Seperti yang sudah disebutkan bahwa penipuan berkembang dan berevolusi mengikuti perkembangan jaman. Jika melihat contoh-contoh yang ada diatas, aksi penipuan dilakukan secara langsung, dimana pelaku dan korban bertemu secara tatap muka lalu pelaku melancarkan tipu muslihatnya. Namun di jaman sekarang, seiring dengan berkembangnya teknologi dan meningkatnya kemampuan masyarakat kita, penipuan seperti itu sudah tidak efektif lagi, meskipun di beberapa tempat masih laris manis. Sebagai gantinya, para penipu jaman sekarang menggunakan kecanggihan teknologi untuk memanfaatkan, memanipulasi dan mengelabui korban.
Saat ini, jika kita berbicara terkait bentuk-bentuk penipuan, ada banyak sekali yang bisa disebutkan. Seperti penipuan berkedok investasi, penipuan berkedok penawaran hadiah pemenang undian, penipuan berkedok kenalan/kerabat, penipuan pekerjaan, penipuan di sosial media, penipuan lewat apk belanja online, phising melalui web palsu, dsb. Berbagai jenis penipuan ini umumnya dilakukan melalui alat elektronik, utamanya pc dan handphone. Dan secara umum, para penipu di jaman sekarang ini disebut sebagai scammers. Scammer adalah orang yang melakukan upaya penipuan, biasanya dilakukan oleh sekelompok, individu atau perusahaan yang dilakukan melalui internet.
Siapa yang menjadi target utama dari para scammer ini? Untuk menjawab pertanyaan ini perlu lebih dulu diketahui jenis penipuan yang mereka lakukan.
Misalnya penipuan jenis phising melalui web. Penipuan jenis ini merupakan penipuan berbasis digital, dimana scammer membuat sebuah web yang seolah-olah tampak seperti web resmi milik suatu lembaga/instansi pemerintah. Tujuannya untuk mencuri data pribadi milik korban seperti username dan password medsos, pin dan password kartu kredit, ataupun informasi sensitive lainnya. Mekanismenya? Para scammer ini seringkali mengirimkan notifikasi, pesan, gmail, ataupun iklan yang mengarahkan mereka ke situs palsu tersebut. Lalu kemudian korban akan diminta untuk memasukkan data pribadi sebagai bentuk “login” ke situs tersebut, disinilah jebakan utamanya, para scammer ini seringkali menjadikan alasan “memperbarui akun” atau “mohon verifikasi data diri” untuk memanipulasi korban agar mau memasukkan informasi pribadinya. Setelah informasi tersebut dimasukkan, maka secara otomatis para scammer ini telah mempunyai semacam amunisi untuk digunakan ke tahap berikutnya. Dengan bekal informasi pribadi korban, para scammer ini bisa melakukan pencurian identitas ataupun membobol rekening korban. Berikut penjelasan pembagian jenis-jenis web phising:
- Banking Phishing: Korban diarahkan ke situs palsu yang menyerupai bank untuk mencuri informasi user dan pin password saat login.
- Social Media Phishing: Penipuan yang menargetkan akun media sosial untuk mengakses informasi pribadi atau mengendalikan akun korban.
- Online Shopping Phishing: Pelaku membuat situs palsu yang menyerupai platform e-commerce terkenal, menipu korban untuk membayar barang yang tidak ada.
Dalam praktiknya, para scammer ini menggunakan metode eksploitasi—yang sudah disebutkan sebelumnya. Mereka mengeksploitasi ketidaktahuan dan keterbatasan pengetahuan korban akan situs web untuk kemudian dimanipulasi demi keuntungan mereka semata. Apalagi realita saat ini, dengan tingginya intensitas penggunaan gadget dan sosmed memungkinkan orang-orang untuk salah/tidak sengaja mengklik link yang mengarah ke web phising. Dan itu kita baru membahas satu contoh, padahal di paragraph sebelumnya sudah disebutkan bahwa ada banyak sekali jenis penipuan di era digital ini.
Inilah yang kemudian menimbulkan kekhawatiran public. Bagaimana cara menghindari para scammer ini? Untuk menjawab pertanyaan ini, penulis sudah merangkum beberapa solusi untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari agar memperkecil kemungkinan kita untuk terjerat para scammer ini.
1. Mempelajari Modus-Modus Penipuan
Kita bisa mulai dengan meluangkan waktu untuk mempelajari berbagai modus penipuan, utamanya yang sedang marak terjadi. Sebab sejatinya, penipuan berbasis digital ini juga mempunyai pola, dan dengan mempelajari pola tersebut kita dapat meminimalisir peluang untuk masuk ke dalam pola tersebut. Modus phishing sering kali melibatkan email palsu yang tampak berasal dari bank, meminta Anda memperbarui informasi akun. Pelajari bagaimana email resmi biasanya ditulis dan cek keaslian sumbernya. Selain itu kita juga bisa mengikuti informasi terkait penipuan yang terungkap melalui media berita ataupun situs kepolisian.
2. Selalu Periksa Keaslian Informasi
Jika menerima email, pesan serta telepon yang mengatasnamakan suatu perusahaan/instansi/lembaga jangan langsung percaya, sebelum menghubungi balik selalu periksa keaslian informasi tersebut, seperti dengan mengecek nomor kontak perusahaan di situs resminya. Atau Cek ejaan dan URL dari link yang dikirimkan. Sebab penipuan sering menggunakan link palsu yang ada perbedaan huruf dengan yang aslinya, seperti www.gooogle.com (bukan www.google.com). Selain itu, jangan pernah mengklik tautan dari sumber yang tidak dikenal dan lebih baik mengetik URL secara manual alih-alih mengklik tautan langsung yang dikirimkan.
3. Hindari Pemberian Informasi Yang Berlebihan dan Batasi Informasi di Medsos