Memang sudah resiko bagi Merah Danil Bangsawan sebagai Pemimpin Umum yang di dalam kegiatannya terlibat membantu gerakan perjuangan, pada bulan Desember 1948 ditangkap oleh NICA, Pemimpin Redaksi Sinar Hulu Sungai kemudian digantikan oleh Abdul Hamid, dalam kurun waktu kepemimpinan Abdul Hamid sebagai Pimpinan Umum Sinar Hulu Sungai, dimana tempat percetakannya berada di Gedung Simpang Kandangan (sekarang, Jalan Aluh Idut Kandangan) tempat dicetaknya koran tersebut kemudian pernah mengalami kebakaran .
2. MAJALAH REPUBLIK (Â didirikan pada tanggan 17 Agustus 1946 di Kandangan oleh Zafry Zamzam, dalam Lintasan Sejarah Sebagai Pemimpin Redaksi, Zafry Zamzam melalui majalah yang dikelolanya dengan semangat oposan dan selalu sengit menyerang politik kolonialis NICA Belanda.Â
Tulisan-tulisan yang senada sering pula muncul di majalah ini di bawah nama Isjah (Isyah) yang tidak lain dari nama samaran Zafry Zamzam. Dua nama dengan satu pribadi yang sama seringkali dengan sangar dan garang melabrak para tokoh-tokoh Partai Serikat Rakyat Indonesia (SRI) dan Partai Serikat Muslim Indonesia (SERMI) yang pada tahapan awal berkubu di pihak Republik untuk kemudian terjebak menjadi mendukung kolonialis NICA Belanda. Majalah REPUBLIKÂ dinilai sangat mengganggu stabilitas kekuasaan NICA.Â
Sikap yang tidak sekedar oposan, ekstrim dan konfrontatif terhadap Federalisme dan pembentukan Negara Kalimantan buatan Belanda yang dilancarkan Majalah REPUBLIK dinilai mengganggu stabilitas kekuasaan NICA, untuk itu Assisten Residen Hoogenber dan Kiai Besar Merah Nadalsjah membredel majalah ini. Demikianlah pada bulan Desember 1948 Zafry Zamzam ditangkap dan ditahan selama 3 (tiga) bulan di Banjarmasin tanpa sempat diadili sebagaimana mestinya. )
3. KALIMANTAN BERJUANG (didirikan di Kandangan pada tanggal 01 Oktober 1946, berkantor di jalan Musyawarah dengan pemimpin umum A.Djabar dan Pimpinan Redaksi Haspan Hadna, Haspan Hadna tadinya Pemimpin Redaksi Sinar Hulu Sungai dan A. Djabar mantan Pembantu Umum di majalah REPUBLIK.Â
Harian Kalimantan Berjuang dimotori oleh tokoh-tokoh nasionalis tulen. Isi terbitannya pun tak luput dari menentang berdirinya Negara Kalimantan dan isu-isu separatis serta anti federalis seperti selama ini dipaksa-paksakan oleh Belanda dengan berbagai cara. Pihak penguasa NICA dalam mencermati kehadiran harian Kalimantan Berjuang sejak awal-awal sudah bercuriga.Â
Surat kabar sederhana yang diproduksi stensilan, sejak edisi pertamanya dengan berani telah mencantumkan Pancasila sebagai falsafah negara dan didukung nama yang diberikan kepada surat kabar tersebut sangat mengusik penguasa Belanda. Tak mengherankan apabila pengawasan terhadapnya sudah terbilang ketat.)
4. MINGGUAN SAMARATAÂ ( didirikan oleh Saberi Utis dan Saberi Tobing, Kedua pemuda ini dengan cara dan modalnya sendiri pada zamannya turut berpartisipasi aktif membela dan mempertahankan kemerdekaan bangsa dari rongrongan kolonialis Belanda. Â
Upaya pembelaan tersebut mereka tuangkan dalam sebuah kreativitas penerbitan Mingguan Samarata yang pada waktu itu dikerjakan dengan stensil. Sejak mencari hingga memproses berita mereka kerjakan berdua. Begitu juga dalam sirkulasi dan pemasarannya.Â
Isinya tidak saja memuat opini dan gagasan membela dan mempertahankan kesucian Proklamasi 17 Agustus 1945 juga sempat "mamutiki" berita-berita lokal, human interest dan anecdotal records yang terjadi dan dialami masyarakat di sekitar kota Kandangan. Samarata yang dijuluki bacaan rakyat kecil, oleh pengelo- lanya dimaksudkan adanya pemerataan kesempatan bagi rakyat awam untuk memperoleh berita yang aktual )
5. PIALAÂ ( didirkan pada tahun 1947 di Kandangan, Majalah ini dikelola oleh penyair dan seniman seperti Maseri Matali, S.M. Darul, dan Masdan Rozani. Isinya memuat seputar aktivitas berkesenian dan tinjauan budaya yang di dalamnya secara samar dan luluh menyuarakan pesan-pesan perjuangan.Â