"Rajin pangkal pandai, hemat pangkal kaya" , pepatah ini sering sekali digunakan oleh para guru ketika sedang mengajarkan kepada siswanya betapa pentingnya menyisihkan sebagian uang yang mereka miliki untuk ditabung, dengan berlandaskan pepatah ini, sang guru tidak hanya mengajarkan tetapi juga memotivasi para siswa, karena berhemat itu merupakan awal menuju kekayaan seseorang. Tetapi di era digitalisasi ini, apakah pepatah itu masih relevan untuk digunakan ?
Ada satu hal yang perlu diperhatikan ketika kita mulai membahas hal ini. apakah hemat masih diterjemahkan sebagai 'menabung' ? jika tidak, maka pembahasan nya akan sedikit berbeda, namun jika iya, maka ada yang perlu dikaji ulang.
Hemat menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) adalah berhati-hati dalam membelanjakan uang, dan sebagainya; tidak boros; cermat.Â
nah, jika hemat diartikan sebagai kehati-hatian dalam membelanjakan uang, maka hal ini sedikit berbeda dengan hemat yang diartikan sebagai menabung. Kehati-hatian dalam membelanjakan uang itu bertujuan bagaimana seseorang menghindari pengeluaran yang dirasa tidak perlu ataupun menganggu kestabilan finansial nya, seperti kemampuan untuk membedakan baju yang dibutuhkan untuk kerja & baju yang diinginkan untuk jalan-jalan. Sedangkan menabung itu merupakan tindakan untuk mencapai tujuan finansial tertentu, seperti saat seseorang ingin membeli laptop, maka dia akan menyisihkan sebagian uangnya untuk di beberapa bulan kedepan dia dapat membeli laptop yang sudah dia impikan.
Nah, setelah mengetahui perbedaan ini, apakah menabung ataupun berhemat masih bisa dikatakan sebagai permulaan dari kaya seseorang?
Sepertinya masih perlu dikaji kembali, karena pada dasarnya uang adalah alat tukar yang tidak sempurna, yang mana dapat kehilangan daya beli nya seiring berjalannya waktu, dan baik menabung ataupun berhemat merupakan strategi dasar finansial untuk tujuan tertentu, bukan sebagai anak tangga pertama menuju kekayaan finansial.
Pada era digitalisasi ini, ada satu hal yang menjadi sorotan dalam menuju kekayaan finansial, yaitu Investasi.
Investasi dalam arti yang sederhana, yaitu menanamkan uang untuk mendapatkan lebih banyak uang di masa depan. singkatnya, membuat uang bekerja untuk kita.
Uang 100 ribu yang kita tabung hari ini, dapat membeli 1 dus mi instan, namun 3 - 4 tahun lagi 100 ribu itu mungkin hanya dapat membeli setangah dus saja atau bahkan kurang dari itu. Hal ini tentu merugikan secara finansial, sehingga menabung bukan lagi hal yang relevan saat ini, begitupun dengan berhemat. Berhemat hanyalah strategi jangka pendek untuk mengelola keuangan agar terhindar dari hal-hal yang bersifat pemborosan, dan ini bukan cara yang efisien untuk menuju kekayaan.
Tetapi, ketika kamu mulai 'mempekerjakan' uang yang kamu miliki, menanamnya ke aset - aset berharga yang tak dapat terkena inflasi, seperti logam mulia, tanah, atau pada perusahaan yang memiliki portofolio yang baik, itu mampu menjaga nilai uang yang kamu 'tabung & sisihkan' tadi.
Bahkan dalam makna yang lebih dalam lagi, investasi terbaik adalah dengan kamu memfasilitasi diri kamu sendiri, meng-upgrade diri kamu menjadi lebih baik lagi setiap harinya, baik jasmani maupun rohani, karena hal ini tentunya tidak hanya bermanfaat bagi kamu dan hidup kamu kedepannya, namun kamu juga dapat memberi manfaat kepada lingkungan kamu berada.