Mohon tunggu...
Ahmad Ricky Perdana
Ahmad Ricky Perdana Mohon Tunggu... Wiraswasta - gemar travelling, fotografi dan menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

seringkali mengabadikan segala hal dalam bentuk foto dan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Pilpres, Keragaman dan Persaudaraan

4 Februari 2024   08:37 Diperbarui: 4 Februari 2024   08:46 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bersaudara dalam keberagaman merupakan bagian dari Indonesia. Dalam kondisi apapun, sejatinya kita semua tetap bersaudara. Semangat ini sudah menjadi konsensus dan harus dijunjung tinggi oleh semua pihak. Meski berbeda suku, agama, bahasa dan budaya, kita semua tetap warga negara Indonesia. Dan seorang Indonesia, harus bisa berdampingan dalam keragaman. Jika masih ada oknum yang masih belum bisa melakukan hal tersebut, mungkin masih belum memahami esensi dari warga negara Indonesia.

Pemilihan presiden dan wakil presiden di Indonesia, memang tidak bisa dihindari dengan maraknya provokasi dan dinamika politik. Semuanya itu bisa memunculkan ketegangan baru di tengah masyarakat, ataupun di kalangan elit politik itu sendiri. Dengan munculnya para paslon capres dan cawapres telah memicu terjadinya polemik hingga saat ini. Bagaimana sikap pemerintah saat ini, juga telah memicu berbagai kalangan menyatakan sikap. Munculnya isu beberapa menteri yang mengancam akan mundur dari kabinet, juga telah melahirkan berbagai dugaan liar di tengah masyarakat.

Terlepas dari itu semua, mari kita cooling down dan introspeksi. Pemilihan presiden dan wakil presiden ini, hanyalah media untuk mengantarkan seseorang menjadi orang nomor satu dan dua di republik ini. Karena itulah pilpres harus bisa berjalan damai, obyektif dan tidak melanggar aturan hukum apapun. Jika kita sepakat hukum sebagai panglima, maka semuanya harus taat hukum, tak terkecuali para pihak yang ikut dalam kontestasi politik.

Kita sebagai masyarakat biasa juga harus bisa melihat kontestasi politik ini secara bijak. Penting kita memiliki literasi yang kuat, agar bisa menentukan pilihan secara benar. Masifnya provokasi yang terjadi seringkali membuat masyarakat bingung. Apalagi sikap para elit politik yang cenderung aneh, membuat semakin bingung. Tapi suka tidak suka, dengan berbagai macam kekurangan dan kelebihan, para paslon yang bertarung dalam pilpres mendatang adalah calon pemimpin kita semua.

Karena itu menjadi tugas kita semua untuk saling mengingatkan dan menguatkan. Tak perlu saling melemahkan, apalagi menghancurkan. Ingat, perjalanan Indonesia berdiri menjadi sebuah negara yang berdaulat tidak mudah. Perlu proses panjang yang harus dilalui. Dan menjadi tugas kita semua sebagai generasi penerus, untuk menjaga Indonesia ini tetap damai dan mengedepankan nilai-nilai Pancasila. Karena Pancasila merupakan keputusan final, yang terbukti bisa merangkul keragaman di Indonesia.

Nilai-nilai Pancasila harus dijunjung tinggi oleh semua pihak. Termasuk para elit dan partai politik. Hal ini penting agar pendidikan politik bisa tetap dijalankan. Menjadi tugas para pemimpin negeri ini, untuk memberikan pendidikan politik yang benar. Akan menjadi percuma, jika kita semua segala sesuatunya dilanggar, hanya untuk kepentingan sesaat. Sekali lagi, bentuk pelanggaran yang telah dilakukan, berpotensi melahirkan ketidakstabilan. Jika hal itu terjadi, maka kita semua yang harus menanggungnya.

Mari kita tetap bergandengan tangan. Mari menjaga persaudaraan yang ada, agar keragaman yang ada di negeri ini tetap terjaga. Siapapun yang terpilih dan menang dan terpilih dalam pilpres dan pileg mendatang harus bisa menjalankan amanah yang telah diberikan. Harus tetap mengedepankan toleransi dan kemanusiaan. Indonesia akan hancur, jika masyarakatnya saling berseteru demi kekuasaan sesaat. Salam damai.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun