Masyarakat Suku Banjar yang mendiami Kalimantan Selatan dikenal religius. Rabiul Awal dalam kalender Islam adalah bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW.Â
Berbagai kegiatan pembacaan maulid Habsyi, Ad Diba' dan lain-lain di setiap mesjid, rumah, majelis dan lain-lain menggema begitu merdu enak didengar lantunan syairnya.Â
Selain pembacaan maulid ada salah satu tradisi akulturasi budaya antara unsur kepercayaan masyarakat lama dan Islam yaitu Baayun Maulid.Â
Baayun Maulid dilaksanakan di bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW tepatnya tanggal 12 Rabiul Awal tahun hijriah.Â
Baayun Maulid berasal dari 2 kata. Pertama, baayun artinya aktifitas mengayun atau membuai bayi agar ia merasa nyaman dan dapat tidur dengan lelap. Kedua, maulid adalah bentuk mashdar mim dari fi'il madly walada yang artinya kelahiran. Suatu ungkapan masyarakat Arab untuk peristiwa kelahiran Nabi Muhammad SAW.Â
Jadi, Baayun Maulid adalah tradisi mengayun bayi atau anak sambil dibacakan syair-syair Islami (Maulid Al Habsyi, Ad Diba' dan Al Barzanji) sebagai bentuk rasa syukur atas kelahiran Nabi Muhammad SAW dan doa kepada anak agar kelak berbakti pada orang tua dan agama.
Perlengkapan yang disiapkan pada upacara ini adalah ayunan yang dibuat tiga lapis, dengan kain sarigading/sasirangan (kain khas Suku Banjar) pada lapisan pertama, kain kuning pada lapisan kedua dan kain bahalai (sarung panjang tanpa sambungan) pada lapisan ketiga.Â
Tali ayunan dipenuhi hiasan dari janur berbentuk burung-burungan, ular-ularan, katupat bangsur, halilipan (lipan), kambang sarai, hiasan dari wadai 41 seperti cucur, cincin, pisang, nyiur dan lain-lain.Â
Orang tua yang melaksanakan baayun ini diharuskan menyiapkan piduduk, yaitu sebuah sasanggan yang diisi beras, gula habang (gula merah), nyiur, hintalu hayam (telur ayam), benang, jarum, uyah (garam) dan binggul (uang receh/logam).Â
Ritual dimulai dengan membaca syair Maulid Al Habsy, Maulid Ad Diba' atau Maulid Al Barzanji. Peserta yang akan diayun dalam upacara ini baru dibawa ke tempat ayunannya menjelang tibanya pembacaan Asyrakal dan langsung dimasukkan ke dalam ayunan yang telah disediakan. Tepat pada saat pembacaan Asyrakal diayun secara perlahan dengan menarik selendang yang diikat pada ayunan tersebut. Maksud diayun pada saat itu adalah untuk mengambil berkah atas keluhuran dan kemuliaan Nabi Muhammad SAW.Â