Sampah merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi oleh banyak orang diseluruh dunia. Semakin tingginya jumlah penduduk dan aktivitasnya, membuat volume sampah terus meningkat. Akibatnya, untuk mengatasi sampah diperlukan biaya yang tidak sedikit dan lahan yang semakin luas.Â
Disamping itu, tentu saja sampah sangat membahayakan kesehatan dan lingkungan jika tidak dikelola dengan baik, pengelolaan sampah dimaksudkan agar sampah tidak membahayakan kesehatan manusia dan tidak mencemari lingkungan.Â
Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memperoleh manfaat atau keuntungan bagi manusia. Hal ini juga didasari  oleh pandangan bahwa sampah adalah sumber daya yang dapat dimanfaatkan dan bahkan memiliki nilai ekonomi. Pandangan tersebut muncul seiring dengan semakin langkanya sumberdaya alam dan semakin rusaknya lingkungan.
Dukuh kenteng lebih tepatnya dukuh yang berada di desa Ngadirejo Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo memiliki kreativitas yang patut ditiru oleh desa-desa yang lain dalam menjaga lingkungan yang bersih dan sehat yaitu melakukan gebrakan untuk pengelolaan sampah dengan didirikannya bank sampah dengan melibatkan seluruh masyarakat kenteng tanpa terkecuali.Â
Lewat outing clas mata perkuliahan pengembangan masyarakat kami diberikan sebuah wawasan mengenai bagaimana untuk memanfaatkan sampah agar dapat dimanfaatkan lagi dan bahkan dapat dijadikan sebagai penghasilan tambahan "karena sampah itu juga sama halnya dengan emas hitam yang memiliki harga yang tidak murah jadinya ya wajar kalau seumpama seorang pengepul sampah pada kaya-kaya semua, pada punya rumah yang mewah, dan mobil yang bagus, karena mereka pinter bisa membeli sampah dengan harga yang sangat murah dan dijual kembali dengan harga yang sangat mahal". tutur bapak Budi ketua RT dukuh Kenteng yang sekaligus mengisi materi pada outing class pengembangan masyarakat.
Secara umum sampah itu ada dua macam yaitu sampah organik dan anorganik. Untuk sampah yang organik dapat dimanfaatkan untuk membuat pupuk dengan diolah dikompos atau bahasa kasarnya itu adalah dibosokno yang kemudian bisa dijual dan dapat menghasilkan uang atau bisa juga dapat dimanfaatkan masyarakat sendiri untuk media tanam di pekarangan lahan yang kosong atau disekitaran rumah warga yang saat ini dilaksanakan oleh KWT (kemunitas wanita tani) dan hasil pertanian pun kalau sudah panen dapat menghasilkan uang pula.Â
Untuk sampah anorganik itu bisa dimanfaatkan untuk pembuatan bank sampah yang dimana masyarakat mengumpulkan sampah-sampahnya sendiri dirumahnya masing-masing dan sudah dipisah antara sampah organik dan non organik yang kemudian disetorkan di bank sampah dan diganti dengan uang berdasarkan berat ringannya karung yang berisi sampah.
Sejarah singkat berdirinya bank sampah di kenteng Ngadirejo tak lepas dari perjuangan kepala desa Ngadirejo pada saat baru terpilih menjadi seorang nomer satu didesa Ngadirejo, berkeinginan ingin membuat suatu kegiatan rutin yang bermanfaat bagi seluruh masyarakatnya  yang bakal tidak ada habisnya, dan terpikirlah untuk mengolah sampah yang dimana menurut pandangan masyarakat luas yang sadar terhadap lingkungan bersih bahwasanya sampah merupakan masalah utama yang setiap waktu bertambah dan kalau seumpama mau dibuang mau dibuang kemana? apakah disungai? biar sampahnya bisa ikut aliran air, bukannya menyelesaikan masalah tapi malah menambah masalah baru, atau di kubur? kalau sampah organik sih ok ok saja.Â
Akan tetapi, kalau sampahnya non organik kayak plastik dan kawan-kawannya bagaimana?, atau malah dibakar? ingat!!! asap hasil pembakaran sampah itu tidak hanya dapat langsung terhirup oleh manusia, tetapi juga bisa menempel pada benda-benda yang ada disekitarnya, seperti pohon, tanaman kebun dan permukaan tanah lainnya, walaupun apinya sudah padam akan tetapi, zat kimianya hasil pembakaran sampah juga sering untuk dikonsumsi setiap harinya karena asapnya sudah menempel pada bahan-bahan makanan.Â
Dan apabila jika bahan-bahan kimia tersebut terus dihirap oleh manusia, maka ini dapat mengakibatkan sesak nafas, infeksi mata, sakit kepala dan pusing.Â
Kemudian sang kepala desa langsung memanggil pak Budi selaku ketua RT kenteng yang sekaligus juga wakil ketua sebuah organisasi sosial peduli sampah di kabupaten Sukoharjo yang selanjutnya langsung merealisasikan dengan uji coba di kenteng dengan meminta bantuan dari pemerintah kabupaten sukoharjo akhirnya tereleasikan hingga sekarang ini dan sekarang desa Ngadirejo menjadi rujukan bagi desa-desa yang lain dalam pengelolaan sampah dan juga sering diundang dalam acara-acara peduli lingkungan.