Mohon tunggu...
Ahmad Mutawakkil Syarif
Ahmad Mutawakkil Syarif Mohon Tunggu... Mahasiswa - Just a kid from Cendrawasih, Makassar

Hidup adalah seni menggambar tanpa penghapus

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tren Tawuran #3: Meredam Tawuran dengan Langkah Konkret untuk Menurunkan Angka Kekerasan di Kalangan Remaja

10 November 2024   14:40 Diperbarui: 11 November 2024   19:36 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penangkapan pelaku tawuran. Sumber: https://news.detik.com/berita/d-7334502/polisi-tangkap-6-pelaku-tawuran-di-bogor-celurit-dan-pedang-disita

Sumber: CANVA.
Sumber: CANVA.

1. Solusi Dalam Tahap Pre-Emtif

Upaya preemtif adalah upaya yang dilakukan pada tingkat proses pengambilan keputusan dan perencanaan (jogja.polri.go.id, 2024). Secara sederhana pada tahap pre-emtif, solusi yang ada bertujuan untuk mendeteksi potensi dini konflik dan tanda-tanda awal yang dapat memicu tawuran sebelum benar-benar terjadi. Di tahap pertama ini, seluruh lapisan masyarakat dari berbagai bidang punya perannya masing-masing, adapun penjelasannya sebagai berikut:

 A. Ranah Sosial

Dalam ranah sosial, peran keluarga sangatlah penting, sebagaimana yang kita ketahui orang tua adalah guru pertama bagi kita, yang mengajari kita berbahasa, beragama dan juga berosialisasi. Karena itu, orang tua harus mengajarkan nilai-nilai toleransi, empati, dan keterbukaan. Pendidikan karakter sejak dini akan membentuk perilaku positif bagi anak ketika mereka berinteraksi di luar rumah. Selain itu, orang tua harus menjadi role model bagi si anak, mereka harus memberi contoh pada anak bahwa masalah yang ada bisa diselesaikan tanpa adanya kekerasan. Ini kemudian menjadi penting karena pada dasarnya anak cenderung meniru perilaku orang yang dilihatnya. Ketika anak menyaksikan bahwa konflik dapat diselesaikan secara damai, mereka akan belajar nilai-nilai kedamaian dan pengendalian diri. Hal ini krusial, sebab data menunjukkan bahwa sepanjang 2024 ini, ada sekitar 22.119 kasus kekerasan dala rumah tangga (kemenpppa.go.id, 2024). Tingginya angka ini mengindikasikan bahwa pola kekerasan masih cukup banyak terjadi di lingkungan keluarga, yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi perkembangan emosi dan pola pikir anak.

Selain itu, masyarakat sekitar juga harus aktif terlibat dalam menciptakan lingkungan yang kondusif dengan mengadakan forum diskusi guna memperlancar komunikasi antarwarga, seperti rapat RT/RW, ini bertujuan untuk mendeteksi lebih dini potensi konflik yang mungkin muncul di wilayah mereka.

B. Ranah Pendidikan

Dalam ranah ini, tentunya sekolah dan institusi pendidikan lainnya menjadi tempat yang sangat penting, mereka memainkan peran penting dalam membangun karakter dan nilai-nilai moral pada siswa. Peran tenaga pendidik menjadi sentral disini, sebab mereka selain harus mengajarkan pelajaran akademik mereka juga harus mengajarkan pelajaran yang sifatnya non akademik, salah satunya bagaimana seorang siswa mengatasi masalah dengan komunikasi yang damai bukan dengan kekerasan.

Peran guru dalam mendidik. Sumber: https://adimath17.wordpress.com/2015/08/26/enam-model-interaksi-antara-guru-siswa-dan-matematika-sebagai-konten/
Peran guru dalam mendidik. Sumber: https://adimath17.wordpress.com/2015/08/26/enam-model-interaksi-antara-guru-siswa-dan-matematika-sebagai-konten/
Selain itu, sekolah juga bisa menyediakan kegiatan ekstrakurikuler bagi siswa-siswanya, seperti organisasi di bidang olahraga, seni, atau organisasi lainnya yang dapat menyalurkan waktu dan tenaga siswa ke arah yang produktif dan membangun keterampilan sosial serta kepemimpinan. Diharapkan tentunya dengan menyibukkan diri dengan organisasi yang bermanfaat seperti itu, peluang siswa untuk terlibat dalam konflik antar pelajar, tawuran perlahan menurun.

 C. Ranah Hukum

Aparat hukum jelas merupakan instrument utama dalam ranah ini. Di tahap pre-emtif, aparat hukum ini bisa melakukan sosialisasi/penyuluhan-penyuluhan ke sekolah-sekolah serta lingkungan yang intensitas tawurannya tinggi. Para aparat hukum ini bisa menjelaskan secara langsung berbagai dampak negatif yang bisa timbul akibat tawuran ini, serta sanksi hukum yang menanti bagi para pelaku tawuran. Tentunya diharapkan dengan mengetahui hal-hal itu, antusiasme para pelajar untuk terlibat tawuran perlahan menurun, sebab melalui sosialisasi, mereka mengetahui secara nyata bahwa tawuran hanya membawa dampak buruk bagi mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun