupakan ruang seimbang, dimana pemerintah menempatkan arus utama kepentingan publik secara substansial. Namun, menutup telinga dan mata dari sokongan suara publik, dalam berdemokrasi merupakan kesalahan.
Innalillahi waa innailaihi raji'un, Turut berdukacita yang sedalam-dalamnya untuk bung Randi. Perjuanganmu tidak akan menyurutkan semangat mahasiswa sebagai 'Agent Of Change' untuk selalu kritis!!!
Merdeka!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H