Mohon tunggu...
Ahmad Munadi
Ahmad Munadi Mohon Tunggu... Salesman -

I am Realist Business Enthusiasm *wink

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Book Cover

5 September 2017   12:08 Diperbarui: 5 September 2017   12:30 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam psikologi, kesan pertama adalah kondisi dimana seseorang untuk pertama kalinya bertemu seseorang lainnya dan langsung membentuk gambaran mental akan orang tersebut. Dalam hal ini sudah menjadi alamiah bagi manusia untuk menilai apapun itu dari kesan pertama bertemu. Seseorang membeli buku dari sampulnya, membeli motor karena tampilannya, menilai orang karena pakaiannya, menilai ekonomi dari rumah dan mobilnya.

Kesan Pertama berarti segalanya. Bayangkan jika kita berjalan-jalan di toko buku, jika kita hendak membeli buku tentu kita akan mencari yang memiliki sampul menarik. Kalau kita ingin membeli buah, kita akan membeli buah yang luar nya bagus dibanding yang luarnya tidak menarik terlepas dari isinya.

Jika kita membeli mobil kita cenderung memilih yang luarnya bagus dulu baru dalamnya. Menonton film jika poster iklan film nya bagus. Membeli barang jika kemasannya bagus. Kesan pertama atau tampilan luar mempengaruhi bung! Khususnya pada angka penjualan.

Tapi apa jadinya ketika ternyata kesan pertama itu salah? Ketika berbelanja online, ternyata waktu barang datang tidak sesuai gambar dan nyatanya barang palsu atau imitasi. Ketika membaca buku, ternyata isinya tidak sesuai dengan covernya yang bagus yang penuh dengan skor bintang dan referensi indah dari banyak orang. Ketika naik kendaraan ternyata mesinnya tidak sekeren tampilannya.

Ketika ketemu orang ternyata karakternya berbeda jauh dengan postingan di media sosialnya. Ketika berharap mau berangkat umroh seperti artis-artis di First Travel ternyata uangnya ketilep dan gajadi berangkat.

Expectation and Reality

satisfaction-level-59ae30c8cbe52312413d95e2.png
satisfaction-level-59ae30c8cbe52312413d95e2.png
Melalui ilmu dadakan yang terlintas di kepala, dapat kita bayangkan bahwa penciptaan sebuah gambaran (image) dari kesan pertama adalah sebuah garis lurus terkait harapan. Dengan X axis yakni waktu dan Y axis adalah tingkat kepuasan. Sebuah gambaran awal kesan pertama bersifat linier garis lurus karena kesan pertama hanya terjadi sekali.

Pembentukan image ini akan membentuk harapan dari tingkat kepuasan ketika selanjutnya hubungan diri dengan objek berinteraksi. Misalnya kamu ketemu cowok berpakaian merk polo shirt dengan jeans levis asli beserta sepatu sketchers, rupa cowok tersebut tinggi, muka bersih rapih dengan rambut gaya terkini. Maka kesan pertama akan menempatkan garis harapan cukup tinggi dengan harapan dia kaya, punya mobil, berpendidikan tinggi, punya kartu kredit dan lain-lain. Akan beda posisi ketika bertemu lokal hitam kaosan gembel kurus dan ah sudahlah jangan diteruskan...

Seiring berjalannya waktu akan tercipta sebuah garis dari interaksi diri dengan objek tersebut. Jika melalui interaksi kita dapati hasil yang lebih dari ekspektasi maka akan menciptakan kepuasan lebih, sedang jika dibawah perkiraan maka akan menciptakan kekecewaan, dan apabila sesuai ekspektasi maka disebut posisi imbang.

Misal saja ternyata cowok keren yang ditemukan bukan hanya punya mobil tapi punya mobil dua sampai tiga dan bahkan sampai punya supir pribadi, tentu saja tingkat kepuasan akan bertambah. Namun jika ditemukan ternyata mobil sebanyak itu adalah mobil rental punya pamannya dan supirnya adalah supir usaha pamannya maka tentu saja akan tercipta sebuah kekecewaan. Beda lagi jika ternyata pria gembel nyatanya punya motor, maka diluar ekspektasi dan akan menimbulkan kekecewaan.

Setiap orang ingin merasakan kepuasan, maka penting jadinya membentuk sebuah kesan pertama yang diharapkan sesuai dengan garis yang tepat. Misalkan jika kita menjual kue, kesan pertama akan ditunjukkan dari tampilan dari kue itu sendiri. Jika kue memiliki warna yang cerah dan warna-warni tentu orang akan berharap tinggi atas rasa dari kue tersebut.

Namun jika kue yang dijual berpenampilan biasa dan datar saja maka akan menciptakan nilai ekspektasi rasa yang rendah juga. Jika kedua kue tersebut memiliki rasa yang sama dan tampilan berbeda ceteris paribus tentu akan menghasilkan tingkat penilaian kepuasan yang berbeda dari kedua kue tersebut, karena semua berawal dari ekspektasi awal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun