Dan masih banyak lagi komentar-komentar senada yang ada di video tersebut maupun video lainnya dari orang-orang yang mengikuti tren Marriage Is Scary ini (untuk yang penasaran sama video-video tren Marriage Is Scary, bisa klik langsung ketik keywordnya, atau klik link ini https://www.tiktok.com/search?q=marriage%20is%20scary&t=1731879023237). Komentar-komentar ini menggambarkan secara jelas bahwa tren Marriage Is Scary ini memiliki Domino Effect, situasi dimana satu peristiwa memicu munculnya peristiwa lainnya yang serupa. Sehubungan dengan konteks, Domino Effect ini berawal dari mereka yang membuat video terkait Marriage Is Scary, yang kemudian secara langsung menanamkan kekhawatiran serta ketakutan pada orang-orang yang menontonnya, mengakibatkan munculnya berbagai prasangka dan ketakutan terhadap pernikahan yang serupa.
Padahal sebenarnya, jika kita berbicara terkait pernikahan, seperti yang sudah disebutkan pada beberapa paragram sebelumnya, bahwa pernikahan merupakan ikatan yang tercipta disebabkan dan menyebabkan banyak kompleksitas di dalamnya. Pernikahan tentunya tidak hanya berisi tentang cinta, namun juga komitmen, dimana seorang pria dan seorang wanita berjanji mendukung, berbagi tanggung jawab, dan bekerja sama untuk menghadapi tantangan hidup sampai maut memisahkan. Karena itulah, penting untuk menyatukan tujuan prinsip, prioritas serta tujuan dalam agar tercipta keharmonisan dalam hidup.
Dan selayaknya hidup, pernikahan juga mempunyai dinamikanya sendiri. Ia mempunyai tantangan, konflik, dan ketegangan di dalam perjalanannya. Inilah yang kemudian menjadi masalah bagi banyak anak muda zaman sekarang. Dengan perkembangan sosial media serta masuknya kebudayaan luar, dimana kita tahu sendiri kebudayaan luar berbanding terbalik dengan kita yang masih berdasar atas nilai-nilai dan prinsip sosial. Masuknya berbagai sosial media dan film yang seringkali menampilkan film pendek atau serial drama tentang pernikahan yang digambarkan sangat indah, romantic dan berjalan tanpa masalah, yang kemudian menyebabkan banyak anak muda melihat pernikahan sebagai hal yang sangat indah. Fenomena inilah yang kemudian menciptakan ekspektasi yang tinggi dari perspektif anak muda terkait pernikahan. Padahal pernikahan sendiri merupakan bagian dalam perjalanan hidup, maka sudah sewajarnya ia mempunyai masalahnya sendiri.
Selain itu, sosial media seperti tiktok dan Instagram seringkali menampilkan postingan pernikahan yang megah nan mewah. Misalnya pasangan yang memamerkan liburan romantis atau momen intim di Instagram sering kali tidak menunjukkan sisi lain dari hubungan, seperti perdebatan atau pertengkaran. Inilah yang sebenarnya bisa menjadi jebakan batman bagi kita, jika kita hanya terfokus pada sisi glamour dari pernikahan, maka tentu akan ada perasaan kecewa dan terkejut ketika menyadari bahwa ada sisi lain, yaitu konflik dan tantangan.
Karena itu, penting bagi anak muda jaman sekarang untuk mengetahui dan memahami bahwa pernikahan tidak bisa hanya dilihat dari satu sisi saja. Sebab seperti yang sudah disebutkan—pernikahan sejatinya merupakan ikatan yang penuh dengan kompleksitas, yang mana dapat menimbulkan pertentangan dan konflik. Pernikahan tidak sesimpel yang mereka tonton di film-film percintaan, dimana ada pasangan yang rebut dan bertengkar tapi hanya dengan satu ciuman dan pelukan hubungan mereka kembali membaik. Pernikahan juga tidak sebahagia di cerita-cerita novel genre romance yang mereka baca, dimana saat salah seorang merajuk, seorang yang lain akan melakukan apapun agar pasangannya kembali ceria. Pernikahan tidak seindah lagu-lagu yang sering diputar dan didengar di radio, yang selalu mengisahkan tentang kebahagiaan abadi dan cinta tanpa ujian. Ada kalanya, perasaan saling mencintai diuji oleh perbedaan pendapat, beban kehidupan, atau kesulitan finansial. Namun, justru melalui konflik-konflik inilah pasangan dapat tumbuh dan semakin memahami satu sama lain.
Â
Tibalah dibagian kesimpulan, penulis berharap analisa sederhana terkait bagaimana tren tiktok Marriage Is Scary mempengaruhi cara berpikir dan cara melihat anak muda terhadap pernikahan ini dapat membuat para remaja paham bahwa sejatinya memang pernikahan tidak sesimpel dan sesederhana itu. Perkembangan media sosial lah yang kemudian membuat para anak muda sering berkhayal tinggi tentang indahnya pernikahan. Padahal sekali lagi, pernikahan tidak sesimpel dan sesederhana itu. Sekian Terimakasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H