Selain penyerangan, Â para demonstran ini kerap kali melakukan perusakan terhadap fasilitas publik, hal ini jelas sangat merugikan bagi pemerintah dan masyarakat. Bagi pemerintah mereka harus menanggung kerugian finansial sebab harus mengeluarkan biaya untuk maintenance fasilitas publik yang rusak. Disisi lain, masyarakat pun tak bisa menikmati fasilitas yg tengah rusak untuk memudahkan urusan mereka. Selain fasilitas publik, properti pribadi pun sering menjadi sasaran empuk oleh para demonstran. Mirisnya, terkadang properti yang dirusak merupakan aset penting bagi pemiliknya seperti rumah atau toko yang telah dibangun sejak lama, yang memakan waktu, uang dan tenaga. Akibat kerusakan ini tidak hanya pada aspek finansial, tetapi juga emosional, sebab pemilik kehilangan tempat yang mereka cintai, yang dibangun dengan jerih payah.
Penjelasan contoh-contoh diatas hanya sebagian kecil dari tindakan para demonstran yang merugikan masyarakat, masih banyak lagi ragam dan jenis tindakan para demonstran yang membawa dampak buruk bagi masyarakat dan pemerintah. Berangkat dari hal inilah akan muncul sebuah pertanyaan penting. Sebenarnya, mengapa demo yang seharusnya berjalan aman dan tertib bisa berubah menjadi kacau dan tak terkendali? Setelah membaca di beberapa sumber, penulis menemukan beberapa faktor penyebabnya, diantaranya;
Pertama, Emosi Massa Yang Cenderung Tak Terkendali, dalam situasi tertentu dimana ada tekanan dan dorongan yang besar, seseorang yang biasanya tenang bisa saja kehilangan kendali dan bcenderung bertindak agresif. Dalam demo hal seperti ini biasa terjadi ketika melibatkan isu-isu sensisitf seperti kenaikan harga dan pajak.
Kedua, Adanya Provokator, sosok provok ini bisa saja berasal dari dalam ataupun luar demonstran itu sendiri. Mereka biasanya memprovokasi demonstran dengan cara menyebarkan informasi-informasi tidak akurat yang bersifat provokatif. yang belum diverifikasi sering kali memicu reaksi berlebihan dari massa, terutama jika informasi tersebut memuat provokasi yang dapat membakar emosi. Selain itu mereka juga mengajak untuk melakukan tindakan anarkis, dsb. Sederhananya para provok ini berusaha untuk melakukan tindakan-tindakan yang dapat memicu amarah massa.
Ketiga, Respon Aparat Yang Terbawa Suasana, tidak jarang ada aparat yang terbawa suasana, dan terkadang respon yang diberikan oleh para aparat ini terlalu berlebihan dan hanya memperburuk situasi. Misalnya penggunaan kekerasan, gas air mata, dan sebagainya.
Keempat, Kurangnya Fasilitas dan Lemahnya Keamanan, kurangnya fasilitas seperti temoat istirahat, buang hajat, dan sebagainya bisa membuat para demonstran tidak nyaman dan akhirnya kekesalannya dilampiaskan ke hal yang lain. Selain itu, lemahnya keamanan saat unjuk rasa memungkinkan seseorang atau kelompok-kelompok tertentu yang tidak berkepentingan untuk masuk dan memperkeruh situasi. Terkadang demo bisa disusupi oleh kelompok-kelompok radikal yang memang bertujuan membuat kerusuhan. Kelompok-kelompok ini dapat mengambil kesempatan di tengah massa untuk memulai kericuhan atau merusak fasilitas publik.
Kelima, Kurangnya Kesadaran Hukum, Beberapa peserta demonstran mungkin kurang memahami batasan hukum dan aturan dalam menyampaikan pendapat di muka umum. Kurangnya pengetahuan inilh yang pada akhirnya bisa membuat mereka melakukan tindakan yang melanggar hukum, seperti merusak fasilitas publik atau menyerang aparat keamanan. Padahal terkait aturan dalam demonstrasi sudah diatur sebagaimana yang disebutkan diatas.
Keenam, Kekecewaan Yang Mendalam Terhadap Pemerintah, Ketika masyarakat merasa aspirasi atau tuntutan mereka diabaikan, muncul ketidakpuasan yang semakin mendalam. Ketidakpuasan ini bisa memicu tindakan destruktif---penghancuran fasilitas public sebagai bentuk frustrasi karena merasa suara mereka tidak didengar.
Setelah mengetahui berbagai faktor penyebab aksi demo bisa berubah menjadi rusuh bahkan berakhir dengan kacau, muncul pertanyaan penting berikutnya, bagaimana cara mencegah serta mengatasi faktor-faktor tersebut? Ada beberapa cara yang bisa dilakukan, diantaranya:
Koordinasi dengan aparat keamanan, untuk melakukan koordinasi mengenai rute, jumlah peserta, dan titik-titik pengamanan adalah langkah penting untuk menghindari gesekan. Pemberian edukasi pada peserta demonstran, memberikan informasi dan edukasi kepada peserta tentang pentingnya menjaga ketertiban, menghindari provokasi, serta menjelaskan dampak negatif dari tindakan berbau anarkis yang dapat merugikan. Menghindari Provokator, tingkatkan kewaspadaan terhadap orang-orang yang mencoba memprovokasi kerusuhan. Jika ada orang yang mulai melakukan tindakan agresif atau provokatif, segera laporkan pada teman-teman atau aparat. Bersikap Kooperatif dengan Aparat, jika aparat meminta kita untuk mengikuti prosedur tertentu (misalnya, memindahkan lokasi untuk alasan keamanan), kita sebaiknya bersikap kooperatif agar tidak terjadi gesekan yang bisa memperburuk situasi. Sosialisasi Hukum Terkait Demo, masyarakat perlu diberi pemahaman tentang batasan hukum dalam menyampaikan pendapat di muka umum, seperti larangan merusak fasilitas publik atau melakukan kekerasan. Dengan pemahaman ini, masyarakat bisa lebih bertanggung jawab dalam berpartisipasi di demo.