Mohon tunggu...
Ahmad Muslih Farhany
Ahmad Muslih Farhany Mohon Tunggu... Editor - Pelajar

Tidak ada kenikmatan kecuali dengan bersusah payah

Selanjutnya

Tutup

Book

Pengertian Radikal dan Ciri-Ciri Orang yang Terpapar Islam Radikal

17 November 2022   12:25 Diperbarui: 17 November 2022   12:30 775
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak bisa dipungkiri ketika istilah radikalisme dan de-radikalisasi mencuat, muncul masalah tentang tidak samanya pengertian apa yang dimaksud dengan radikalisme itu sendiri. Malah kita mengenal istilah lain yang nyaris saling berhimpitan, bahkan tumpang tindih, yaitu ekstrimisme dan terorisme. Penggunaan istilah radikalisme yang kita dapati sering kali tidak terlalu sejalan dengan pengertian di kamus atau textbook para ilmuan.

Menteri Agama Republik Indonesia, Lukman Hakim mengatakan bahwa istilah radikal memiliki akar kata radiks yang berarti mengakar atau mendalam. Dalam konteks keberagamaan, radikalisme sebetulnya bukan sesuatu yang harus dicegah karena semua agama memang pada dasarnya mengajarkan setiap pemeluknya untuk memegang agama secara mengakar dan mendalam.

Namun lain lagi pengertian radikal menurut Badan Nasional Penanggulangan Terorisme .
Kepala Humas dan Pusat Informasi BNPT, Irfan Idris, mengatakan setidaknya ada empat hal ciri radikalisme. Kriteria pertama, yakni radikalisme bisa ditimbulkan dari ingin melakukan perubahan dengan cepat menggunakan kekerasan mengatas namakan agama. Kedua, mengkafirkan orang lain. Ketiga, mendukung, menyebarkan dan mengajak bergabung dengan ISIS. Keempat, memaknai jihad secara terbatas.

Ada juga sebagian yang mendefinisikan radikalisme dengan memposisikannya dengan lawannya, yaitu moderat atau moderenisme, yang dalam bahasa Arab sering digunakan istilah al-wasathiyah . Oleh karena itu ketika kita membicarakan Islam radikal, boleh jadi banyak sekali macam dan bentuknya dan sulit untuk didefinisikan secara hitam putih. Kalau orang melakukan perbuatan A maka dianggap sebagai radikal, jelas tidak bisa digunakan logika seperti itu. Secara hukum positif, yang bisa dihukum adalah apa yang dilakukan secara fisik, sedangkan apa yang bergejolak di dalam hati, tidak bisa diindentifikasi apalagi diadili. Paham radikal itu bukan aktivitas fisik, melainkan pemikiran. Dan pemikiran itu tidak bisa diadili kecuali setelah menjadi sebuah tindakan nyata. Meski tetap dengan asumsi bahwa tidak mentang-mentang seseorang melakukan apa yang jadi ciri radikal, lantas bisa divonis dia seorang radilakis. Apalagi yang namanya pemikiran itu pun sifatnya dinamis.

A, besok pagi mungkin penilaiannya sudah berubah jadi B, C, D dan seterusnya.

Wujud paham radikal itu berupa pemikiran dan sikap, tidak berupa wujud fisik yang nyata. Maka keberadaannya sulit untuk didefinisikan secara hitam putih lewat kaca mata hukum, namun tetap bisa ditilik cirinya serta dirasakan gejalanya. Apa yang Penulis uraikan dalam hal ini mengamati lewat ciri dan gejalanya saja. Namun bukan berarti orang yang kedapatan berciri seperti itu otomatis terpapar paham radikalisme. Berikut ciri-ciri dan gejalanya.

• Rajin Beribadah

   Kalau dibandingkan dengan yang lainnya, seringkali nampak lebih rajin beramal, kalangan yang terpapar paham radikal secara umumnya justru merupakan orang-orang yang lebih bergairah dan aktif menjalankan nilai-nilai keislaman. Tidak terkecuali khususnya dalam amal-amal ritual. Amalan yang mereka lakukan antara lain yaitu :

  • Shalat berjamaah

          Umumnya mereka lebih rajin shalat berjamaahh di masjid. Dan memang secara dalil kita temukan banyak hadits shahih yang sekilas seperti mewajibkannya. Contoh salah satu hadisnya sebagai berikut :

Dari Abi Darda' radhiyallahuanhu bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Tidaklah 3 orang yang tinggal di

suatu kampung atau pelosok tapi tidak melakukan shalat jamaah, kecuali syetan telah menguasai

mereka. Hendaklah kalian berjamaah, sebab serigala itu memakan domba yang lepas dari kawanannya".

(HR Abu Daud dan Nasai).

        Hadits di atas secara harfiyah menunjukkan pada satu hukum tunggal shalat berjamaah itu wajib hukumnya. Seperti itulah yang didoktrinkan sehingga kesimpulan terbaliknya mafhum kukhalafah bahwa siapa yang tidak shalat berjamaah dia berdosa besar, munafik, fasik dan menyalahi perintah Allah dan rasul-Nya.

        Sebenarnya pemahaman semacam ini pada titik tertentu tidak terlalu keliru, karena memang sebagian ulama seperti mazhab Hambali termasuk juga Ibnu Taimiyah juga mewajibkan shalat berjamaah. Khususnya bagi laki-laki muslim, aqil, baligh, sehat, bukan musafir dan rumahnya terjangkau masjid, maka shalat fardhu baginya berstatus fardhu ain. Lalu dimana kelirunya Tidak keliru namun kurang bijak saja. Sebab selain mazhab Hambali yang mewajibkan, ternyata para ulama empat mazhab berbeda pendapat dalam hukum laki-laki muslim shalat berjamaah. Sebutlah mazhab Asy-Syafii yang mengatakan hukum shalat berjamaah itu bukan fardhu ain tetapi fardhu kifayah. Sedangkan mazhab Al-Hanafiyah dan Al-Malikiyah menyebut bahwa shalat berjamaah buat lak-laki itu hukumnya sunnah muakkadah. Yang mewajibkan hanya satu mahzab saja, yaitu mazhab Hambali. Sehingga yang jadi kurang bijak adalah menafikan adanya khilafiyah hukum shalat berjamaah, seolah-olah hukumnya tunggal yaitu fardhu ain. Namun bukan berarti kalau ada orang rajin shalat ke masjid langsung bisa kita tuduh sebagai radikal, tentu tidak demikian maksudnya. Lagi pula meski mazhab selain Hambali tidak mewajibkan, tetap saja shalat berjamaah lebih baik dan lebih utama dari pada shalat sendirian dalam pandangan mereka. Sehingga titik krusialnya, bukan pada shalat berjamaahnya, melainkan pada sikap menyalahkan yang tidak shalat berjamaah dan menuduhnya sebagai berdosa. Pada titik inilah terjadinya sikap radikal.

  • Tilawah Al-Qur’an

          Beberapa aktifis dakwah justru lebih rajin dan merutinkan baca Al-Quran atau tilawah. Cara-cara seperti ini tentu saja positif, karena memang begitulah seharusnya seorang muslim berinteraksi dengan Al-Quran. Yang ada sebatas anjuran membaca Al-Quran, betapa besar pahalanya, bahkan banyak sekali hikmahnya. Namun tidak ada satu pun yang memandang berdosa bila sehari tidak baca Al-Quran. Tetapi doktrin mereka bahwa sehari tidak baca Al-Qur’an yaitu menjadi berdosa dan tertutup hatinya. Disinilah  terdapat titik yang krusial, yaitu menjadi radikal.

  • Qiyamullail

         Aktifitas lainnya mereka yang terkena paham radikal adalah rajin menjalankan qiyamul lail dan aktif mengajak orang untuk bangun malam. Untuk itu dibuatlah semacam kegiatan saling mengingatkan lewat aplikasi di smartphone. Dan mereka juga mengirimkan foto-foto mereka sedang melakukan ibadah tersebut. Tidak ada yang keliru dari menjalankan qiyamul lail, bahkan ada begitu banyak nilai positif baik duniawi maupun ukhrawi yang bisa didapat. Namun titik krusialnya ketika sudah mulai mencela, menyalahkan, menyinyiri bahkan menilai buruk saudara muslim yang kebetulan tidak melakukan qiyamul-lail sebagaimana yang mereka lakukan.

  • Aktif di Kajian dan Dakwah

          Jangan dikira paham radikal itu selalu melakukan hal yang negatif. Belum tentu juga. Buktinya secara aktifitas keseharian banyak yang justru rajin menghadiri kajian-kajian keislaman. Bahkan setiap kajian disiarkan lewat berbagai media seperti

Youtube, TV, radio dan seterusnya.

         Setiap hari berseliweran flayer pengumuman dan info adanya kajian ini dan itu. Lalu dimana kelirunya?. Ketika berdakwah mulai menyalah-nyalahkan orang lain, bahkan sampai memaki, mencaci, mencela, menghina dan tidak beradab kepada orang lain yang tidak ikut dakwah dan kajiannya, atau yang mungkin sedikit berseberangan dengan doktrin-doktrin yang aktif dijejalkan di pengajiannya.

  • Penampilannya Khas

       Dan bentuk yang paling nyata dari terkena paham radikal adalah berusaha selalu untuk berpenampilan yang berbeda, unik dan menjadi ciri khas. Tentu tidak semua orang yang jidatnya hitam kita curigai sebagai penganut paham Islam radikal. Mereka meyakini dengan pasti bahwa semua celana yang melewati mata kaki itu haram dan orangnya dipastikan dibakar di neraka. Dan ciri yang sering kita temukan di kalangan para wanita adalah tidak sekedar berjilbab kerudung menutup batas aurat seluruh tubuh kecuali wajah dan kedua tangan, tapi juga bercadar atau berniqab demi menutupi wajah yang diyakini sebagai aurat bagi wanita.

  • Berupaya berbahasa arab

       Dan termasuk juga sikap amat ingin mengarabkan bahasa Indonesia. Sehingga mereka begitu suka pakai istilah-istilah yang rada kearab-araban. Banyak istilah kearaban yang mulai banyak dipakai orang, misalnya : ana, antum, akhi, ukthi, ikhwan, akhwat, syafakallah, syukran, afwan dan seterusnya.

     Lalu dimana masalahnya?. Pertama, tidak mentang-mentang kita ingin menghidupkan bahasa Arab, lantas kita mengganti semua kosa kata dan istilah dalam bahasa Indonesia menjadi bahasa Arab.

     Arab percakapan dengan bahasa yang fushah, sehingga ketika berbicara memang 100% berbahasa

Arab.

     Tetapi janganlah bahasa Indonesia dipaksa-paksakan untuk dijejali dengan istilah bahasa Arab, sehingga orang Indonesia tidak paham dan orang Arabnya pun juga tidak paham.

Indonesia dengan bahasa yang dianggap sebagai bahasa Arab.

Kedua, jangan pula berpikir bahwa sekedar bisa menyebutkan istilah-istilah dari bahasa Arab, lantas kita sudah dianggap menghidupkan bahasa Arab. Cara-cara yang semacam itu sama sekali tidak memperkuat agama Islam.

      Kalau mau memperkuat agama Islam lewat memasyarakatkan bahasa Arab, seharusnya kita belajar Arab betulan, sehingga kita bisa baca kitab berbahasa Arab dengan baik dan benar, juga paham ketika orang Arab berceramah. Selain itu juga harus diasah kemampuan kita untuk bisa berpidato pakai bahasa Arab, selain juga bisa menulis buku dan kitab dengan bahasa Arab.

     Tetapi dia sudah terlanjur keliru dan salah kaprah dalam berbahasa, sehingga mengira kalau bahasa Arabnya laki-laki itu ikhwan itu dan bahasa Arabnya perempuan itu akhwat.

Pasalnya, di komunitasnya, setiap ada penyebutan laki dan perempuan, selalu digunakan istilah ikhwan dan akhwat.

• Dangkal Ilmu

   Diantara ciri yang mudah dikenali bagi kalangan yang terpapar paham radikal meski nampak angat agamais dan taat, namun kalau diukur dengan kapasitas dan kualitas ilmu agama yang standar, akan nampak betapa dangkalnya keilmuan mereka. Dan mereka juga tidak punya rujukan apapun.

• Tidak Mengenal Perbedaan Pendapat

    Ciri umum orang terkena paham radikal itu tidak paham kalau dalam beragama itu ada banyak perbedaan pendapat atau khilafiyah. Sulit baginya menerima kenyataan bahwa khilafiyah itu ada dan harus diterima.

    Lalu apa yang dianggap salah dan batil itulah yang dijadikan tema materi dakwah. Tujuannya biar jamaah yang pendapatnya tidak sama, bisa segera dipaksa-paksa biar sama. Sampai kapan pun kita akan selalu menemukan perbedaan pendapat, baik di kalangan para ulama fiqih, ulama hadits, ulama tasfir, bahkan para shahabat dan tabi’in di masa lalu pun mengalami perbedaan pendapat.

   Hanya saja mereka yang berbeda itu tahu adab-adab dalam berbeda pendapat, sehingga meski punya pendapat yang berbeda, namun mereka tetap menjaga adabnya. Contohnya mereka tidak akan mencaci, mereka akan mengutip informasi dengan lengkap, tidak mendominasi kebenaran.

• Terlalu Berlebihan dalam Beragama

   Salah satu ciri orang terpapar paham radikal adalah suka berlebihan dalam mempraktekkan hukum agama. Bentuknya bisa mewajibkan apa yang sebenarnya tidak wajib, atau sebaliknya mengharamkan apa yang tidak haram. Hal itu boleh jadi berangkat sikap ingin mengamalkan agama, tetapi tidak pada tempatnya alias berlebihan. Berlebihan dalam beragama itu dalam istilah bahasa Arab sering disebut dengan Al-Ghuluw الغلو)), Tasydid (التشديد) dan yang terakhir ada tanaththu’ التنطع

• Eksklusif dan Fanatis

   Ciri lainnya suka ekslusif dalam berkelompok dan cenderung merasa kelompoknya saja yang berada di

jalan yang lurus.

  • Fanatisme Kelompok

       Semua kelompok di luar kelompoknya selalu diposisikan pasti keliru, sesat dan diperlakukan sebagai musuh agama.

  • Kultus Individu

        Ini ciri yang selalu melekat, yaitu sangat  mengkultuskan tokoh kelompok mereka sendiri. Kadang posisinya lebih dari makshum, nyaris tidak pernah salah. Sering kali ketaatan yang diberikan kepada tokohnya mirip ketaatan kepada seorang nabi.

• Gemar Melakukan Keributan

   Ciri yang sering ditemukan adalah sikap beragama yang gemar keributan, suka bermusuhan, dan biasa bikin gara-gara dimana saja. Padahal yang dihadapi sebenarnya sesama muslim sendiri.
Nampaknya hal-hal semacam ini sudah menjadi semacam karakter dan jati diri. Contohnya sebagai berikut.

  • Mudah menyalahkan sesama muslim
  • Gemar mengkafirkan sesama muslim
  •  Mengkafirkan orang tua Nabi

• Semua orang kafir adalah Musuh

  Ciri khas orang terpapar paham radikalisme adalah selalu punya rasa permusuhan dengan semua orang kafir tanpa membedakan jenis-jenis kekafiran.

• Emosional dan Reaktif

  Orang yang terpapar radikalisne seringkali bersikap bersikap emosional dan reaktif, mudah marah, gampang benci dan terlalu curiga. Khususnya apabila mendengar berita yang sekiranya mengganggu ghirah keislamannya, meski pun belum tentu valid beritanya. Maka mereka jadi sasaran empuk berita hoaks di media massa.

• Menyebar Teror Delusif

  Salah satu bahan yang sering digunakan oleh kalangan terpapar Islam radikal adalah menyebarkan teror atau rasa takut di hati umat Islam. Sebab sering kali menggunakan ayat dan hadits nabawi tertentu, serta dihubung-hubungkan dengan keadaan sekarang. Sekedar untuk hiburan.

• Negara Islam dan Khilafah

   Ciri kesepuluh dari orang yang terpapar Islam radikal adalah cita-cita yang teramat kuat untuk mendirikan negara Islam, khilafah atau apapun istilah dan penamaannya. Dikesankan ke tengah umat yang awam bahwa selama kita tidak punya negara Islam sendiri, maka kita masih kafir dan terus menerus berdosa.

   Demikian pengertian dan Ciri-ciri Islam radikal. Semoga Allah menjauhkan kita dari semua perbuatan yang membuat kita terjerumus kepada dosa.

   Tulisan ini dikutip dari buku yang berjudul “Vaksinasi Virus Pemikiran Islam Radikal” yang ditulis oleh Ahmad Sarwat, Lc.,MA

Sekian Wassalamualaikum Wr. Wb.

Ahmad Muslih Farhany bin Gazali

Karantina Tahfidz Al-Itqan Angkatan Ke-4

Akademi Teras Quran

Bekasi, 17 November 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun