Dito adalah seorang anak laki-laki yang beranjak remaja, namun dia masih bingung arah untuk melangkah selanjutnya.Â
Keraguan yang selalu menghantuinya dan rasa tidak percaya diri membuat dia tak bisa untuk berkembang dan selalu bertanya tanya kepada dirinya merenungkan di dalam kamar
Dito " Bagaimana aku bisa melanjutkan sekolah ini ke jenjang lebih matang lagi. Sedangkan, aku lihat teman-temanku saat ini sudah mempunyai jalannya masing-masing dan aku hanya bisa berdiri disini tanpa melangkah".
Tetesan air mata-pun membasahi pipi dito yang selalu ragu dan tidak percaya diri akan tetapi di sisi lain dia ingin membahagiakan orang tuanya di rumah.
Sampai waktu dito ingin keluar dari kamarnya ingin mengambil minuman dan juga ingin membasuh kaki wajah dan gigi untuk persiapan tidur tiba-tiba, ayah datang sebelum dito mau ke kamar mandi.
Ayah melihat mata dito yang lebam seperti sudah menangis akhirnya, karena ke khawatiran sang ayah-pun menanyakannya kepada ditoÂ
Ayah "dito?"
Dito " i-iya yah" sambil mengusap ingus di hidungnya dan mengusap air matanya
Ayah "ada masalah apa kau nak? Tidak usah berbohong karena raut wajahmu sudah tidak bisa mengalihkan pertanyaan ayah" dengan lembut ayahnya berbicara karena dito sangat sukit untuk berbicara kepada ayahnya karena tidak ingin membenani orang tuanya sendiri
Dito " hmmm...sebenarnya aku ini hidup apa gunanya? Karena aku selalu bertanya tanya di dalam benakku sedari aku kecil hingga tumbuh remaja saat ini masih belum membahagiakan orang tuanya sendiei sedangkan teman dekatku dan bahkan tetangga kita anak mereka sudah membuat orang tuanya beberapa kali di buat bahagia karena prestasi mereka sedangkan aku TIDAK ADA!!!hiks...hiks...hiks..."sambil sesenggukan
Ayahpun menghela nafas dengan lembut, kemudian mendekati dito yang sedang menatap kebawah lantai dengan badan yang tegap laku di peluklah dito di tambah dengan mama dito yang kemudian datang karena mendengar pembicaraan mereka
Ayah "nak, atah dan mama tidak pernah menuntut kamu untuk berprestasi seperti hal-nya orang lain di luar sama yang bisa membahagiakan orang tuanya dengan itu tidak, tidqk sama sekali ayah dan mama cukup melihat kamu rajin sekolah rajin belajar dan merangkul semua teman untuk berbuat baik itu sudah lebih cukup untuk membahagiakan ayah dan mama terlebih lagi kamu sehat itu sudah cukup.."
Dito " t-tapi..."
Ayah "tidak ada tapi-tapian, semua irang memiliki alur jalan mereka sendiri dan mempunyai berpikiran sendiri-sendiri jadi jamgan sama kan pemikiran kamu dengan orang lain akan tetapi semua orang juga mempunyai kelemahan juga dan itu berbeda beda maka dari itu manusia saling membutuhkan satu sama lain"
Mama " iya dito tidak usaha mendengarkan perkataan orang lain ataupun merasa tidak percaya diri, yakin dengan apa yang ingin dito lakukan dan harus bertanggung jawab setelah apa yanh kamu lakukan itu yang bagjs"
Dito"...."terdiamÂ
Ayah" sudah tidak usah di pikirin sini kita berpelukan"
Mama " iya sini hmmm"
Tumbuh sebyum di balik bibir dito karena sudah mengetahui apa yang harus dia lakukan kedepannya
Dito " terima kasih ayah,ibu. Dito janji bakalan ngebahagiain kalian namti setelah dito sukses "
Ayah dan ibu " amiiin iya nak"
Bahagia yang sangat sederhana hanya karena sebuah saran dan pembelajaran dari orang tua
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H