Bagian I ( Pertama)
Penulis :Rendra, S.Kom (Ahmad Ali Rendra)
Pada zaman Kolonial Hindia Belanda( Nederlans-Indie ) tepatnya didaerah Kalimantan Selatan (Zuid van Borneo),Kandangan yang saat ini kita kenal ibukota Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS). Daerah ini dahulunya adalah sebuah ibu kota dari wilayah-wilayah Hulu Sungai pada era kolonial yang disebut :Afdeling Holoe Soengai.
Sebelum hulu sungai terpusat di Kandangan, hulu sungai masih terbagi menjadi dua Afdeling, yaitu Afdeling Kandangan dan Afdeling Amuntai. Dalam hal ini staatblad tahun 1898 no 178 menyebutkan Afdeling Kandangan yang beribukota di Kandangan itu terdiri dari 3 Onderafdeling, yaitu;
- Onderafdeling Amandit dan Nagara
- Onderafdeling Banua ampat dan Margasari
- Onderafdeling Batang Alai dan Labuan Amas
Sedangkan Afdeling Amuntai yang beribukota di Amuntai, terdiridari 2 onderafdeling, yaitu :
- Onderafdeling Amuntai (distric Amuntai, Tabalong, dan Kalua)
- Onderafdeling Alabio dan Balangan.
Pada tahun 1938 keluar Besluit Gubernur Jendral( Staatblad 1938 Nomor 352 ) tentang aturan tata pemerintahan di Sumatera, Borneo dan Sulawesi.
Mengenai Gewest Borneo ditentukan bahwa ibukotanya adalah Banjarmasin, dan dibagi dalam dua bagian yakni Residentie Zuider en Oosterafdeling van Borneo ibukotanya Banjarmasin dan Residentie Westerafdeling van Borneo ibukotanya Pontianak. Khusus Zuider en Oosterafdeling van Borneo terbagi dalam5 afdeling, yaitu :
- Afdeling Banjarmasin
- Afdeling Hulu Sungai
- Afdeling Kapuas Barito
- Afdeling Samarinda
- Afdeling Bulongan dan Berau
Administrasi pemerintahan di Afdeling Hulu Sungai yang beribu kota Kandangan dikepalai oleh seorang Kiai Besar, dengan pangkat Kiai Besar Hulu Sungai.
Perkembangan Pendidikan dan Ekonomi diwilayah Afdeling Hulu Sungai sangatlah pesat, tidak terkecuali di Kandangan sebagai ibukota Afdeling Hulu Sungai.
Namun demikian, seiring dengan meningkatnya kualitas pendidikan dan kualitas manusia (SDM) membuat membuat organisasi-organisasi pergerakan pro Republiken juga kian marak. Selain itu, kehidupan pers juga ikut berkembang di ibukota Hulu Sungai tersebut. Bahkan sejak zaman kolonialisme Jepang, sudah ada beberapa penerbitan pers yang berbau pergerakan dan perjuangan yang muncul di ibukota Hulu Sungai tersebut, antara lain :
- SINAR HULU SUNGAI
- MAJALAH REPUBLIK
- KALIMANTAN BERJUANG
- MINGGUAN SAMARATA
- MAJALAH PIALA
- PEDOMAN POETRI
- SULUH
- MADJLIS
- DJANTUNG INDONESIA
Di sisi lain, meningkatnya kualitas SDM Hulu Sungai pada gilirannya memunculkan “manusia-manusia tercerahkan” yang melek “peradaban” di kawasan ini. Bertanda petik, karena tentu peradaban di sini mengacu peradaban barat yang diintrodusir Pemerintah Hindia Belanda kepada penduduk pribumi. Pada gilirannya, organisasi-organisasi politik pun bermunculan untuk mewadahi kesadaran politis kalangan terdidik tersebut.