Mohon tunggu...
Likpai
Likpai Mohon Tunggu... -

Penglaju Tangerang-Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kereta Cepat: Kemewahan di Antara Kemiskinan Infrastruktur

21 Januari 2016   19:10 Diperbarui: 16 Juni 2016   15:10 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Hari ini ini dilakukan ground breaking pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung. Proyek sejauh 140 km ini akan memakan biaya sekitar Rp 80T. Kereta cepat adalah infrastruktur yang terbilang mahal dan mewah. Karena itu, hanya sedikit negara yang memilikinya, seperti Jepang, Cina, Perancis, Inggris, dan Jerman. Semuanya adalah negara-negara maju dan makmur, yang pendapatan per kapita penduduknya sudah  belasan kali pendapatan rakyat Indonesia. Di Negara-negara tersebut, tidak ada lagi isu ketimpangan pembangunan, isu listrik yang byar pet karena kekurangan daya, jalan yang terkelupas aspalnya hingga berlubang dan berlumpur.

Mereka membangun kereta cepat ketika ketersediaan infrastruktur dasar sudah dipenuhi dengan baik.

Alih-alih mempercepat ketersediaan infrastruktur dasar yang baik, pemerintah malah membangun kereta cepat yang sangat mahal. Apalagi dana pembangunannya berasal dari utang luar negeri (Cina). Tidak kah pemerintah berfikir bahwa uang 80T bisa untuk membangun infrastruktur dasar yang jauh lebih produktif.

Perlu diketahui, untuk men-doubletrack-an rel kereta pantura jawa sepanjang 436 km, diperlukan biaya hanya 9,8T. Untuk membangun tol cipali sepanjang 116 km diperlukan biaya hanya sebesar Rp 20T. Untuk membangun PLTU kapasitas 100MW hanya diperlukan biaya sebesar 2-3 T. Artinya, jika biaya pembangunan kereta cepat tadi dialihkan ke hal-hal seperti di atas, akan mampu menjadikan seluruh rel kereta aktif di seluruh Indonesia (4000km) menjadi double track, atau bisa untuk membangun tol sepanjang 4 kali tol cipali sepanjang 460 km, yang bisa langsung menghubungkan Jakarta-Surabaya. Atau bisa untuk membangun 30 buah PLTU 100MW yang bisa disebar ke seluruh pelosok Indonesia.

Maka, sebelum semuanya menjadi terlambat, kiranya pemerintah dapat meninjau kembali pembangunan proyek ini. Toh, kita sudah berpengalaman menghentikan proyek ketika sudah di-ground breaking berkali-kali. Kita tidak perlu memecahkan rekor menjadi satu-satunya negera berkembang yang mempunyai kereta cepat. Alihkan dana pembangunannya untuk mempercepat ketersediaan infrastruktur dasar yang jauh lebih produktif.

 

Sumber:

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/04/15/051500126/Berakhirnya.Era.Rel.Tunggal.di.Lintas.Pantura.Jawa.Dibukukan

http://economy.okezone.com/read/2015/06/11/320/1164118/tol-cipali-dibangun-era-sby-dan-diresmikan-jokowi

http://bisnis.tempo.co/read/news/2015/03/22/090651975/swasta-siap-bangun-pltu-100-mw-di-aceh

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun