Kayutangan Heritage merupakan salah satu ikon wisata yang cukup terkenal di Kota Malang. Daerah di sepanjang Jalan Basuki Rahmat tersebut mulai ditata ulang pada awal 2022. Sejak saat itu, pembangunan cukup masif dilakukan oleh Pemkot Malang. Mulai dari membangun pedestrian, bangku taman, hingga pemasangan lampu jalan.
Pembangunan ini bertujuan untuk mengembalikan kejayaan Kayutangan yang ada sejak zaman kolonial. Puncak kejayaan kayutangan terjadi sekitar tahun 1930-1940. Saat itu, banyak toko yang menjual aneka barang kebutuhan. Kayutangan menjadi poros utama kawasan bisnis dan perdagangan terutama dengan adanya jalur trem. Walau pembangunan tersebut cukup baik, tetapi menimbulkan polemik.
Polemik Kayutangan Heritage berpusat pada rasa atau identitas asli Kayutangan. Banyak pihak yang menyayangkan pemasangan lampu taman tidak memperhatikan kondisi dan fasad bangunan di sekitarnya. Selain itu, sudah banyak bangunan di sekitar Kayutangan yang sudah berubah wujud aslinya. Tidak lagi sesuai dengan bangunan heritage aslinya. Masalah ini sebenarnya harus dipikirkan sebelum melakukan penataan Kayutangan Heritage.
Seiring berkembangnya waktu, pembangunan pusat kuliner di Kayutangan semakin berkembang. Banyak restoran dan kedai makanan tumbuh dan berkembang pesat. Memang ada beberapa kedai makanan yang menjual makanan khas lokal. Contohnya adalah rujak cingur, orem-orem, dan jamu.
 Walaupun demikian, jumlah kedai makanan tradisional di Kayutangan tidak sebesar makanan modern. Bahkan, ada beberapa minimarket khas Korea yang menjual aneka makanan dari negeri ginseng. Kondisi ini cukup memprihatinkan karena seharusnya pembangunan Kayutangan harus memperhatikan nilai-nilai lokal yang patut ditonjolkan.
Munculnya kedai kekinian dimulai dari adanya warung kopi yang terbangun disana. Sebenarnya sebelum ada proyek Kayutangan Heritage ini, sudah ada beberapa kedai kopi. Namun, hanya dikunjungi beberapa orang saja. Kedai kopi mulai muncul dengan mengganti fungsi dari beberapa bangunan. Setelah itu, orang-orang mulai membutuhkan makanan berat untuk menemani perjalanan mereka di Kayutangan. Maka, muncul beberapa kedai restoran dengan aneka macam hidangan khas luar negeri. Inilah yang menjadi berkurangnya rasa heritage pada Kayutangan.
Sebenarnya beberapa kedai makanan yang sudah ada seperti Toko Oen menjadi salah satu patokan pembangunan pusat kuliner disana. Menu makanan di toko tersebut, terdiri dari makanan tradisional dan khas Belanda. Ciri khas tersebut sebenarnya adalah ciri khas Kayutangan yang sudah ada sejak zaman dulu. Pemilik kedai yang baru bisa memodif menu-menu tersebut agar suasana heritage masih terjaga.
Masalah tersebut sudah sepantasnya dicermati oleh Pemkot Malang dan pihak terkait. Jangan sampai keberadaan Kayutangan Heritage meninggalkan tujuan utamanya. Walau jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kayutangan Heritage semakin banyak, tetapi sangat disayangkan jika identitas aslinya hilang perlahan. Para wisatawan terutama anak-anak muda yang datang ke Kayutangan akan menjadikan tempat tersebut hanya sebagai tempat untuk nongkrong atau mencari spot-spot foto saja. Padahal, mereka bisa menggali lebih dalam mengenai sejarah panjang Kayutangan sejak zaman penjajahan hingga kemerdekaan yang patut dijadikan pelajaran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H