Mohon tunggu...
Ahmad Rifai
Ahmad Rifai Mohon Tunggu... Guru - Guru

Pembelajar seumur hidup

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Seni Mencatat ala Niklas Luhmann

23 Januari 2023   17:57 Diperbarui: 23 Januari 2023   18:10 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengenal Seni Pencatatan Zettelkasten
@Rifai Ahmad

Adalah metode pencatatan yang ditemukan oleh seorang Sosiolog terkenal asal Jerman, Nicholas Luhmann. Beliau adalah sosok ilmuwan sosiologi yang sangat produktif. Kurang lebih telah menulis 70 buku dan  400 artikel ilmiah dalam kurun waktu  40 tahun. Zattelkasten dalam bahasa jerman, atau slip box, dinamai demikian karena dia menggunakan kertas-kertas yang telah diberi index, lalu dimasukkan ke dalam box yang telah dia sediakan.

Konsep yang beliau tawarkan adalah proses natural yang harus dilawan oleh manusia. Ada beberapa istilah dalam teknik pencatatan ini, seperti references notes, permanent notes, fleeting notes, dan keywords. Kata seorang ilmuwan muslim, Imam Syafii:"Ilmu pengetahuan bagaikan hewan buruan, mencatatnya adalah pengikatnya."

Adalah sebuah kebodohan terbesar membiarkan buruan---yang tidak mati---tidak diikat dengan kuat. Yang dibutuhkan hanya: lawan rasa malas, dan menulislah! Buatlah catatan.

Ada beberapa proses yang dapat kita lakukan saat mencatat. Objek yang dapat kita catat bermacam-macam, tidak terbatas pada tema dan disiplin ilmu tertentu. Yang paling utama adalah melakukan pengorganisasian catatan kita.
Saya akan coba uraikan secara ringkas dan sejelas mungkin agar temen-temen bisa menangkap maksudnya dengan maksimal.

Pertama, siapkan note book atau kertas berukuran kecil. Jumlah bisa disesuaikan, yang penting selalu catat apa saja yang terlintas di pikiran anda secara random. Ide bisa datang dari momen eureka, hasil bacaan, wawasan dari podcast, atau yang lain. Yang penting, tulis!


Kedua, berikutnya yang perlu anda lakukan adalah tulislah wawasan baru yang anda dapat menggunakan bahasa anda sendiri. Kalau di dunia kepenulisan kita mengenal konsep parafrase yang digunakan untuk mengutip hasil bacaan namun dibahasakan ulang dengan gaya bahasa kita.

Ketiga, yang perlu anda lakukan adalah mendialektikakan dengan data-data lain yang telah anda kumpulkan. Pengorganisasian data bukan berbasis kriteria persamaan jenis tema yang dibicarakan. Namun dengan cara mengoneksikan satu data dengan pengetahuan lama yang telah tersimpan di dalam box pengetahuan kita. Dengan demikian, data yang kita kumpulkan akan "berbunyi" yang berarti menghasilkan informasi baru yang dapat kita gunakan untuk menyelesaikan problem baru.

Keempat, terakhir, coba review atau buatlah pertanyaan-pertanyaan yang dapat menghidupkan informasi yang telah anda kumpulkan, parafrase, dan telah didialektikan dengan informasi yang lain sehingga membentuk informasi baru. Pada tahap terakhir ini sebetulnya anda akan digiring untuk membuat semacam karya baru sebagai konsekuensi logis dari kegiatan produktif anda berupa mencatat.

Anda sudah siap? Mari kita lakukan sekarang!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun