Dan masih banyak lagi data dari berbagai sumber yang menunjukkan statistik penggunaan internet oleh masyarakat kita berdasakan kriteria tertentu, mulai dari jenis kelamin dan umur pengguna medsos, latar belakang mereka, durasi penggunaan, tujuan penggunaannya, dan masih banyak lagi. Jika teman-teman penasaran dengan spesifkasi lebih rinci terkait data tersebut, cukup ketik keyword yang sudah ada di kalimat sebelumnya, sebab bukan penjelasan dari data tersebut yang menjadi poin utama dari pembahasan pada kesempatan kali ini.
Data diatas sekaligus memperkuat argument bahwa intensitas penggunaan media sosial di Indonesia memang terbilang tinggi.
Pertanyaan yang kemudian muncul ialah, Berdasarkan data diatas terkait tingginya penggunaan media sosial, apakah dapat disimpulkan bahwa masyarakat kita telah mengalami kecanduan medsos?
Sebelum membuat kesimpulan, perlu lebih dulu kita ketahui apa itu kecanduan. Kecanduan merupakan situasi dimana kecenderungan seseorang dalam melakukan sebuah aktivitas yang awalnya tidak wajib berubah menjadi sebuah keharusan yang mendesak dan mempengaruhi kebiasaan hidupnya. Ini disebabkan karena seseorang mengalami ketergantungan, baik secara fisik maupun psikis terhadap sesuatu. Bagi penulis, tingginya intensitas dari suatu aktivitas tidak serta merta membuat kita dapat dikatakan kecanduan terhadap aktivitas tersebut. Frekuensi dan intensitas sebenarnya hanya salah satu unsur dari berbagai tahapan yang dibutuhkan agar seseorang dapat dikatakan kecanduan, adapun tahapan-tahapan ketika seseorang mulai kecanduan yaitu: ketergantungan, hilangnya control terhadap diri sendiri, serta memiliki dampak negatif. Dan atas dasar penjelasan tersebut, jawaban penulis terhadap pertanyaan diatas bahwa: iya, masyarakat kita memang sudah dapat dikatakan kecanduan medsos, sebab sudah memenuhi unsur-unsur yang sudah disebutkan. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
Dimulai dari tahap ketergantungan, saat ini orang-orang cenderung tak bisa lepas dari gadget mereka, mereka menggunakan perangkat elektronik ini mulai dari ketika mereka belajar, bekerja, berkomunikasi bahkan sampai mencari hiburan seperti bermain game atau menonton serial drama kesukaan mereka. Ketergantungan ini muncul ketika seseorang merasa bahwa aktivitas tersebut adalah satu-satunya cara untuk memenuhi kebutuhan sosial atau psikologis mereka, seperti kebutuhan akan penghargaan, validasi, dan semacamnya. Dan ini bisa terjadi dimanapun dan kapanpun tanpa memperhatikan waktu dan tempat. Contohnya ketika sedang menunggu guru di kelas, makan di kantin, dan sebagainya, mayoritas orang yang kita jumpai lebih focus ke gadget mereka, sibuk dengan dunia dalam layar.
Ketika seseorang sudah mengalami ketergantungan terhadap sesuatu, maka secara perlahan tapi pasti ia akan memasuki tahap berikutnya, yaitu hilangnya kemampuan untuk mengontrol diri atas hal tersebut atau yang biasa disebut sebagai Self-Control Loss. Istilah ini merujuk pada situasi dimana seseorang sudah tidak dapat mengontrol dan mengendalikan perilakunya. Sehubungan dengan topik yang dibahas, orang yang mengalami Self-Control Loss ini akan kehilangan kemampuannya untuk membatasi penggunaan gadget dan medsos. Ketika seseorang kehilangan kontrol atas dirinya, maka niat seseorang untuk membatasi penggunaan gadget tidak terwujud dalam perilaku nyata, sehingga kebiasaan yang buruk akan terus berlanjut. Ini disebabkan orang tersebut sudah mengalami unsur yang pertama, yaitu ketergantungan. Adanya rasa ketergantungan, membuat mereka terus-menerus menggunakan gadget mereka, sekalipun tidak ada kebutuhan yang mendesak.
Hal ini bisa disebabkan beberapa hal, misalnya notifkasi dari aplikasi dan medsos yang seringkali membuat kita merasa harus memeriksa gadget kita agar mengetahui isi dari notifikasi tersebut. Selain itu, gadget dan sosmed membuat kita memiliki akses yang melewati batasan ruang dan waktu terhadap banyak hal. Inilah yang kemudian menyebabkan seseorang kesulitan untuk membuat batasan waktu terhadap dirinya sendiri. Misalnya, ketika sedang chat-an dengan teman lewat medsos, seseorang terkadang lupa waktu dan baru berhenti setelah berjam-jam. Membuatnya abai terhadap kegiatan lain yang mungkin lebih penting, seperti belajar, bekerja, atau istirahat.
Dan pada akhirnya, saat manusia kehilangan control terhadap sesuatu, maka tentu akan muncul dampak negatif. Sebab di tahap ini, seseorang akan terjebak dalam lingkaran setan. Dalam konteks ini, ada banyak sekali dampak negatif yang ditimbulkan oleh penggunaan gadget dan sosmed yang berlebihan. Pada kesempatan kali ini, penulis sudah berusaha untuk mengumpulkan dan menghubungkan segala dampak negatif yang mungkin timbul dari kecanduan medsos ini. Berikut diantaranya:
Dampak negatif terhadap kesehatan fisik dan mental
Ada banyak sekali dampak negatif yang muncul akibat penggunaan medsos yang berlebihan terhadap kesehatan fisik dan mental. Salah satunya gangguan terhadap waktu tidur. Dalam contoh kasus, orang-orang yang sudah kecanduan gadget dan medsos sangat sering begadang. Dikarenakan mereka sibuk scrolling sosmed atau bermain game, push-rank bersama teman-teman. Tentunya kebiasaan ini menimbulkan dampak buruk terhadap kesehatan fisik, seperti penurunan imun tubuh atau munculnya berbagai penyakit. Contoh lainnya dalam dampak kecanduan medsos terhadap fisik adalah penurunan aktivitas fisik, sebab ketika sibuk bermain gadget dan sosmed, tubuh kita cenderung diam di tempat selama berjam-jam yang menyebabkan melemahnya otot serta penurunan kinerja tubuh. Dan dampak nyatanya? Berbagai penyakit seperti obesitas bahkan jantung beresiko menyerang.