Rendra,Â
Pembina Dapur Budaya HSS
Tenaga Ahli Cagar Budaya (TACB) Kab.HSS
Dalam era modern ini, kepercayaan akan mitos sering kali bertautan dengan isu kelestarian alam, menciptakan keseimbangan unik antara warisan budaya dan tantangan lingkungan. Dari kepercayaan bahwa hutan-hutan tertentu adalah tempat tinggal makhluk gaib yang melindungi alam sekitarnya, hingga mitos yang menginspirasi perlindungan terhadap satwa langka, menjelajahi kompleksitas hubungan antara kearifan lokal, kepercayaan tradisional, dan upaya menjaga keberlanjutan alam adalah hal yang cukup baru bagi perspektif kita dalam kajian antropologi, sejarah dan lingkungan serta multi-disiplin ilmu lainnya.
Dalam dimensi tradisional, manusia sebagai mahluk yang dominan memanfaatkan seluruh potensi alam mempunyai batasan-batasan dan aturan dalam memperlakukan alam. Keyakinan akan kekuatan adikodrati dari alam yang bermanifestasi dalam roh, kekuatan roh leluhur, mahluk mitologi atau sumber-sumber kekuatan gaib lah yang menjadi batasan-batasan manusia dalam merambah potensi alam.
Persepsi ini, menjaga keberlanjutan alam tidak hanya menjadi tanggung jawab fisik, tetapi juga sebuah ikatan batin dengan para roh dan makhluk mitologis yang menjadi simbol perlindungan bagi ekosistem yang rapuh.Â
Hukum adat sering kali mengakar pada keyakinan dan tradisi lokal, seperti pada isu mahluk mitologi yang kerap memiliki keterkaitan yang unik terhadap kelestarian alam dan lingkungan. Karna sebagian org meyakini bahwa alam adalah entitas hidup yang perlu dihormati dan dijaga kelestariannya maka dari itu masyarakat adat/ masyarakat tempo dulu menciptakan hubungan yang harmonis antara mahluk mitologi dan lingkungannya. Tak jarang berdasarkan kepercayaan terkait makhluk-mahluk mitologis inilah yang kelak mempengaruhi landasan dasar masyarakat tradisional dalam pembentukan perspektif "aturan/hukum adat" (tak tertulis) dalam masyarakat.
Sering kali kita yang terlena akan modernitas, keangkuhan sains, terlalu mengedepakan rasionalitas akademik yang kaku hingga beranggapan menyepelekan pandangan-pandangan dari unsur mitologis yang syarat akan nilai luhur dan budaya.
Sebagai contoh: Ketika kehadiran makhluk halus  menjadi tameng tak terlihat yang menimbulkan rasa takut di kalangan penduduk lokal. Sebagai hasilnya, ketika mendekati pohon-pohon besar di hutan tersebut, manusia merasa terbebani oleh kepercayaan akan konsekuensi mistis yang mungkin timbul jika mereka nekat menebangnya. Hal ini tentu memiliki dampak perlindungan terhadap hutan dengan rangkaian ekosistemnya. Masyarakat setempat meyakini bahwa di setiap pohon besar terdapat penunggu gaib yang menjadi penjaga keberlangsungan hutan, yang apabila pohon dirusak, berdampak langsung maupun tidak langsung yang dapat menimbulkan malapetaka.
Melalui alam yang lestari dan ekosistem yang sehat dan alami, masyarakat bahkan dapat menggunakan apa yang sering kita sebut "local indiegenous" yakni berupa kemampuan masyarakat lokal dalam melihat tanda-tanda perubahan cuaca dan fenomena alam melewati prilaku tumbuhan dan para binatang yang hidup dalam ekosistem yang baik.
Melalui perpaduan antara keyakinan mistis dan kepedulian ekologis, masyarakat setempat telah membentuk ikatan khusus dengan lingkungan sekitar. Keperdulian inilah yang sangat kita perlukan sekarang ini dalam pandangan modern yang penuh dengan sikap pesimis terhadap nilai-nilai kelokalan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H