Khusus di DKI Jakarta persoalan krisis air, hendaknya sudah tidak muncul menjadi masalah. Persoalannya pada ketepatan mengelola secara teknis sumber air di DKI Jakarta.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan mempertimbangkan dua kali, jika diharuskan berinvestasi dalam pengelolaan sumber air permukaan DKI Jakarta.Â
Pasalnya pemerintah sudah lama memberikan kuasa pengelola air pada pihak swasta. Jadi DKI sudah pada zona nyaman memanfaatkan air permukaan di Jakarta.
Secara ekologi, memanen air hendaknya dilakukan untuk jangka panjang. Jangka panjang untuk memanen air diperlukan banyak spot lokasi yang ideal, untuk penyerapan air ke dalam tanah. Ruang terbuka (RT) dan ruang terbuka hijau (RTH) kuncinya. Semakin luas RT dan RTH, maka semakin besar potensi panen airnya.
Strategi yang perlu dilakukan adalah kampanye panen air. Kampanye menjadi alternatif, agar panen air menjadi gerakan yang dilakukan bersama-sama.Â
Partisipasi yang tinggi, akan menambah cadangan air yang hendak disimpan. Jadi semakin banyak gerakan memanen air, semakin banyak air yang dapat dimasukkan dalam storage, untuk merecharge kembali kondisi tanah, agar terisi air.
Sayang, kondisinya belum sepenuhnya ideal. Kampanya panen air, jarang dijalankan. Jakartapun biasa-biasa saja menghadapi banjir tahunan, entah karena tanggul jebol, atau karena debit kiriman, yang jelas air belum dioptimalkan untuk dipanen pada musim hujan. Ini PR besar!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H