Mohon tunggu...
Ahmad Nur Luqman
Ahmad Nur Luqman Mohon Tunggu... Administrasi - Warga Blora

Tiktok : @anluqman Instagram : @anluqman_

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sejarah Santunan Anak Yatim di Bulan Suro

8 September 2022   08:59 Diperbarui: 8 September 2022   09:08 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: phinemo.com

Kenapa sih masyarakat Jawa ketika menyantuni anak yatim selalu memilih bulan Suro tidak bulan lainnya?, padahal yang namanya santunan anak yatim harusnya dilakukan setiap hari tanpa harus menunggu bulan Suro, memang bulan suro itu adalah bulannya anak yatim, sebab Islam pertama kali lahir di Arab sebab Nabi Muhammad itu lahirnya di Makkah Arab.

Nabi Muhammad kemudian pindah ke Madinah sampai beliau meninggal dunia, selanjutnya kepemimpinan Islam itu diteruskan oleh para sahabat, Nabi Muhammad mempunyai putri namanya Siti Fatimah Az Zahra kemudian dinikahkan oleh Sayidina Ali bin Abi Thalib, dari mereka melahirkan anak laki-laki yang bernama Sayidina Hasan dan Sayidina Husain yang bertempat tinggal di Basrah sekarang Baghdad Irak.

Di Basrah Sayidina Ali menjadi Gubernur, wilayah sana pada waktu itu belum Islam, ada kerajaan agung yang bernama Kerajaan Farsi (Persia) kampungnya sahabat Salman Al Farisi, Sayidina Husain itu kebetulan di nikahkan sama putri raja Farsi yang ketika itu raja Farsi bernama Rustum, yang kemudian di karunia anak laki-laki yang bernama Sayid Ali Zaenal Abidin.

Masyarakat Farsi itu mempunyai agama Majusi (penyembah api), mereka ketika menyembah api, apinya di letakan di bangunan yang sangat tinggi yang bernama Manaro, dan setelah raja Rustum masuk Islam, sudah tidak menyembah api lagi, tetapi rumah api Manaro pada waktu itu di letakan di depan masjid, yang kemudian Masjidnya orang Farsi itu mempunyai Manaro.

Karena bisa dibilang sangat bagus, akhirnya orang-orang Islam meniru untuk membuat Manaro di depan-depan masjid, istilah Manaro sampai dengan Jawa bernama Menara, jadi di Makkah dan Madinah itu tidak ada Menara yang punya hanyalah Persia, soalnya menyembah api, apinya diletakan disana.

Setelah sayidina Husain di jadikan menantu sama Raja Rustum, waktu itu terjadi perpecahan politik antara Sayidina Ali dengan Muawiyah bin Abi Sofyan bab siapa yang paling layak untuk menjadi kholifah, akhirnya perang besar-besaran, yang kemudian Sayidina Husain diburu oleh putranya Muawiyah yang bernama Yazid bin Muawiyah.

Akhirnya di pertengahan perjalanan Madinah Basrah di lapangan besar yang bernama Kampung Karbala yaitu tanggal 10 Asyura, semua keluarganya Nabi di bunuh sama pasukan Yazid, maka dari itu, setiap tanggal 10 Asyura  9 Asyura itu menjadi hari dimana cucu-cucunya Nabi meninggal, di bunuh oleh Yazid bin Muawiyah, tetapi masih ada yang selamat satu yang bernamaa Sayid Ali Zaenal Abidin.

Peristiwa terbunuhnya cucu-cucunya Nabi pada waktu itu diingat-ingat oleh orang Islam, akirnya nama bulan Asyura kok kepanjangan, akhirnya diambil nama belakangnya menjadi Suro, maka dari itu, Bulan Suro itu adalah bulan duka, sehingga orang-orang Islam di Jawa pada bulan Suro pasti tidak ada yang menggelar pesta pernikahan atau mantu.

Sehingga kalau di Jogja setiap bulan Suro tidak berani menggelar pesta pernikahan itu bukan gara-gara Nyi Roro Kidul Mantu, melainkan mengingat cucu Nabi meninggal di bulan Asyuro.

Berbeda dengan Solo, ketika tanggal 1 suro ada tradisi muteri Beteng mengikuti Kebo Kyai Slamet, apabila Kebo tersebut mengeluarkan kotorannya, kotorannya itu diambil dibawa pulang dan kadang juga di usapkan di seluruh tubuh, sebab hal tersebut bermakna, bulan Suro itu bulan duka, jadi tidak digunakan untuk bersolek, itulah caranya masyarakat jawa mengingat-ingat biar peristiwa duka ini tidak dilupakan dan tidak diulangi.

Sayid Ali kemudian meninggalkan Arab mempunyai anak yang bernama Sayid Bakir, Sayid Bakir punya anak laki-laki bernama Sayid Ja'far Shodiq dan Sayid Musakhadim, dimana Sayid Ja'far Shodiq diteruskan oleh anaknya yang bernama Sayid Alwi Uraidi, keluar wilayah semakin menjauh dari wilayah jazirah Arab, beliau mepunyai anak bernama Sayid Muhammad, semakin bergerak menjauh karena situasi politik yang buruk.

Sayid Muhammad punya putra yang bernama Sayid Isa, kemudian punya anak laki-laki bernama Sayid Ahmad yang semakin menjauh lagi dari Jazirah Arab, beliau mempunyai anak yang bernama Sayid Ubaidillah, beliau mempunyai anak laki-laki bernama Sayid Alwi, nah Sayid Alwi ini yang menurunkan keturunan Asegaf, Al Athos, Shihab yang menyebar di Indonesia saat ini.

Sayid Alwi mempunyai anak yang bernama Sayid Muhammad semakin jauh, Sayid Muhammad mempunyai anak bernama Sayid Alwi, punya anak laki-laki bernama sayid Ali Khole Khosam, Sayid Ali semakin menjauh lagi dari jazirah mempunyai anak Sayid Ahmad Shokhaib merbab, punya anak laki-laki bernama Sayid Alawi Amil Faaqih, punya anak bernama Sayid Abdul Malik yang sudah sampai Mongol.

Sayid Abdul Malik ini mempunyai anak yang bernama Sayid Ahmad Jalaludin yang hijrah semakin jauh sampai dengan Champa (Kamboja), beliau mempunyai anak bernama Sayid Muhamad sampai Pasai yang akhirnya ikut mendirikan Negara Pasai (Negara Islam pertama di Indonesia) yang dirajai oleh Sultan Malikus Shaleh dan Sultan Malikud Dhohir.

Sampai disini beliau mempunyai anak yang bernama Sayid Jamaluddin Al Khusaini masuk ke tanah Jawa, masuk jawa tidak bisa menyebut Asyura akhirnya menjadi Suro, dan setelah di Jawa nama Sayid Jamaluddin Al Khusaini lebih popular menjadi syaikh Jumadil Kubro.

Syaikh Jumadil Kubro ini mempunyai anak yang bernama Sayid Ishak dan Sayid Ibrahim, yang akhirnya Sayid Ishak pindah sampai dengan Tuban dikenal sebagai nama Ibrahim Asmara Khondi, beliau punya anak yang bernama Raden Rohmad (Sunan Ampel) pindah ke Surabaya, sodaranya Sayid Ibrahim yang bernama Sayid Maulana Ishak pindah ke Banyuwangi.

Beliau diambil menantu oleh Minak Sembuyu Raha Blambangan di nikahkan oleh anaknya yang bernama Dewi Sekardadu yang kemudian punya anak Raden Paku atau Maulana Ainul Yaqin, Joko Samudra Sunan Giri.

Jadi perang di Karbala pada waktu itu membawa Berkah, gara-gara hal tersebut keturunan Nabi bisa sampai ke tanah Jawa, nah keluarga-keluarga ini selalu menceritakan bahwa mbah buyutmu dulu bisa sampai sini gara-gara perang di bulan Asyura/Suro, akhirnya selalu di ingat kalo bulan suro itu ya santunan anak yatim.

Sunan Ampel punya anak yang bernama Sunan Bonang, Sunan Bonang juga punya anak yang bernama Sunan Drajat, selain itu, sunan Bonang juga punya murid yang sangat luar biasa yang bernama Sunan Kalijaga dimana Islam bisa masuk dan diterima sampai dengan dipelosok pedalaman tanak Jawa.

Sehingga sejak saat itu, cerita-cerita terkait bulan Suro mereka selalu ingat dan akhirnya bisa kita kenal sekarang untuk dijadikan sebagai bulannya anak Yatim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun