Mohon tunggu...
Ahmad Nuril Mustofa
Ahmad Nuril Mustofa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Founder Yayasan Pesantren Alam Nusantara Kota Batu

Menulis adalah secercah harapan untuk masa depan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tradisi Tingkepan Berharap Kelancaran Proses Kelahiran

8 Januari 2020   20:38 Diperbarui: 8 Januari 2020   20:41 5815
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tradisi Tingkepan sepertinya sebuah tradisi yang dipertahankan turun temurun dari nenek moyang, hal ini berkembang luas di tengah masyarakat dan lazim dilakukan, khususnya oleh masyarakat Jawa. Upacara ini dilakukan dengan harapan agar bayi yang berada dalam kandungan diberikan keselamatan, lahir dengan selamat dan menjadi anak shaleh dan ditakdirkan dalam kebaikan kelak ketika lahir ke dunia.

Upacara Tingkeban adalah salah satu tradisi selametan dalam masyarakat Jawa, disebut juga mitoni berasal dari kata pitu yang artinya tujuh. Seperti namanya, tingkeban/mitoni dilaksanakan pada usia kehamilan tujuh bulan.

Upacara Tingkepan  ini dilakukan hanya pada saat hamil pertama seorang istri. Sedangkan untuk kehamilan selanjutnya, biasanya upacara yang dilaksanakan tidak semeriah pada kehamilan pertama, namun tetap dilaksanakan dengan sederhana, yaitu yang umumnya berupa slametan, dengan cara mengundang beberapa tokoh agama dan masyarakat sekitar untuk membaca ayat-ayat Al-Qur'an dan do'a untuk keselamatan calon bayi serta ibunya dan mendo'akan agar anak yang dilahirkan kelak menjadi anak yang shaleh/shaleha. 

Upacara ini dilakukan pada saat kandungan berusia tujuh bulan, dan biasanya diawali dengan upacara selamatan pada usia kandungan empat bulan. Pada masa itu merupakan masa pembentukan janin yang wajib dirawat dan diruwat. 

Perawatan dilakukan dengan menjaga calon ibu agar kondisinya tetap sehat, terjaga dan janin yang dikandungnya juga sehat. Sedangkan meruwatnya dilakukan dengan cara mendo'akan janin yang dikandungnya serta calon ibu agar diberi keselamatan dan diberikan kemudahan dalam proses persalinan.

Menurut saya, tradisi ini merupakan salah satu upacara yang sangat dipertahankan untuk dilaksanakan karena banyak sekali ketentuan yang harus dipatuhi, tetapi saya juga berpikir bahwa semua usaha yang dilakukan agar semua dapat dijalankan dengan lancar sepadan dengan tujuan yang ingin diraih, yaitu memohon berkat kepada Tuhan.

Nilai budaya yang dipegang Masyarakat Jawa masih sangat tinggi karena budaya ini masih dipertahankan sampai sekarang dan juga meyakinkan bahwa Masyarakat Jawa masih memiliki rasa kepercayaan kepada Sang Pencipta yang kuat. 

Ketaatan inilah yang membawa doa terbaik menuju proses persalinan, doa bersama dilaksananakan bersama sama sekligus sebagai media untuk menyampaikan kabar baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun