Mohon tunggu...
Ahmad Mujiyarto
Ahmad Mujiyarto Mohon Tunggu... Guru - sedang belajar

Hanya seorang yang belajar menjadi Guru SD yang Baik dan Benar...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dahulukan Istri, Baru Kemudian Anak..Bukan Sebaliknya..!

6 Juli 2012   22:51 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:13 840
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jelas ini adalah sebuah gambaran nyata dari perkembangan zaman era modern yang sudah semakin sulit untuk kita bendung . Tidak ada pilihan bagi kita kecuali adalah mengikutinya, tapi hendaknya kita harus menjadi pengikut yang baik. Dimana ketika tawaran budaya dari perkembangan zaman itu melanggar norma dan etika, maka tidak sepantasnya untuk kita ikuti, justru adalah sebaliknya kita harus mencegah dan menolaknya.

Klaim kita atas anak terlebih dahulu ketimbang istri, adalah seringkali muncul ketika seorang laki-laki ditanya, "untuk apakah anda bekerja..?", "untuk menghidupi anak dan istri"...jawabnya.

Jika jawaban di atas adalah benar, maka sekarang klaimnya kita rubah, kenapa..? ini bukan hanya masalah pada penyebutan semata, tapi esensinya adalah jauh lebih besar dari sekedar sebuah sebutan. Karena konsep "anak dulu baru istri" itu adalah produk negatif dari budaya kekinian, dimana sekarang ini -maaf-remaja kita jauh lebih senang bikin anak ketimbang beristri terlebih dahulu. Karena pakem yang mereka bawa, karena dalih " Anak dan Istri" , jadi digambarkanlah pada otak dangkal remaja kita, bahwa dahulukan anak sebelum istri.

Itu adalah jelas-jelas sebuah kesalahan fatal yang mereka lakukan, dan bisa jadi kesalahan mereka karena keseringan kita mengucapkan kata anak dulu baru Istri. Di sadari atau tidak, benar atau salah, ragam realita sudah kita saksikan sendiri. Mengapa kita tidak kembali memperhatikan bagaimana orang-orang tua, nenek moyang kita dahulu bertutur, dimana selalu mengedepankan Istri baru kemudian anak, disamping makna kearifan, ketika orang yang pertama kali mendampingi kesusahpayahan kita dalam mengukir hari-hari sebelum ada hadirnya anak adalah seorang Istri, Istri ada sebelum anak lahir, penyebutan itu harus diurutkan sesuai dengan aturannya.

Bagaimana, bisakah kita merubah Sebutan Itu...?? perkara mudah tentunya

================

Salam Inspirasi Pagi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun