Tak terasa baru saja memasuki tahun 2022, sebuah tahun yang dianggap menjadi pertaruhan setelah dihantam pandemi covid-19. Banyak orang percaya di tahun ini akan terjadi recovery perekonomian.Â
Yang artinya akan semakin banyak mobilitas terjadi. Pembatasan mungkin akan tetap dilakukan, tapi tidak akan seketat dulu, sepanjang masyarakatnya disiplin dalam penerapan protokol kesehatannya.
Disisi lain, 2022 juga merupakan tahun untuk tetap mengedepankan toleransi, kemanusiaan dan perdamaian. Kenapa? Karena di tahun 2021 dan tahun-tahun sebelumnya, banyak sekali provokasi dan ujaran kebencian bermunculan di media sosial. Banyak orang menebar kebencian hanya karena berbeda. Entah itu karena perbedaan keyakinan, suku, atau latar belakang lainnya.Â
Padahal, perbedaan sebenarnya bukanlah hal yang baru atau yang aneh di negeri ini. Karena mayoritas masyarakat di Indonesia melekat perbedaan di dalamnya.
Seperti kita tahu, perbedaan itu seringkali dimanfaatkan dan dijadikan alasan untuk saling membenci atau melakukan diskriminasi. Seringkali perilaku yang tidak baik ini, menjadi kebiasaan semua orang.Â
Tidak sedikit dari masyarakat memposting kebenciannya. Tidak sedikit masyarakat yang sengaja memproduksi berita bohong. Dan tidak sedikit masyarakat yang secara sengaja menyebarluaskan berita bohong. Dan masyarakat yang tingkat literasinya rendah, seringkali juga ikut menyebarkan tanpa melakukan cek dan ricek lagi.
Sebagai negara yang sangat majemuk, tentu menjadi tantangan tersendiri untuk menjaga keberagaman negeri ini. Tuhan telah menciptakan Indonesia penuh dengan berbagai keberagaman didalamnya.Â
Dan menjadi tugas kita, untuk tetap menjaga keberagaman itu sendiri. Meski tak bisa dipungkiri, keberadaan kelompok radikal dan intoleran masih menjadi duri bagi negeri ini. Mereka masih massif menyebarkan propaganda dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi.
Perkembangan teknologi yang semestinya bisa memberikan dampak positif, nyatanya seringkali disalahgunakan untuk kepentingan yang tidak baik. Untuk mewujudkan toleransi, menjadi tantangan tersendiri seiring maraknya propaganda intoleransi. Tidak sedikit dari masyarakat yang mudah marah, karena postingan di media sosial. Tidak sedikit masyarakat yang mudah tersinggung, ketika isu SARA sengaja dimunculkan. Pada titik inilah potensi konflik itu mengemuka.Â