Mohon tunggu...
Ahmad Putra Yonanda Figri
Ahmad Putra Yonanda Figri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Komputer Indonesia

Love to do arts, and write things.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lari - Anne

9 Oktober 2024   16:00 Diperbarui: 10 Oktober 2024   12:14 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Suatu malam di kota yang riang dan penuh cahaya kehidupan malam, Anne sedang berselancar di dunia maya. Perasaan yang kosong membuatnya terus membuka media sosial hingga terlelap.

Keesokan paginya, ia menyadari tidak ada kabar dari Ibunya yang 2 hari lalu meninggalkan negaranya dan berlibur di Rio De Janeiro, Brazil. Dengan perasaannya yang senang karena terbebas dari ibunya yang sangat protektif, ia tidak sadar ternyata 3 hari ini Ibunya tidak membalas chat nya sama sekali. Anne mulai merasa cemas karena Ibunya pergi dengan kekasihnya yang baru saja bertemu 4 bulan lalu di Instagram.

Anne membuka dengan gugup media sosial ibunya, namun tidak ada aktivitas terbaru. Anne pun membuka paksa akun media sosial Ibunya, ia pun menemukan pesan-pesan aneh dari kekasih Ibunya, dan ia memutuskan untuk menelusuri jejak digital lainnya. Berbagai hal dilakukan Anne mulai dari jejak pembayaran kartu kredit, lokasi GPS, dan riwayat percakapan terakhir yang dilakukan ibunya. Dengan melakukan penelusuran di jejak GPS, ia menemukan bahwa lokasi terakhir aktif handphone Ibunya tidak sesuai dengan perencanaan perjalanan Ibunya, bukan ke Rio De Janeiro, ternyata Ibunya berada di hotel kecil di Kamboja. 

Perasaan bercampur aduk, Anne pun menghubungi polisi lokal di Kamboja, namun mereka tidak membantu banyak. Makin putus asa karena tidak ada pembaruan dari Ibunya, ia pun mulai mencari informasi kekasih Ibunya melalui internet. Setelah mendapatkan detail hotelnya, ia menghubungi hotel untuk mengecek CCTV. Dalam footage kamera itu, sosok Gabriel (kekasih Ibu Anne) yang berbicara dengan penjahat kelas kakap. Saat melakukan pengenalan wajah, Anne mendapatkan profil pria tersebut merupakan buronan internasional yang sudah dikejar kepolisian 5 tahun terakhir karena kasus penjualan manusia.

Anne pun spontan tau Ibunya sedang dalam bahaya. Dengan cepat, Anne menghubungi otoritas internasional dan menyebarkan informasinya. Anne tidak bisa melakukan banyak hal karena berada jauh dari Ibunya yang berada di Kamboja. Ia melakukan pencarian secara online, mulai dari CCTV di sekitar hotel, bantuan dari keluarga korban-korban sebelumnya. Dengan kemampuannya yang mudah berselancar di media sosial, ia semakin gigih dan mulai membuka privasi akun Ibunya dan mulai menguak siapa Gabriel dan penjahat kelas kakap itu. 

Anne mengungkap bahwa Gabriel mengincar wanita paruh baya yang mudah diperalat, dan mudah mempercayai orang-orang yang baru dikenali. Anne pun mulai mengumpulkan lebih banyak bukti mulai dari e-mail Gabriel yang ia hack untuk mencari lokasi nya. Setelah dia mendapatkan lokasi nya, foto pelaku, dan bukti-bukti konkret lainnya, Anne memasukkan laporan kembali dari hal yang Ia lakukan.

Karena Anne adalah wanita gigih, Ia memanfaatkan info-info sekitar, dan kemampuan hacking nya, ia menemukan lokasi Ibunya dengan keadaan masih hidup, meski penuh dengan trauma karena hampir dijual ke jaringan perdagangan manusia Internasional sebagai budak.

Setelah 3 hari proses pembebasan Ibu Anne, Akhirnya Anne bertemu dengan Ibunya dengan kondisi penuh luka lebam dengan trauma yang mendalam. Ibunya sontak menangis dan memeluk Anne dengan penuh senyuman. Anne sadar ia hampir kehilangan ibunya, tetapi banyak juga hal yang Ibunya Anne sembunyikan dari Anne selama ini. Ia pun meminta penjelasan lebih dar Ibunya. 

Ternyata Ibu Anne bertemu dengan iming-iming akan ke pantai privat milik Gilbert, dan ibunya mulai memberikan kode kepada Anne mulai dari pesan terakhirnya yaitu foto bersama Gabriel, setelah dilihat-lihat itu adalah foto live dan bisa di play. Anne pun membuka handphone dan benar, di foto itu terlihat Ibunya memberikan pose tangan meminta kode tolong, namun Anne tidak menyadari hal tersebut. Anne pun meminta maaf dan akhirnya hidup dengan tenang, meski masih memiliki dendam karena Gabriel berhasil mengelabui otoritas internasional dan sampai sekarang masih berkeliaran di Vietnam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun