Mohon tunggu...
Ahmad Ricky Perdana
Ahmad Ricky Perdana Mohon Tunggu... Wiraswasta - gemar travelling, fotografi dan menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

seringkali mengabadikan segala hal dalam bentuk foto dan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kita Indonesia, Stop Adopsi Paham Kekerasan ISIS

4 April 2019   07:26 Diperbarui: 4 April 2019   07:38 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak dipungkiri, meski ISIS telah dinyatakan runtuh, tapi ideologi dan paham kekerasan yang selama ini diusung belum bisa sepenuhnya ikut runtuh. Paham kekerasan tersebut telah diyakini oleh para pengikutnya, dan mulai disebarluaskan melalui media sosial dalam beberapa tahun kebelakang. 

Memang sudah tidak lagi menyebarkan video pemenggalan, karena pihak youtube, facebook, twiter dan yang lainnya terus melakukan pemblokiran. 

Namun, bibit kekerasan itu saat ini dikemas sedemikian rupa  berbalut hoaks dan hate speech yang tanpa kita sadari terus muncul setiap hari. Untuk urusan politik saja, keduanya masih sering digunakan untuk mendapatkan dukungan. Padahal hoaks dan hate speech pada dasarnya merupakan bagian dari bibit kekerasan, yang juga diyakini oleh kelompok ISIS.

Kelompok ISIS selalu meyakini dirinya paling benar dan menilai kelompok lain sebagai pihak yang salah. Dan jika pihak yang salah itu tidak mau mengikutinya, langsung mendapatkan predikat kafir. 

Dan kalau sudah mendapatkan predikat kafir, maka mereka seakan mendapatkan legitimasi untuk melakukan kekerasan bahkan pemenggalan, sebagai bentuk hukuman. 

Padahal, yang berhak mengukur kadar keimanan itu adalah Tuhan YME, bukan ISIS, bukan kita atau bukan yang lainnya. Dan sadarkah kalah pelabelan kafir itu masih terjadi di lingkungan sekitar kita, hingga saat ini?

Karena itulah, mari kita terus melakukan introspeksi. Kita adalah Indonesia dan Indonesia adalah kita. Indonesia menganut ideologi Pancasila, yang mengedepankan nilai-nilai religious, kemanusiaan, persatuan dan kesatuan, musyawarah untuk mufakat serta keadilan sosial. 

Entah kenapa, kelompok radikal yang mengadopsi paham ISIS ini, seringkali ingin mengganti Pancasila dengan konsep khilafah yang salah kaprah. Indonesia memang mempunyai penduduk yang mayoritas muslim, tapi Indonesia bukanlah negara muslim. 

Karena Indonesia selain mengakui agama Islam, juga mengakui Katolik, Protestan, Hindu, Budha dan Konghucu. Wajar jika masyarakatnya juga ada yang memilih menjadi non muslim.

ISIS sudah runtuh. Paham kekerasan yang selama ini mereka anggap sebagai solusi terbukti gagal.  Bahkan di negara timur tengah sekalipun, konsep yang ditawarkan ISIS tidak ada yang diadopsi. 

Karena konsep tersebut sejatinya juga bertentangan dengan Islam, yang justru mengedepankan perdamaian bukan kekerasan. 

Apalagi Indonesia yang karakter masyarakatnya sangat beragam. Mari kita belajar ilmu dan nilai-nilai agama secara benar dan utuh, agar tidak memahami ayat secara sepotong-potong. Mari kita belajar agama dengan tetap melihat konteksnya.

Dan harus diakui, provokasi dan propaganda yang dilakukan oleh kelompok radikal masih terjadi hingga saat ini. Mari kita sebarkan nilai-nilai Pancasila kepada seluruh umat. Karena Pancasila merupakan ideologi yang universal. Karena Pancasila sama sekali tidak bertentangan dengan agama apapun di Indonesia. 

Karena itulah, nilai-nilai Pancasila harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tindakan maupun ucapan. Demi melindungi negeri ini dari ideologi kekerasan, maka bentengilah kita dan generasi mendatang, dengan nilai-nilai Pancasila. Dengan memahami Pancasila, maka kita akan menjadi manusia Indonesia seutuhnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun