Mohon tunggu...
Ahmad Ricky Perdana
Ahmad Ricky Perdana Mohon Tunggu... Wiraswasta - gemar travelling, fotografi dan menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

seringkali mengabadikan segala hal dalam bentuk foto dan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menguatkan Sinergi Menuju Kehidupan New Normal

30 Mei 2020   23:07 Diperbarui: 30 Mei 2020   23:10 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak dipungkiri, keberadaan virus corona ini telah membuat seluruh negara di dunia ini pusing. Tak terkecuali Indonesia. Di negeri ini, jumlah penderita corona terus mengalami peningkatan dalam waktu yang relative singkat. Peningkatan itu tentu karena banyak faktor.

Salah satunya adalah kita tidak sadar kalau perilaku kita berpotensi tertempel oleh virus. Seperti kita tahu, virus corona menyebar melalui aktifitas manusia. Jika kita tidak menyadarinya, bisa jadi kita lah yang membawa virus tersebut, atau kita yang menjadi korban karena terpapar dari orang di sekitar kita.

Di masa pandemi ini, banyak diantara kita saling belajar. Belajar untuk beradaptasi, belajar untuk saling memahami dan belajar untuk menjaga kebersihan diri. Pemerintah menganjurkan untuk sering cuci tangan, mengenakan masker ketika keluar rumah, menjaga sosial distancing dan menjaga kesehatan.

Bagi sebagian orang, mungkin mayoritas orang di Indonesia, anjuran tersebut merupakan hal yang baru. Mungkin kita tidak biasa mengenakan masker ketika beraktifitas di dalam kantor atau tempat lain. Namun hal tersebut suka tidak suka harus dilakukan oleh semua orang.

Untuk itulah perlu sinergi dari semua pihak, untuk melaksanakan protokol kesehatan. Belakangan, mulai banyak terjadi pro dan kontra, ketika pemerintah akhirnya mewacanakan untuk melonggarkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Banyak yang mempertanyakan, kenapa pelonggaran dimunculkan ketika jumlah angka positif covid di Indonesia masih tinggi. Rata-rata, per hari jumlah kasus positif baru antara 300 sampai 600 kasus. Bahkan pernah mencapai lebih dari 900 kasus baru dalam sehari.

Pemerintah tentu mempunyai berbagai pertimbangan untuk melonggarkan PSBB. Pemerintah tentu juga tidak akan membiarkan masyarakatnya terpapar virus dan meninggal. Pada titik inilah diperlukan kerja sama semua pihak. Tidak bisa mengandalkan semuanya dari pemerintah.

Tapi perlawanan terhadap corona ini harus dilakukan secara bersama. Kuncinya tidak terletak pada pemerintah, tapi pada kesadaran kita semua untuk berdisipilin mengedepankan protokol kesehatan.

Protokol kesehatan ini harus dilakukan dimana saja dan kapan saja. Seperti kita tahu, pemerintah telah mengeluarkan wacana untuk melonggarkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Jika benar PSBB ini akan dilonggarkan, maka transportasi umum akan lebih banyak dibuka, pusat perbelanjaan dibuka, tempat pariwisata dibuka, dan lain sebagainya. Jika benar hal ini akan dibuka, tentu saja disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan harus benar-benar dilakukan.

Lalu kenapa PSBB dilonggarkan? Bukankah kasus positif masih terus bertambah? Pelonggaran ini perlu dilakukan, karena dampak pada perekonomian semakin sulit dikendalikan.

Apalagi virus corona tidak akan hilang, sama halnya dengan virus-virus yang lain. Sambil menunggu menunggu ditemukan virus, mari saling sinergi untuk terus berdisiplin menjalankan protokol kesehatan di masa pandemi ini.                                                                                                                                                                     

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun