Mohon tunggu...
Ahmad Mursyidi
Ahmad Mursyidi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta, Guru RQ/TPA

Hobi Membaca

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tradisi Baayun Maulid Suku Banjar Kalimantan Selatan

16 September 2024   18:20 Diperbarui: 16 September 2024   21:44 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak-anak diayun orangtuanya saat mengikuti tradisi Baayun Maulid pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Kompleks Kubah Basirih, Kota Banjarmasin

Masyarakat Suku Banjar yang mendiami Kalimantan Selatan dikenal religius. Rabiul Awal dalam kalender Islam adalah bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW. 

Berbagai kegiatan pembacaan maulid Habsyi, Ad Diba' dan lain-lain di setiap mesjid, rumah, majelis dan lain-lain menggema begitu merdu enak didengar lantunan syairnya. 

Selain pembacaan maulid ada salah satu tradisi akulturasi budaya antara unsur kepercayaan masyarakat lama dan Islam yaitu Baayun Maulid. 

Baayun Maulid dilaksanakan di bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW tepatnya tanggal 12 Rabiul Awal tahun hijriah. 

Baayun Maulid berasal dari 2 kata. Pertama, baayun artinya aktifitas mengayun atau membuai bayi agar ia merasa nyaman dan dapat tidur dengan lelap. Kedua, maulid adalah bentuk mashdar mim dari fi'il madly walada yang artinya kelahiran. Suatu ungkapan masyarakat Arab untuk peristiwa kelahiran Nabi Muhammad SAW. 

Jadi, Baayun Maulid adalah tradisi mengayun bayi atau anak sambil dibacakan syair-syair Islami (Maulid Al Habsyi, Ad Diba' dan Al Barzanji) sebagai bentuk rasa syukur atas kelahiran Nabi Muhammad SAW dan doa kepada anak agar kelak berbakti pada orang tua dan agama.

Perlengkapan yang disiapkan pada upacara ini adalah ayunan yang dibuat tiga lapis, dengan kain sarigading/sasirangan (kain khas Suku Banjar) pada lapisan pertama, kain kuning pada lapisan kedua dan kain bahalai (sarung panjang tanpa sambungan) pada lapisan ketiga. 

Tali ayunan dipenuhi hiasan dari janur berbentuk burung-burungan, ular-ularan, katupat bangsur, halilipan (lipan), kambang sarai, hiasan dari wadai 41 seperti cucur, cincin, pisang, nyiur dan lain-lain. 

Orang tua yang melaksanakan baayun ini diharuskan menyiapkan piduduk, yaitu sebuah sasanggan yang diisi beras, gula habang (gula merah), nyiur, hintalu hayam (telur ayam), benang, jarum, uyah (garam) dan binggul (uang receh/logam). 

Ritual dimulai dengan membaca syair Maulid Al Habsy, Maulid Ad Diba' atau Maulid Al Barzanji. Peserta yang akan diayun dalam upacara ini baru dibawa ke tempat ayunannya menjelang tibanya pembacaan Asyrakal dan langsung dimasukkan ke dalam ayunan yang telah disediakan. Tepat pada saat pembacaan Asyrakal diayun secara perlahan dengan menarik selendang yang diikat pada ayunan tersebut. Maksud diayun pada saat itu adalah untuk mengambil berkah atas keluhuran dan kemuliaan Nabi Muhammad SAW. 

Dilanjutkan dengan pembacaan Manakib Wali Allah, ceramah agama dan ditutup dengan doa. Kemudian para Habib, Ulama dan Umara menapung tawari (memberkati) peserta baayun maulid, diiringi pembacaan Sholawat badar.

Bahan batapung tawar (tepung tawar) adalah air yang dicampur dengan minyak likat baboreh. Minyak ini punya wangi yang khas dengan alat potongan daun pisang, daun kelapa atau daun pandan yang gunanya untuk memercikkan air ke badan. 

Meski diperuntukkan bagi bayi dan anak-anak, namun banyak pula orang dewasa yang menjadi peserta baayun maulid ini. Biasanya setiap tahun pesertanya ratusan bahkan ribuan dari bayi hingga dewasa. 

Makna dari tradisi Baayun Mulud tidak hanya sebagai bentuk rasa syukur dan cinta atas kelahiran Nabi Muhammad SAW. 

Namun, dengan tradisi ini warga berharap anak-anak mereka nantinya bisa memiliki akhlak mulia seperti yang dimiliki Nabi Muhammad SAW. 

Pesertanya tidak hanya dari Indonesia bahkan ada dari Malaysia, Brunei Darussalam dan Singapura di Kabupaten Tapin. Mereka keturunan Suku Banjar yang di luar negeri. 

Di setiap Kabupaten/Kota di Kalsel lewat Pemda masing-masing setiap tahun menyelenggarakan baayun maulid ini. Dulu pelaksanaannya di mesjid tapi sekarang di luar mesjid pun dilaksanakan seperti di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Ratu Zalecha Kabupaten Banjar tahun 2022, halaman Gedung Dekranasda Kabupaten Banjar tahun 2023, Museum Lambung Mangkurat Kota Banjarbaru tahun 2023. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun