Mohon tunggu...
Ahmad Ramdani Official
Ahmad Ramdani Official Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

"Jadikan buah pikiranmu, adalah karya terhebatmu untuk Dunia!!"

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Jasmerah: Dari Sudut Pandang Filosofis

9 Mei 2023   23:22 Diperbarui: 9 Mei 2023   23:25 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bung Karno " JASMERAH" sumber gambar: gurusiana

Setiap yang terjadi pada suatu bangsa beserta seluk-beluk historisnya, selalu ditulis oleh para pemenang atau bisa dikatakan yang berhasil pada masa lalu menaklukan suatu bangsa tersebut. Otomatis, keranchuan demi keranchuan pengetahuan, pasti akan terjadi apabila kita selaku generasi selanjutnya sekarang membacanya.

Mungkin saja, problem inilah yang kemudian selalu mengiringi benak pikir Bung Karno kala itu. Sebab beliau, tidak pernah lepas dari sekapur sirihnya yang berbunyi "Jasmerah" ini. Ke-khawatiran terbesar dalam peradaban umat manusia dari zaman ke zaman, sesungguhnya pun terletak pada perkara ini.

Kitab suci Al-Qur'an menyatakan, tepatnya di surat. Ali-Imran (3) ayat 190 : "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan Bumi beserta pergantian antara siang dan malam, terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berpikir." Makna ayat tersebut memang cukup begitu mendalam. Betapa tidak, sang Filsuf termahsyur Negeri ini juga kerap membahasnya.

Langit itu sendiri adalah personifikasi sebuah kekuasaan. Kekuasaan yang meliputi seisi bumi, yaitu para Makhluk hidup yang membutuhkan perlindungan akan suatu tirani kekuasaan tersebut. Tanpa langit, bumi hanyalah segerombolan tanah kosong yang tidak memiliki tanda-tanda hidup.

Mengapa? Karena bumi hanya bisa menerima kehidupan dari langit, yakni air hujan. Hujan turun membasahi bumi, maka segala tanam-tanaman didalamnya dapat tumbuh berkembang. Sebaliknya, langit sudah pasti membutuhkan bumi. Karena keberadaan langit itu sendiri, adalah satu-kesatuan daripada bumi.

Inilah makna sebuah analogi pada ayat tersebut. Jadi antara langit dan bumi adalah kesatuan kontitusional yang tidak dapat dipisahkan.  Keberadaan kedua unsurnya, hanya untuk saling mengisi dan saling menghidupi.

Satu ayat lagi, Al-Qur'an dengan masih surat yang sama. Ialah QS. Ali-Imran (3) ayat 83 berkata : "Maka mengapa suatu Makhluk Hidup, harus mencari hukum yang lain selain hukum Allah? Padahal apa yang ada di langit dengan apa yang ada di bumi, senantiasa berserah diri (tunduk patuh/muslim) kepadaNya."

Sebuah konstitusi, hanya bisa berlaku guna menciptakan kehidpan yang damai serta saling mensejahterakan, hanyalah berasal dari Allah SWT. Karena sejatinya, Manusia tidak bisa mengatur sesama Manusia.

Apa yang dapat membuktikan pernyataan kami ini? Silahkan para sahabat pelajari gagasan para filosof politik beserta kontekstual faktualnya dalam geopolitik kita. Kami tentu juga akan mencoba membahas; filosofi politik pada kehidupan.

Setiap para calon penguasa, mereka memberi semacam janji-janji suatu program, dalam suatu upaya kampanye-nya. Nah, lantas bagaimana dengan penggenapannya? Kami selalu bertanya dan membahas sesuatu yang sangat spesifik, karena Kami percaya bahwa Para Sahabat tentu sudah mendapatkan banyak wawasan.

Akan tetapi, pertanyaan spesifik itu kerap kali kita ragu-ragu menjawabnya, padahal secara kebenarannya, kita telah betul-betul mengetahui. Bahkan mungkin saja bukan hanya sekedar ragu, melainkan berusaha untuk ditutupi atau mencari semacam dalil pembenaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun