Mohon tunggu...
Ahmad Mutawakkil Syarif
Ahmad Mutawakkil Syarif Mohon Tunggu... Mahasiswa - Just a kid from Cendrawasih, Makassar

Hidup adalah seni menggambar tanpa penghapus

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tren Tawuran #3: Meredam Tawuran dengan Langkah Konkret untuk Menurunkan Angka Kekerasan di Kalangan Remaja

10 November 2024   14:40 Diperbarui: 11 November 2024   19:36 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

D. Ranah Pemerintahan

Pemerintah pada tingkat daerah bisa mulai melakukan koordinasi dengan kepala camat atau lurah, guna memetakan area yang sering terjadi tawuran dan melakukan intervensi cepat jika ada indikasi perselisihan antar kelompok. Selain itu, pemerintah juga bisa melakukan kampanye anti tawuran, serta sosialisasi terkait gejala-gejala dini tentang tawuran. ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya mendeteksi tanda-tanda awal konflik di sekitar mereka.

Dengan penerapan solusi pada tahap pre-emtif, diharapkan potensi tawuran dapat ditekan sedini mungkin sebelum berkembang menjadi kekerasan yang lebih serius. Pendekatan ini menekankan pentingnya deteksi dini dalam ranah sosial, pendidikan, hukum, dan pemerintah agar mereka tidak terjerumus dalam perilaku agresif, sehingga tercipta lingkungan yang lebih aman dan harmonis di masyarakat.

2. Solusi Dalam Tahap Preventif

Dikutip dari (hukumonline.com, 2024), Secara etimologi, preventif berasal dari bahasa latin pravenire yang artinya 'antisipasi' atau mencegah terjadinya sesuatu. Singkatnya, upaya preventif adalah upaya pengendalian sosial dengan bentuk pencegahan terhadap adanya gangguan. Berdasarkan pengertian secara etimologi tersebut, penulis menarik pengertian bahwa upaya preventif adalah upaya dalam bentuk pencegahan yang mana merupakan bentuk lanjutan dari tahap pre-emtif, dan dilakukan secara aktif untuk menghindari terjadinya suatu masalah atau kejadian buruk, sebelum masalah tersebut benar-benar membesar. 

Sama seperti tahap pre-emtif, pada tahap preventif ini seluruh lapisan masyarakat dengan latar belakang yang berbeda-beda punya peran mereka masing-masing. Adapun berikut langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh masyarakat pada tahap ini:

A. Ranah Sosial

Di tahap preventif, orang tua harus melakukan pengawasan secara aktif dan memberi bimbingan bagi anak dalam memilih lingkungan pergaulannya di luar rumah. Orang tua harus memantau aktivitas dan pergaulan anak mereka, dengan cara meningkatkan kontrol terhadap pergaulan dan aktivitas sehari-hari. Ini bertujuan untuk mengetahui dengan siapa anak mereka berteman, serta berkomunikasi secara terbuka untuk mengetahui setiap masalah yang anak mereka alami. Dan terakhir, orang tua juga harus menyediakan dukungan emosional yang kuat agar anak-anak tidak merasa terisolasi dan mencari pelampiasan di luar rumah melalui perilaku negatif seperti tawuran.

Masyarakat sekitar juga berperan dalam mencegah lebih lanjut anak-anak di lingkungan mereka agar tidak terlibat dengan tawuran. Masyarakat bisa mulai dengan membentuk komunitas yang menjadi wadah berkumpulnya anak-anak sekitar, juga untuk menyediakan ruang diskusi bagi mereka. Selain itu masyarakat sekitar juga bisa mengadakan kegiatan yang bisa meningkatkan interaksi sosial, seperti gotong royong, kerja bakti atau acara lainnya yang melibatkan anak muda. Dimana tentunya diharapkan ini bisa meningkatkan rasa cinta anak terhadap lingkungan sekitarnya serta mengurangi kecenderungan untuk berkonflik. Dan terakhir, peran tokoh masyarakat, seperti ustadz, ketua RT, dan sebagainya juga penting, yang dimana mereka bisa memberikan bimbingan dan pengawasan secara langsung.

Pentingnya gotong royong. Sumber: https://www.panggungharjo.desa.id/makna-gotong-royong-kerja-sama-kekeluargaan-dan-musyawarah/
Pentingnya gotong royong. Sumber: https://www.panggungharjo.desa.id/makna-gotong-royong-kerja-sama-kekeluargaan-dan-musyawarah/
B. Ranah Pendidikan

Pihak sekolah, tenaga pendidik harus lebih tegas dalam menyikapi siswa yang menunjukkan tanda-tanda perubahan sikap ke arah agresif, apalagi jika siswa tersebut cenderung emosional dalam menyelesaikan masalahnya. Apabila ditemukan siswa dengan ciri-ciri seperti itu, maka guru harus melakukan bimbingan khusus terhadapnya guna membantu siswa dalam mengendalikan perasaan emosional nya itu. Guru juga dapat membuat semacam tim khusus untuk melakukan monitoring/observasi pada siswa-siswa yang mengalami ciri-ciri seperti yang disebutkan pada kalimat pertama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun