Mohon tunggu...
Ahmad Mujiyarto
Ahmad Mujiyarto Mohon Tunggu... Guru - sedang belajar

Hanya seorang yang belajar menjadi Guru SD yang Baik dan Benar...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Anak Belajar Membully dari Siapa?

28 September 2015   12:30 Diperbarui: 28 September 2015   13:31 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Belum lama ini ada wali murid dari sekolah tempat saya mengajar mendatangi kami selaku dewan guru, ibu dan bapak, yang saya tahu keseharian beliau berdua. Ibunya sebagai guru PNS di sekolah Menengah Pertama, sedang Bapaknya seorang petugas TNI yang berkantor di Koramil kecamatan tempat saya tinggal.

Kedatangan beliau cukup mengagetkan kami, apalagi sebelumnya belum ada pemberitahuan, kepada kami selaku guru, baik guru kelas maupun kepala Sekolah sekalipun. Tapi memang sepertinya sudah direncanakan, karena saya tahu mereka sangat sibuk dengan aktivitas sehari-hari, tentu tanda Tanya besar ada apakah gerangan yang menyebabkan beliau berdua ‘menyidak’ke sekolah kami.

Ramah sekali, itu kesan kami. Kami juga berusaha seramah mungkin merasa bahwa kami adalah pelayan mereka. Kemudian mereka bercerita, perihal kenapa beliau sampai datang ke Sekolah. Lebih tepatnya mereka mengadu, dan meminta klarifikasi dari pihak sekolah, bahwa selama ini putri mereka bercerita dan curhat bahwa putrinya  sering merasa di bully oleh teman-temannya.

Yah… bullynya meski tidak dengan menggunakan kekerasan, Cuma dengan omongan temannya  yang menyinggung perasaanya.

*** 

Di lain hari kami juga kedatangan tamu wali murid yang lain yang mengadukan perihal anaknya yang katanya di ‘nakali’ oleh kakak kelasnya, mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas dan disertai dengan kekerasan fisik.

Kali ini mungkin lebih berat dari yang pertama, karena tidak hanya sekedar omongan kasar tapijuga mengarrah ke kekerasan fisik. Kami segera bertindak menangani pengaduan ini.

Dan sebelum-sebelumnya banyak kasus pengaduan semacam ini(di bully dan membully) masuk ke redaksi dewan guru, dan menjadi pekerjaan berat bagi kami menyelesaikannya

***

Saya belajar dari kasus-kasus yang pernah saya dapati, dan muncul pertanyaan yang cukup meyentil. Sebetulnya Anak-anak kita belajar membully dari siapa?

Memang tabiat anak berbeda-beda, ada tipe anak yang pemberani dan ada yang penakut, ada yang kuat badannya ada yang sedikit lemah, ada yang terlihat begitu ramai, pandai bergaul, ekstrovert dan ada yang terlihat begitu pendiam dan introvert. Semuanya tentu ada…dan kita tidak bisa mengatasi perbedaan ini, karena ini sesuatu yang wajar.

Kecenderungan anak membully karena mereka merasa memiliki sesuatu yang ‘lebih’ yang bisa mereka jadikan alasan untuk menekan orang lain,  missal dengan beraninya, dengan tenaganya, dengan banyak temannya, dll. Dengan kelebihan yang mereka miliki, mereka salah dalam mempergunakannya.

Membully adalah salah satu sifat buruk yang ternyata anak bisa mendapatkannya dari oranglain, bisa dari lingkungannya, bahkan dari keluarganya sendiri. Anak-anak belajar membully dari melihat adegan televisi yang mencontohkan tidak baik, anak-anak belajar membully dari lingkungan sekitarnya, dari teman-temannya, dan bisa jadi anak-anak belajar membully karena melihat orangtuanya. Yah….orangtua terkadang tidak begitu sadar bahwa mereka sedang mengajarkan anak-anak mereka bagaimana caramembully.

Orangtua dengan nada kasar lagi keras  menyuruh sesuatu kepada anak, jika tidak dilaksanakan akan di beri hukuman ini dan hukuman itu, atau tidak mau berterima kasih karena anak sudah berusaha melaksanakan tugasnya, atau malah karena orangtua begitu gampangnya menghina pekerjaanya, dan menakut-nakutinya akan sesuatu yang buruk yang akan menimpanya…ini adalah bagian dari orangtua yang mengajarkan anak membully.

Ada lagi, anak yang dengan mata kepalanya sendiri menyaksikan bagaimana ayahnya sedang membully ibunya, atau sebaliknya…yah meskipun tidak dengan kekerasan fisik, tapi itu tetap saja namanya membully. Apalagi dengan kekerasan fisik…itu akan sangat terekam kuat dala ingatanya.

Cara Mencegah agar Anak tidak suka Membully

Mungkin dibawah ini ada beberapa cara yang bisa kita coba lakukan agar anak-anak kita bisa minimal mencegahnya agar tidak memiliki kebiasaan buruk membully..

  1. Kenali anak-anak kita

Mari coba ingat kembali, coba salami kembali dan lihat anak-anak kita. Bagaimana sifatnya, apa kesukaanya, apa hobinya, apa kesayangannya, apa yang membuatnya tertarik, apa kelebihann yang dia miliki, apa kekurangan yang dia punyai, apa yang membuatnya senang dan bahagia, apa yang membuatnya marah dan tidak suka. Mari kita selidiki lagi, kita lihat lagi anak-anak kita.

Jika sudah melakukan cara ini dan ketemu jawabannya, selamat….kita telah berhasil mencegah anak dari kebiasaan membully

  1. Tanamkan Karakter Kebaikan

Anak kita suka dengan pujian, anak kita suka bermain berkelahi-kelahian, anak kita suka dengan tokoh superhero, anak kita tidak suka mengalah, tanamkan…bahwa anak-anak kita bisa menyakurkan apa yang mereka sukai atau tidak mereka sukai itu untuk sesuatu yang baik. Semaksimal mungkin manfaatkan situasi, dan jangan pernah putus asa mengajarkan kebaikan kepada anak.

  1. Kurangi Jam Menonton TV

Banyak sekali tayangan TV yang tidak mendidik, tanpa terkecuali anak-anak. Tayangan anak-anak di TV juga banyak yang mengajarkan sikap membully, harus selektif memang, akan tetapi jika memungkinkan dicoba mengurangi jam menonton TV anak-anak. Pilih waktu yang tepat, dan disaat acara yang tepat.

  1. Orangtua adalah sebaik-baik Contoh

Jadi orangtua yang inspiratif itu sangat susah, sekali lagi sangat susah...tidak cukup hanya melakukan dan menyiapkan segala sesuatu yang mendukung proses belajar anak, bertanggungjawab terhadap segala kebutuhan anak, dan terlebih lagi harus jadi contoh keteladanan dalam bersikap dan bertingkah laku.

Anak-anak kita sangat peka dengan sikap dan tingkah laku orangtua, dimana dia akan belajar lebih dari 60% kebaikan atau keburukan yang dicontohkan oleh orangtua.

Jangan Lupakan doa, sekali lagi doakan diri sendiri untuk terus memperbaiki diri sebagai orangtua, dan doakan mereka….semoga dijadikan anak-anak yang selalu menyejukkan pandangan…

Dari yang penuh dengan kekurangan…

Mari belajar…

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun