Tapi semakin dia berpikir, semakin jelas bagi Sophie bahwa mengetahui apa yang tidak diketahui adalah juga semacam pengetahuan. Hal yang paling tolol yang diketahuinya adalah jika orang bersikap seolah-olah dia mengetahui segala sesuatu yang dia sama sekali tidak mengetahuinya.
Setelah mencerna ungkapan itu lebih dalam dan kritis, Akhirnya Sophie tahu bahwa sebab dari kebijaksanaan adalah sadar atas apa yang diketahui dan yang tidak diketahui.
Jika Ilmu Akhlak 'Amaliy ( praktis ) bersumber dari nur ilahi dan norma adat-istiadat. Maka Ilmu Akhlak Nazhoriy ( praktis ) Â bersumber dari akal.
Sejatinya ilmu Akhlak 'Amaliy ( praktis ) dan Ilmu Akhlak Nazhoriy ( teoritis ) sama-sama memiliki tujuan yang sama, yaitu membuat gambaran tertinggi bagi manusia yang berupa nilai-nilai dan pondasi-pondasi akhlak agar manusia dapat menjalani kehidupan dengan baik atas petunjuk yang didapatkan dari gambaran yang telah diberikan tersebut.
Apabila Ilmu Akhlak Nazhoriy ( teoritis ) dipahami dengan akal yang salim, maka tidak akan  bertentangan dengan Ilmu Akhlak 'Amaliy ( praktis ) yang diambil melalui sumber yang jelas, tidak mengandung keraguan, dan memiliki kebenaran yang mutlak.
Justru Ilmu Akhlak Nazhoriy ( teoritis ) dapat membantu mereka yang mulai jenuh atau tidak merasa puas dengan sajian Ilmu Akhlak 'Amaliy ( praktis ) yang lebih kepada pembiasaan, pemaksaan, anjuran, dan seruan.Â
Adapun Ilmu Akhlak 'Amaliy ( praktis ) pun juga dapat membantu mereka yang mempelajari Ilmu Akhlak Nazhoriy ( teoritis ) yang terlalu sibuk dengan pencarian-pencarian filosofis mengenai akhlak tapi belum mendapatkan Uswatun hasanah alias role modelnya.
Teruntuk kamu yang mungkin jenuh kenapa agama dan adat memaksakan kamu untuk berlaku baik, atau teruntuk kamu yang bertanya-tanya "kenapa kita harus belajar ?", "kenapa tuhan mewajibkan kita untuk belajar ?" "kenapa kita tidak boleh berbohong ?", "bagaimana suatu perbuatan bisa dikatan perbuatan baik atau buruk ?". Maka kamu bisa mencarinya pada teori-teori akhlak yang disajikan para filsuf, ulama, dan cendekiawan.
Sedangkan teruntuk kamu yang mungkin terlalu sibuk mengkaji tentang "apa itu baik ?", "apa itu buruk ?", "bagaimana cara untuk sampai pada kebahagiaan yang hakiki ?" tapi belum menemukan bagaimana penerapannya dan siapa uswatun hasanahnya alias role modelnya, maka kamu bisa mencarinya pada pembelajaran agama-agama yang pada aslinya seluruh agama mengajarkan kebaikan.
Wallahu'alam.
Referensi :