Mohon tunggu...
Ahmad Rafi Satria P
Ahmad Rafi Satria P Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Unjani Teknik Elektro

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Soekarno: Bapak Bangsa dan Arsitek Kemerdekaan Indonesia

30 Juni 2024   13:30 Diperbarui: 30 Juni 2024   15:18 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Soekarno, yang sering disebut sebagai Bapak Bangsa Indonesia, merupakan salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah Indonesia. Lahir pada 6 Juni 1901 di Surabaya, Soekarno tumbuh menjadi sosok yang penuh semangat dan memiliki visi besar untuk kemerdekaan Indonesia. Melalui pidato-pidatonya yang menggelora dan kepemimpinannya yang karismatik, ia berhasil memimpin Indonesia menuju kemerdekaan dari penjajahan Belanda pada tahun 1945.

Masa Muda dan Pendidikan

Soekarno, yang memiliki nama asli Koesno Sosrodihardjo, menunjukkan kecerdasan dan semangat juangnya sejak usia muda. Ia menyelesaikan pendidikan dasarnya di Mojokerto dan kemudian melanjutkan ke Hoogere Burger School (HBS) di Surabaya. Di sini, Soekarno bertemu dengan tokoh pergerakan nasional, seperti Tjokroaminoto, yang mempengaruhi pemikirannya tentang nasionalisme dan kemerdekaan.

Setelah menyelesaikan pendidikan di HBS, Soekarno melanjutkan studi di Technische Hoogeschool te Bandoeng (sekarang Institut Teknologi Bandung) dan meraih gelar insinyur pada tahun 1926. Selama masa kuliahnya, ia aktif dalam pergerakan nasionalis dan mendirikan Algemeene Studieclub, sebuah organisasi yang menjadi cikal bakal Partai Nasional Indonesia (PNI).

Perjuangan Menuju Kemerdekaan

Pada tahun 1927, Soekarno mendirikan PNI dengan tujuan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia melalui cara-cara non-kooperatif dengan pemerintah kolonial Belanda. Aktivitas politiknya membuat Soekarno sering berurusan dengan pihak berwenang Belanda, dan ia beberapa kali dipenjara. Meskipun demikian, semangatnya tidak pernah padam. Pada tahun 1933, ia ditangkap dan diasingkan ke Ende, Flores, dan kemudian ke Bengkulu.

Masa pengasingan tidak menyurutkan semangat Soekarno. Sebaliknya, ia terus mengembangkan ide-ide perjuangan dan membangun jaringan dengan tokoh-tokoh pergerakan lainnya. Pada masa pendudukan Jepang, Soekarno melihat peluang untuk memperjuangkan kemerdekaan dengan memanfaatkan situasi geopolitik yang berkembang. Ia bekerja sama dengan Jepang dengan harapan mendapatkan dukungan untuk kemerdekaan Indonesia.

Proklamasi Kemerdekaan

Puncak perjuangan Soekarno terjadi pada 17 Agustus 1945, ketika ia bersama Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Proklamasi ini menandai berakhirnya era penjajahan dan lahirnya Republik Indonesia. Soekarno kemudian diangkat sebagai Presiden pertama Indonesia, sementara Hatta menjadi Wakil Presiden.

Sebagai presiden, Soekarno menghadapi berbagai tantangan, termasuk agresi militer Belanda yang ingin kembali menguasai Indonesia, serta konflik internal yang menguji kesatuan bangsa. Namun, melalui diplomasi dan keteguhan hati, ia berhasil mempertahankan kemerdekaan Indonesia dan memperkokoh identitas nasional.

Warisan dan Pengaruh

Soekarno bukan hanya dikenal sebagai pemimpin politik, tetapi juga sebagai seorang orator ulung dan pemikir visioner. Ia mengusung konsep Pancasila sebagai dasar negara Indonesia, yang terdiri dari lima prinsip: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Pancasila hingga kini tetap menjadi landasan ideologis bangsa Indonesia.

Selain itu, Soekarno juga dikenal karena usahanya memperjuangkan persatuan negara-negara Asia-Afrika melalui Konferensi Asia-Afrika pada tahun 1955. Konferensi ini menegaskan posisi negara-negara berkembang dalam percaturan politik dunia dan menekankan pentingnya kerjasama antarnegara yang baru merdeka.

Akhir Hayat

Pada tahun 1965, Indonesia mengalami gejolak politik yang besar, yang dikenal dengan Gerakan 30 September. Peristiwa ini berujung pada penurunan Soekarno dari jabatan presiden pada tahun 1967, digantikan oleh Soeharto. Setelah itu, Soekarno menjalani sisa hidupnya dalam pengawasan ketat pemerintah hingga wafat pada 21 Juni 1970.

Meskipun mengalami akhir yang tragis dalam karier politiknya, warisan Soekarno sebagai Bapak Bangsa tetap hidup. Ia dikenang sebagai tokoh yang berani dan visioner, yang telah meletakkan dasar-dasar penting bagi berdirinya negara Indonesia. Semangatnya untuk kemerdekaan, keadilan, dan persatuan tetap menginspirasi generasi muda Indonesia hingga saat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun