"Pak, ceritakan kepada kami tentang kemakmuran! Dan juga kisahkan kepada kami tentang keadilan! Tanyakan pada mahasiswa di sekitamu, adakah kampus yang dapat memenuhi keadilan mahasiswanya. Apakah selama ini mahasiswa di bela kepentingannya! Dan apakah mahasiswa sudah bangga dengan kampusnya? Akankah mahasiswa mengagumi dosen-dosen dalam kampusnya? Jangan lupa, tanyakan pada mahasiswa yang ada di sekitarmu, adakah mahasiswa yang puas dengan keadaan kampusnya saat ini? Yakin, mereka tidak akan bisa menjawabnya dengan rasa bangga. Mereka pasti kecewa, namun sayangnya mereka tidak tahu harus berbuat apa!"
Satu alasan, kenapa mahasiswa tidak berdiam diri saja ketika kuliah yang ia jalani membosankan dan tidak membangkitkan imajinasi, dan kenapa mahasiswa tidak begitu saja mengikuti perkataan dosen yang tidak ada mutunya dan tidak membuat mahasiswa berani. Mahasiswa berhak marah! Ketika pengumuman di halaman fakultas mengatakan, "Mahasiswa dilarang masuk fakultas jika memakai Sandal dan memakai kaos". Pernahkah kampus menganjurkan mahasiswanya membaca buku? ketika menyaksikan kemiskinan bukan sekedar prihatin atau sekedar iba. Bahkan ada kepedulian mahasiswa atas teman-temannya yang kesulitan membayar uang kuliah!
Apa tak ada dosen yang meriwayatkan kepada mahasiswanya, berapa jumlah hutang luar negeri kita. Mampukah Ilmu Ekonomi yang kita pelajari memecahkan persoalan ini? Emas, batu bara, minyak, sampai tenaga kerja wanita, di jual untuk suatu alasan yang terus sama, Mensejahterakan Rakyat! Coba lihat, siapa yang hidupnya paling sejahtera? Ada segelintir orang di negeri ini yang koleksi mobilnya melebihi jumlah keluarganya. Bagaimana mereka mengumpulkannya, tumpukan kekayaannya yang melebihi jumlah penduduk satu desa? Ada ketimpangan dan kesenjangan ekonomi di negeri ini! Bukankah ini hal yang sebenarnya pantas untuk di pelajari oleh mahasiswa dalam ruang-ruang perkuliahannya.
Coba saksikan seperti apa mobil-mobil menawan yang dimiliki dosen-dosen yang terparkir rapih di depan fakultas. Lihatlah, spanduk dan papan pengumuman kampus kita, isinya hanya mengingatkan pembayaran dan menjaga kebersihan lingkungan, bahkan kini kampus sedang berlomba-lomba membuat  aturan kepada mahasiswanya. Katanya, semua aturan itu untuk penertiban, sampai alasan-alasan bahwa kampus meyakini aturan-aturan itu bisa melindungi mahasiswa, tempat parkir di tertibkan dan dirapihkan masing-masing di jaga oleh beberapa security, agar kendaraan mahasiswa aman dan tidak dicuri. Kantin-kantin ditertibkan dan dilengkapi sajiannya, ketika ada yang mau jualan harus melalui izin resmi dari pihak kampus.
Coba disimak dengan serius! Ada kampus negeri yang lahannya tidak bisa dipakai pedagang kaki lima, alasannya tidak pernah berbeda, merusak keindahan kampus. Ada kampus yang tiap fakultasnya security ditugaskan menjaga keamanan, baik keselamatan mahasiswa, keamanan kendaraan, dan hal-hal criminal lainnya, pintu gerbang yang terpisah antara pintu keluar dan pintu masuk, jalanan khusus mobil dan khusus sepeda motor, di jaga oleh security, dan bahkan hampir semua gedung-gedung di kampus dijaga oleh security.
Coba sebutkan laporan dari mahasiswa yang sampai kepada polisi, ada berapa banyak kendaraan mahasiswa yang dicuri! Lihat juga insiden-insiden kekerasan security dan laporan mahasiswa yang masuk ke kepolisian atas kriminalisasi mahasiswa dari pihak security!
Tidak hanya itu, ada terror yang di bidikkan kepada mahasiswa. Banyak hukuman yang akan dijatuhkan kepada mahasiswa yang nekat! Ringannya, di panggil dan di nasehati, sekaligus diancam. Skorsing, dan tidak diperbolehkan mempengaruhi juniornya atau kawan-kawan mahasiswanya yang lain. Terror yang paling manakutkan adalah, DO, Â diberhentikan secara permanen dari statusnya sebagai mahasiswa, suarat DO akan dikirimkan ke orang tuanya. Ada pula, seorang dosen sampai dekan fakultas melaporkan mahasiswanya ke polisi, alasannya karena merasa dicemarkan nama baiknya. Singkatnya, hukuman dijatuhkan kepada mahasiswanya yang menggugat, menyangsikan dan melawan kebijakan kampus. Mereka yang menyebut diri sebagai orang yang berwenang, dan kewenangan itu membuat mereka bertindak sesuka-sukanya dan semaunya, dan kewenangan itulah yang berkuasa saat ini.
Iya! kampus berwenang atas semua itu! Aturan berpakaian, aturan memarkir kendaraan, menetapkan tariff kuliah, aturan menentukan prestasi mahasiswa, aturan berorganisasi, membaca buku pun harus sesuai aturan kampus. Terror DO, adalah aktifitas kesewenangan kampus, bagaimana aturan yang di topang dengan ketakutan-ketakuan, demi suatau alasan yang tidak pernah berbeda, mendapatkan uang. Mahasiswa perlu menjelaskan ini, bahwa inilah alasan mahasiswa, jika selalu menuntut keadilan, menuntut aturan yang paling adil, bagi kebebasan berekspresi, kebebasan berfikir, kebebasan berorganisasi, agar di ketahui bahwa kampus adalah mimbar kebebasan mahasiswa.
Sekarang kembali kepada kondisi saat ini. Mari kita sama-sama menanyakan kepada dosen-dosen kita, siapa dosen yang memberi inspirasi kepada mahasiswanya untuk melawan kezaliman? Mata kuliah apa yang menyentuh titik emosi kita, sehingga membangkitkan kesadaran dan kepedulian kita sebagai mahasiswa? Adakah papan tulis dan ruang kelas kita yang melahirkan inspirasi dan imajinasi kita tentang perubahan! Padahal fsilitas tidak kurang, semua untuk mahasiswa. Buku-buku perpustakaan dan ruang membaca yang nyaman. Wi-fi, yang dapat membantu kita menemukan informasi apapun dan dari manapun. Saat kita haus dan lapar, kantin sudah menyajikan semuanya untuk mahasiswa. Taman-taman dan ruang berkumpul untuk bercanda, bersendau gurau. Fasilitas yang membuat kita lupa, dan abai, kepada kondisi di sekitar kita. Ketimpangan, kekejaman dan penindasan, sampai hilang dari ingatan kita.
Perhatikan, bagaimana kampus menciptakan pengawasan terhadap tindakan mahasiswa, seperti  Dewan Mahasiswa (DEMA), Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ),  sampai Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dengan mengendalikan, menguasai tindakan mahasiswa. Control kampus terhadap kegiatan dan aktivitas mahasiswa melalui instrument dan kelembagaan kemahasiswaan, sepert PEMILMA tidak sepenuhnya berjalan otonom. Atau bagaimana kampus mengontrol atas kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh lembaga mahasiswa, bagaimana kampus menuntut agar kegiatan-kegiatan itu selaras dengan kepentingan kampus, seperti kegiatan yang dapat meningkatkan reputasi kampus.
Singkatnya, salah seorang kawan pernah menuturkan keluh kesahnya kepada saya, persoalan ini sangat serius menurut saya, apa yang ia tuturkan kepada saya. "Bung! Kali ini kita bisa bertanya pada diri kita sendiri, pengetahuan seperti apa yang telah ditanamkan kepada kita! Bagaimana cara mereka, sampai kita benar-benar merasa tidak bisa berkutik melawannya? Kampus telah melahirkan ketakutan itu, kekawatiran dan keyakinan itu jadi pikiran. Rasa tidak peduli dan masa bodoh telah lahir, kampus telah melahirkan itu bung!"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H