Kami merasa tidak enak karena tidak bisa memberi lebih kepada beliau, kami hanya bisa berharap dan berdoa semoga yang kami berikan bisa dimanfaatkan sebaik mungkin dan kehidupan beliau ke depannya bisa lebih baik lagi.
Ada beberapa hal dan pelajaran yang kami peroleh dari percakapan kami dengan pak Sugito. Beliau mengajarkan kepada kami arti bersyukur yang sesungguhnya, karena dari setiap keterbatasan ekonomi beliau, pak Sugito tidak mengeluh dan mau menjalankan hidup seperti biasa. Kesabaran beliau dalam menghadapi cobaan dan ujian Allah ini perlu kami teladani.
Banyak orang di luar sana yang mengeluh dan kurang bersyukur karena keterbatasan ekonomi ataupun yang lainnya dibandingkan orang lain. Padahal di luar sana banyak sekali orang yang mendapatkan cobaan yang lebih berat tetapi masih mau menjalankan hidup tanapa berat hati.Â
Meskipun beliau memliki kebiasaan yang kurang baik yaitu tidak menjalankan kewajiban puasa di bulan Ramadhan tetapi menurut saya itu bisa dimaafkan karena katerbatasaan  beliau. Ini juga semestinya sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk membantu mereka, karena saya yakin orang seperti pak Sugito masih banyak di luar sana dan memerlukan perhatian dari kita.
Mungkin beras, gula, dan minyak goreng adalah bahan makanan yang sudah biasa kita lihat, tapi jika kita melihat ekspresi dari pak Sugito, itu dapat menyadarkan kita bahwa sebuah hal yang biasa saja bisa saja sangat berharga di mata orang lain. Itulah mengapa rasa syukur itu penting kita tanamkan dalam diri kita. Dengan bersyukur, kita bisa lebih menghargai apa yang Allah berikan kepada kita.Â
Saya yakin kita semua sejak kecil telah dididik oleh orang tua kita untuk senantiasa bersyukur apalagi dalam agama banyak sekali ayat Quran, hadits, dan dalil yang menyerukan kepada kita semua untuk selalu bersyukur.
Saya harap dengan membaca artikel ini, kita semua ke depannya bisa menjadi pribadi yang lebih baik, yang lebih bersyukur atas apa yang telah Allah berikan, dan juga semoga Allah limpahkan rizki kita semua karena di luar sana banyak yang membutuhkan perhatian kita, kedermawanan kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H