Mohon tunggu...
Ahmad Ricky Perdana
Ahmad Ricky Perdana Mohon Tunggu... Wiraswasta - gemar travelling, fotografi dan menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

seringkali mengabadikan segala hal dalam bentuk foto dan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Aktif Memerangi Terorisme di Dunia Maya

17 Februari 2016   22:07 Diperbarui: 17 Februari 2016   22:47 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="www.bacsense.com"][/caption]"Saya mengajak agar para pemimpin Negara berkenan bergabung dengan saya untuk memperbanyak narasi melalui media social mengenai moderasi, toleransi, dan perdamaian." Kalimat tadi merupakan ajakan presiden Joko Widodo kepada kepala negara, untuk ikut aktif memerangi terorisme melalui sosial media. (Sumber)

Ajakan presiden ini, sangat masuk akal, mengingat sosmed hinggga saat ini banyak digunakan kelompok terorisme, untuk melancarkan serangkaian terornya, menyebarkan ajarannya, hingga melakukan perekrutan. Mungkin banyak yang bertanya, apa iya, sosial media benar-benar bias mempengaruhi seseorang untuk bergabung dengan kelompok teroris?

Dalam buku berjudul ‘Deradikalisasi Dunia Maya’ dijelaskan, Aqa Mahmood, remaja muslim asal Skotlandia keturunan Pakistan, berhasil mengajak tiga rekannya untuk pergi ke Suriah dan bergabung dengan ISIS. Di Korea Selatan, juga sempat terjadi kasus yang sama. Remaja 18 tahun, bermarga Kim, dilaporkan hilang sejak 8 Januari 2015. Belakangan diketahui remaja putus sekolah itu telah bergabung dengan ISIS. Sebelum kepergiannya, dalam akun twitternya, Kim sempat meminta bantuan untuk bias mendekati ISIS.

Yang terjadi di Skotlandia dan Korea Selatan tadi, hanyalah sebagian kecil masyarakat dunia, yang memutuskan bergabung dengan ISIS melalui sosial media. Kerena itu, perang melawan terorisme melalui sosial media harus terus digencarkan. Waktunya membersikan dunia maya, dari paham-paham radikalisme agama, dari ajakan kebencian, hingga ajakan-ajakan teror.

Bagaimana dengan Indonesia? Ahmad Azhar Basyir, salah satu tersangka terorisme dari Solo ini mengaku, banyak mencari artikel di internet tentang bagaimana membuat detonator. Dia akhirnya menemukan salah satu akun di facebook, yang mengulas tentang hal tersebut. Bahrun Naim, yang disebut menjadi dalang peledakan bom Thamrin, dalam blog nya yang saat ini telah di blokir, juga sempat mengulas mengenai cara-cara merakit bom.

Lalu, apakah jaringan terorisme ini baru saja menggunakan dunia maya? Jawabnya tidak. Berdasarkan penelitian Prof Gabriel Weimann (Kepala Badan Riset Terorisme dan Media, Haifa University, Israel) jumlah situs yang dikelola kelompok teroris pada 1998, hanya berjumlah 12 situs. Pada 2003, meningkat tajam menjadi 2.650 situs. Pada 2014 kemarin, terus meningkat menjadi 9.800 situs. Di sisi lain, berdasarkan riset Broking Institute, dalam kurun waktu 3 bulan, dari September hingga Desember 2014, twitter  telah blokir 46 ribu akun propanda ISIS. Hanya tiga bulan, sudah menembus 46 ribu akun. Ini baru dari 1 jaringan saja. Belum termasuk jaringan sosmed yang lain.

Jika melihat angka-angka tadi, mungkin kita hanya bisa geleng-geleng kepala. Tapi seperti itulah faktanya. Karena itu, dunia maya harus dibersihkan dari virus radikalisme dan terorisme. Dunia maya harus diisi pesan damai dari berbagai penjuru negeri, harus diisi toleransi, kerukunan antar umat beragama.Tema-tema semacam ini harus massif disuarakan. Jangan sampai dunia maya yang saat ini sering diakses oleh masyarakat, dipenuhi situs-situs radikal, atau dipenuhi pesan-pesan yang justru menyesatkan.

Ajakan presiden Joko Widodo kepada para pemimpin dunia di forum KTT AS - Asean di Amerika Serikat, harus juga diikuti oleh kita semua, untuk rajin melakukan posting-posting positif di dunia maya. Dengan menyebarkan informasi yang positif, akan menciptakan suasana yang kondusif. Generasi muda sebagai pengakses terbesar internet, harus lebih jeli waspada agar tidak mudah terpengaruh. Generasi muda harus didorong untuk memiliki kemampuan yang kreatif dan inovatif, yang bias bermanfaat untuk masyarakat banyak. Bersama kita cegah terorisme.

 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun