Mohon tunggu...
Ahmad Mujiyarto
Ahmad Mujiyarto Mohon Tunggu... Guru - sedang belajar

Hanya seorang yang belajar menjadi Guru SD yang Baik dan Benar...

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Ayat-ayat Cinta

20 Januari 2012   14:08 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:38 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Istriku,Aku sangat Mencintai dan Menyayangimu selalu dan untuk selamanya.

Fajar telah merekah mempesona ufuk langit,desir udaranya mengantarkan kedamaian membangunkan semangat untuk terus menapaki jejak kehidupan yang terasa semakin terjal.

***

Aku menarik nafas dalam-dalam,melepaskan segala penat dihati,dan rasanya ingin ku keluarkan semua beban yang menghimpitku,beban hidup yang mendera biduk keluargaku,yang sudah lima tahun ini mengarungi samudra kehidupan.Tapi aku tidak ingin biduk yang dengan susah payah aku rakit,aku pertahankan ini dengan mudah terhempas badai,aku masih ingin mempertahankannya sampai kapanpun,aku takkan mengkhianati janji suci yang telah ku ikat,janji yang aku ucapkan dihadapan Tuhan yang Maha Menyaksikan,aku akan selalu setia sampai kapanpun terhadap istriku,entah apapun yang terjadi nanti.

Biduk keluargaku yang sudah lima tahun lalu berlayar di samudra kehidupan,sampai saat ini belum juga dihadiahkan kelengkapan dengan hadirnya seorang anak,padahal istriku,aku,ibuku,dan semua saudaraku sudah sangat merindukan kehadirannya.Namun sayang,takdir ALLAH belum mengizinkan kami untuk memilikinya.

Aku selalu bersabar atas semua keadaan ini,istriku adalah seorang sosok yang tegar dan kuat,meskipun ibuku kerap kali membuatnya sakit hati dengan pertanyaannya seputar anak,dan buah hati.Tapi istriku selalu bisa menyabarkan hatinya,untuk menerima takdirnya.Segala upaya sudah diusahakan tapi hasilnya tetap nihil.

Sampai pada puncaknya aku membawa istriku berobat ke seorang dokter kandungan,dan sungguh diluar dugaan, istriku difonis mengalami tumor rahim (Uterine Fibroids),penyakit yang menyebabkan infertilitas pada seorang wanita.Di tambah lagi komplikasi penyakit bawaan yang dideritanya,yang mengakibatkannya sulit untuk memperoleh keturunan.

***

Semenjak kepulangan dari dokter itu,istriku mulai menunjukkan gelagat yang berbeda dari biasanya.Istriku yang biasa bersemangat dalam menjalani aktivitasnya,pagi itu aku melihatnya masih tiduran,dan terlihat malas beraktivitas,aku mendekat kepadanya,ku daratkan kecupan hangat dipipinya,sejenak dia membuka matanya.

"Ada apa yank..? kok ga semangat?"sapaku,yang duduk disampingnya,sambil mengusap punggungnya.

"Ga pa-pa kok mas..,pengen nyantai aja" jawab istriku dengan nada yang berat.

"Apa hari ini sayangku ga kerja..?"selidikku.

"Males mas.." sergah istriku,sambil mengubah arah pipinya membelakangiku.

"Sayangku masih kepikiran hasil dari dokter kemarin..?" aku mencoba memancingnya

"He'eh.." istriku menjawab dengan menganggukan kepalanya.

"Huffftt..........."hanya helaan nafas panjang yang bisa mewakili apa yang jg sedang aku rasakan.

"Sudahlah sayang,ini adalah takdir ALLAH untuk kita,kita harus sabar menghadapinya,kita harus kuat,kita nggak boleh kalah dan larut dengan masalah ini,ada rahasia besar yang ALLAH sembunyikan untuk kita." dengan mata yang cembung,aku mencoba menasehati istriku.Sekaligus menasehati diriku sendiri.

***

Aku bisa membayangkan bagaimana perasaan istriku,betapa hancur harapannya untuk menjadi wanita yang utuh,wanita yang normal,wanita yang bahagia bisa melahirkan anak-anak yang menjadi pelipur lara,pelengkap rumah tangga,penerus generasi.Tapi aku juga terlalu kerdil untuk melawan kuasa Tuhan,ada kekuatan yang tidak sanggup aku melawannya.Cengkraman takdirNYA adalah sebuah harga mutlak yang harus di terima oleh semua makhluk ciptaanNYA.

Bagaimanakah juga perasaan ibuku jika tahu apa yang sedang dialami oleh istriku,yang ada digambaran istriku,dia takut dicela oleh ibuku,tetangga-tetangga dan saudara-saudraku.

Duhai Ya Allah,ampunilah dosa-dosa kami,satukanlah kami dalam cinta dan kasih sayang yang berkekalan.Jagalah keluarga kami dari kehancuran.Amiin..

***

Istriku,sudah seminggu ini mengurung diri dikamar,dia tidak mau makan,tidak mau bekerja,tidak mau beraktivitas yang lain.Hidupnya seolah-olah terciderai oleh kenyataan pahit yang menimpanya.

Kenyataan yang tidak bisa dia menolaknya,ada berontak dalam hatinya,ada guratan ketidakterimaan dalam raut wajahnya,namun apalah kuasa,cengkraman takdir itu terlalu kuat untuk diruntuhkannya.

Sebagai wanita yang utuh,harapan untuk memiliki buah hati adalah dambaan setiap wanita yang telah menikah,karena buah hati adalah pelengkap,penerus generasi keturunan dan pencerah suasana.

Bayangan indah menimang anak,telah pupus sudah,lesu,patah semangat,sayu tak bertenaga.Acapkali aku sudah sering memberikan nasehat kata-kata mutiara untuknya,tapi nasehatku hanyalah sampai digendang telinganya,dan sulit untuk masuk dan dicerna oleh hatinya.

Namun,aku tak pernah berputus asa,untuk terus meyakinan istriku,bahwa ini bukanlah akhir dari segalanya,ini adalah ujian awal yang akan membuktikan sekuat apakah biduk rumah tangga yang sudah kami bangun.

Pagi ini selepas sholat subuh aku bergegas memasak nasi,dan membuatkan segelas teh hangat untuk istriku,dari semalam aku belum melihat dia terbangun,dia terlihat tidur dengan pulas,sampai-sampai aku tak berani membangunkannya.

Aku menghampirinya dari samping,lalu ku kecup lembut pipinya

“Yank..Bangun,sholat dulu…!!”pintaku,dengan suara yang pelan,yang kudekatkan dekat dengan daun telinganya.

“Uhhffff….”suara lenguhan,dan menggeliatkan badannya.

“sudah jam setengah 6 lho yank!”suaraku lebih kukeraskan.

Lalu dengan berat dia memaksa tubuh dan hatinya untuk sejenak tunduk dan patuh terhadap penguasa Alam Raya,Tuhan yang telah menghidupkannya dan memberikan nikmat yang tiada terhitung,meskipun terkadang dia harus menggerutu,karena dia tidak diberikan rizki berupa anak.

Dengan setia aku menungguinya sampai dia selesai sholat,setelah dia selesai aku membawakan teh hangat yang sudah aku buat tadi,dan memberikan kepadanya.

“Ini teh hangat,mas membuatnya dengan penuh cinta,di minum dulu ya..” pintaku

“hemm…”istriku menjawab dengan senyum tipis yang terkesan dipaksakan.

“terima kasih ya Mas..”jawabnya singkat

“Iya istriku.” Balasku

“apa yang masih adek rasakan?,hari ini masih mau ingin istirahat?”

“badan adek masih terasa lemes semua mas,adek masih ingin istirahat dulu..” jawab istriku.

“ya sudah..,mas juga sudah masak nasi,dan tinggal bikin sayurnya.”

Aku meninggalkan istriku yang masih belum menemukan semangat hidupnya,dan bergegas menuju kekamar mandi.Selepas mandi aku melihat istriku sudah terlelap tidur,berarti hari ini aku harus beli sayur diluar.

Kasihan juga istriku,sudah lima tahun ini dia melayaniku,mungkin inilah saatnya aku harus gantian yang melayaninya.

Setelah membeli sayur aku segera makan tanpa ditemani istriku.Padahal sebelumnya aku dan istriku selalu makan bersama,tak pernah makan sendiri,jika aku atau istriku belum makan kami saling menunggu agar bisa makan bersama.Tapi kali ini,ahhh rasanya ada segenggam rasa yang tak mampu terdefinisikan,secara utuh dalam gerak laku.Hanya guratan diam yang menggores luka mendalam didalam kalbu.

Setelah kukecup kening istriku,sambil ku ucapkan izin berangkat kerja,diapun terbangun untuk sejenak dan mencium punggung tanganku.Tak lupa kusuruh dia segera mandi dan sarapan.

Untuk sejenak,aku bisa melupakan masalah keluargaku,aku berniat hari ini untuk bekerja dengan baik,meski tak bisa dipungkiri bayangan istriku masih saja lekat mengganggu pikiran dan hatiku.Ada rasa yang tak sanggup aku membendungnya,aku merasa tak tega membiarkan istriku sendirian ketika dalam kondisi seperti ini.Kondisi yang seharusnya aku siap untuk mensupportnya,memberikan dukungan kepadanya.Tetapi aku juga dihadapkan pada sebuah tuntutan untuk mencari nafkah.

Meski pekerjaanku yang banyak dan sibuk,disela-selanya aku masih menyempatkan untuk SMS istriku,untuk memastikan keadaannya.Tapi aneh banyak sudah SMS yang aku kirimkan tapi tak juga segera dia balas,berulang kali aku mencoba untuk menelponnya,tapi dia malah merejectnya,ada apa ini..kenapa istriku berbuat demikian…tanda Tanya dan gondok dalam hati,atas perlakuan istriku,kenapa dia tidak mau membalas SMS-ku,apa salahku…Oh istriku apa yang terjadi padamu.

Setelah bel panjang berakhirnya jam bekerja aku segera bergegas keluar dengan terburu-buru,tak perduli aku dengan sahutan teman-temanku,yang ada dalam pikiranku adalah istriku,istriku dan istriku.Apa yang sedang terjadi dengannya.

Sesampai dirumah,pintu tidak terkunci,setelah aku mengucapkan salam,tapi tak ada jawaban sedikitpun,aku mengeraskan salamku tapi tetap saja tak ada jawaban.

Langsung aku menuju kekamar,pintu kamar terkunci dari dalam,aku mengetuknya,

“istriku…”

“Istriku,ada didalam,sedang apa..?”

“tolong buka pintunya..!!”

“Istriku…!!!”

Tak ada juga jawaban dari dalam kamar,semakin berdeguplah jantungku,aku semakin muntab,campur penasaran.Aku menggedor-nggedor pintu kamar,tapi tetap saja tak bergeming.Aku berteriak

“Istriku..!!!!”tolong buka pintunya..!!!”,aku semakin garang,ketika tetap saja tak ada suara yang bergeming dari dalam,aku takut,aku panik,apa yang sedang terjadi dengan istriku didalam sana.

Sontak pikirku,aku ingin dobrak saja pintu itu.Dan dengan sisa-sisa tenagaku aku mengerahkan kekuatan untuk mendobrak pintu itu.

“Gedubraaakkkk…!!” alangkah terkejutnya aku….!!!

Hati dan pikiranku yang tadinya cemas,panik,muntab,dan penuh tanda tanya berubah menjadi bulir-bulir bening air mata,tenagaku yang lemas seolah terecargh dengan menyaksikan kejadian yang baru saja aku lihat,

Yah…istriku yang sedang mengadu dalam sujud-sujud panjangnya,perasaanya yang menggelayut dan mengharu biru,tumpah di atas sajadah,Sesekali aku mendengar sesenggukan tangisnya yang tertahan,demi mendapatkan kekhusyukannya.Dia benar-benar tak ingin diganggu,dia sedang mengadu kepada Tuhannya,dia sedang berbicara kepada pemilik hidup dan matinya.

Akupun duduk tersungkur menyandar dipan kamar tidur,dengan bulir bening air mata yang masih saja tumpah ingin ku seka,dan segera kuganti dengan muka ceria,dan bahagia.Aku tak ingin terlihat oleh istriku sedang menderita dan tersiksa.

Aku tak ingin mengganggunya biarkan dia menuntaskan keluh kesahnya,lebih dari lima belas menit aku tertahan,dengan pesona istriku,yah istriku yang sangat kucintai dan kusayangi,istriku yang telah memberikan segalanya yang terbaik untukku.Istriku yang mampu menyihir hatiku dengan pesona kesederhanaanya,meski harus ku akui,proses pernikahan kami yang berjalan begitu cepat,hingga aku merasa saat itu sedang bermimpi,benarkah aku sudah menikah,benarkah dia wanita yang aku cintai selama ini.

Ahh..rasanya,aku ingin menyembunyikan saja perasaanku ini dari istriku.Aku tidak bisa membayangkan jika istriku tahu perasaanku saat itu.Apalagi jika aku teringat dengan sesosok wanita yang telah pertama kali singgah dihatiku,yang telah tega aku tinggalkan.

Tapi setelah aku menikah dengan istriku,aku benar-benar mulai merasakan bahwa dialah wanita yang kucintai.Dialah wanita terbaik yang telah Tuhan berikan untukku.

“Mas..!” lamunanku buyar,ketika suara istriku memanggilku

“O’hhh..iya istriku”aku gugup menyahut panggilan istriku,yang masih dengan mukenanya yang belum dilepasnya,dan menuju ke arahku.

“Kenapa mas,kok melamun…?” selidik istriku

“nggak pa pa yank,tadi mas kepikiran adek terus,kenapa sms mas ngga adek bales,mas telpon malah di sibukkan?,mas khawatir dengan kondismu istriku..” terangku kepadanya

“maaf mas,tadi adek cuma ngga mau pekerjaan mas terganggu gara-gara adek,mas harus fokus dengan pekerjaane” jawab istriku beralasan

“Mas,maafkan sikape adek yang selama ini telah banyak berbuat salah,adek akui apa yang adek lakukan selama ini salah dan tidak baik,tidak seharusnya adek berbuat seperti itu.” kali ini istriku berbicara dengan nada yang serius.

“Sudahlah yank….mas juga sadar apa yang kita alami ini adalah ujian yang sangat berat,mas juga tidak mau menyalahkan sikape adek,tapi mas selalu yakin bahwa adek tidak akan selamanya seperti itu,adek hanya butuh waktu.” terangku penuh aroma kearifan

“sekarang mas sangat bahagia,bisa melihat adek kembali menemukan semangat hidup.”ku berikan istriku hadiah kecupan hangat dan seukir senyum yang benar-benar aku lahirkan dari hati yang terdalam

“terima kasih mas,mas mau mengerti adek,” istriku mendekapku

Buliran air mata yang sedari tadi tumpah,kali ini semakin menjadi-jadi,dalam dekapan hangat istriku,aku sedang menerawang,menerka-nerka,bagaimanakah kelanjutan biduk keluargaku kelak,tanpa hadirnya seorang anak,bagaimanakah tanggapan ibu,tetangga dan saudara-saudaraku kelak.Ahhh…rasanya tak sanggup aku meneruskannya..

“Mas….” istriku melepas dekapannya

“kenapa istriku…?” tanyaku

“Adek minta maaf,belum bisa menjadi yang sempurna untukmu,adek tidak bisa memberikanmu keturunan.”istriku mengatakannya dengan air mata yang tergenang.

“sssstttttttttt…..!!” aku menutup bibirnya dengan jari telunjukku..

“adek ga boleh ngomong seperti itu,kita adalah satu tubuh,kita adalah suami istri sampai kapanpun.”

“Tapi mas…????” istriku belum terima

“sudah yank…jangan adek pikirkan itu,itu semua sudah takdir yang telah Allah gariskan,kita ngga boleh mengutukinya,kita harus menerimanya..seburuk apapun itu..” aku kembali mendekapnya dengan erat.

Duhai istriku engkaulah anugrah terindah yang telah Allah anugrahkan untukku.Aku tak akan mengecewakanmu,aku akan selalu menjaga cinta kita sampai kapanpun,aku sangat mencintai dan menyayangimu.

***

Istriku benar-benar telah “sembuh”,hari-hari yang kami lalui sungguh sangat membahagiakan,istriku sudah bisa bercanda lagi,bekerja lagi,beraktivitas lagi,mengabdikan dirinya menjadi mitra dan pelayan rumah tangga.Ahh…istriku sungguh engkau penuh pesona.

Suatu pagi,biasa setelah kami menyelesaikan sholat subuh,kami selalu biasa sharing tentang ilmu agama,pengetahuan,informasi terkini dan sebagainya.Tentu dengan segelas teh hangat dan cemilan seadanya.

Istriku banyak bertanya kepadaku tentang hal-hal yang belum dia ketahui,akupun juga demikian,aku banyak bertanya kepadanya tentang banyak hal,termasuk iseng-iseng aku menanyakan tentang bagaimana merawat dan mendidik anak yang baik.

Diluar dugaan istriku dengan fasih menjawabnya,dia benar-benar telah paham dan tahu banyak hal tentang bagaimana mengurus anak dan mendidiknya dengan baik,dari era lama,hingga era modern kebarat-baratan.Pengetahuannya tentang megurus bayi rajin dia baca dari majalah Ibu dan anak yang rutin dia baca setiap bulannya.

Pagi ini,betapa terkejutnya aku,istriku bertanya tentang poligami,sesuatu yang sangat tabu untukku,memikirkannya saja tidak pernah,apalagi berniat ingin menjalankannya.

Aku pun menjawab pertanyaan istriku,

“Poligami adalah sesuatu yang dibolehkan oleh Allah,poligami akan menjadi wajib,sunnah,atau bahkan haram untuk seseorang,hal itu harus disesuaikan dengan keadaan dan sebab yang menjadi landasan seseorang untuk melakukannya.”

“jadi poligami itu harus melihat kondisi seseorang yang akan melakukannya ya mas…?” tanya istriku

“benar yank…,seseorang tidak boleh memaksakan diri untuk poligami sedangkan dia tidak mempunyai syarat-syarat wajib yang harus dia penuhi,dan hendaknya dia harus benar-benar mampu bersikap adil,terhadap semua istrinya.” Terangku

“bagaimana pendapat mas,tentang banyak orang yang menentang poligami..?” istriku kembali bertanya

“Kita sebagai makhluk ciptaan Allah,hendaknya tidak ikut-ikutan menganggap bahwa poligami itu adalah hal yang buruk,Poligami itu adalah hukum yang telah Allah tetapkan,Allah sebagai Maha pencipta,tentu tahu mana yang terbaik bagi hambaNya.Hal itu jelas tertera dalam Kitab Suci Al-Qur’an,tapi sekali lagi Allah telah mensinyalir bahwa kebanyakan manusia itu tidak bisa berlaku adil,makanya ditekankan menikahlah dengan satu orang saja..” jawabku tenang.

“kalau mas mau poligami nggak…?”pertanyaan istriku seolah menyelidik

“tentu tidak istriku,karena mas sudah berjanji,dahulu sebelum menikah,mas tidak akan berpoligami,mas ingin menjadi suami yang terbaik,di samping mas juga tidak bisa berlaku adil.” Jawabku sekenanya.

“Kalau adek yang menyuruh mas poligami..?” sergah istriku

“sayangku apa-apaan…?kenapa bilang seperti itu…?” aku sedikit marah

“Iya mas,adek sudah memikirkan itu dari dulu..adek mempersilahkan mas untuk mencari wanita yang lebih sempurna dariku…” istriku kali ini berbicara dengan serius dari hatinya

“Tapi yank,kenapa adek mengatakan itu…apa adek sudah tidak sayang lagi sama mas…?adek itu adalah istri mas yang sempurna…” jawabku setengah berteriak

“tidak mas,adek tidak sempurna,adek nggak bisa memberikanmu keturunan,adek mandul,adek penyakitan,adek banyak kekurangan…” sesekali,ku lihat dimatanya ada genangan air yang siap tumpah.

“Tidak mau,mas tidak mau menikah lagi,mas tetap akan menjadi suamimu seorang,mas tidak mau membagi cinta mas untuk orang lain.jangan paksa mas..” aku menjawab dengan memalingkan muk,aku tidak mau melihat wajah istriku…

“mas..dengarkan adek,lihat wajah adek...” Tangan istriku meraih ujung daguku,lalu dihadapkannya ke wajah istriku

“ini demi kebaikan kita bersama,adek sudah memberitahu seorang wanita yang bersedia untuk dipoligami,dia adalah wanita yang baik,dari keturunan yang baik,sehat dan sempurna,dan semoga saja dia bisa memberikan mas keturunan.” Skenario ternyata sudah istriku rancang sebelumnya.

“wanita ini,semoga saja mas masih mengingatnya,dia yang dahulu pernah memberikan sepucuk surat kepada adek,yang menerangkan bahwa dia sangat mencintai mas,dan berharap bisa menikah dengan mas.” Deg…hatiku berdegup kencang,apalagi ini,ternyata selama ini istriku telah banyak menyembunyikan banyak hal dariku.

“dia baru saja kembali dari belanda dengan gelar doktornya,dan sesampainya dirumah dia langsung mengabari adek lewat HP,bahwa dia sedang bingung mencari pendamping hidup.”

“wanita itu adalah Siti Naila Rahmawati” istriku memberitahu nama wanita itu

***

Ingatanku menerawang,dari mana istriku tahu tentang wanita itu,dari semenjak menikah aku tidak pernah membicarakan wanita lain dalam rumah tanggaku.Malah yang sering bercerita adalah istriku,yang menceritakan laki-laki temannya satu pekerjaan.Dengan segenap kelebihan dan kekurangan mereka,kadangkala aku juga merasa malu jika disanding-sandingkan dengan mereka.

Tapi ini,dari mana istriku tahu…,apakah dari teman-temanku,tapi akupun juga tak pernah bercerita kepada teman-temanku.Apakah ada sesuatu yang secara tidak sengaja aku menceritakannya,tapi itu tidak mungkin.

Lalu kenapa harus wanita itu,Yah…wanita itu yang dahulu pernah merenggut hatiku,yang berhasil membiusku dengan sejuta pesonanya,hatiku luluh lantak dalam aroma kharismanya.

Siapa pulakah yang tidak akan jatuh hati kepada wanita luar biasa sepertinya,dia seolah jelmaan bidadari yang hinggap dipelataran bumi.

Cantik rupawan,anggun sholihah,cerdas,berkarakter,dari keluarga yang berada,dan sejumlah kelebihan yang dia miliki,termasuk gelar pendidikannya yang berhasil dia dapatkan dari negeri belanda.Alangkah beruntungnya lelaki yang berhasil meminangnya.

***

Beberapa hari ini aku berdiam diri,apakah aku harus menerima tawaran istriku dan mengkhianati janji suci yang pernah aku ucapkan,ataukah aku akan setia dengan istriku,meski tanpa kehadairan seorang anak,ahh….rasanya aku dalam kebingungan,sedari awal aku yang tak pernah membayangkan berpoligami,tapi akhir-akhir ini aku jadi sering membayangkannya,memiliki istri dua,yang tentunya sangat berbeda karakternya,belum juga harus menghadapi gunjingan masyarakat atas ketidakumuman yang aku lakukan,bagaimanakah respon ibuku,mertuaku,saudara-saudaraku..banyak hal yang menyita pikiranku.

Di tambah akhir-akhir ini,istriku sudah mulai menunjukkan ketidaknyamanan atas desakan yang dia berikan kepadaku.

Aku benar-benar bingung,aku harus memilih mana.Aku juga masih bertanya-tanya,darimanakah istriku tahu tentang wanita itu.

“kenapa mas…?kelihatannya kok gelisah?” Istriku bertanya sambil membawakan sejumput makanan cemilan,untuk teman ngobrol.

“ehhh….ga pa-pa yank,mas masih bingung,kenapa adek memaksa mas untuk berpoligami,dan kenapa harus dengan wanita itu..? apakah adek menyembunyikan sesuatu dari mas..?” pertanyaanku beruntun “harusnya adek yang bertanya,apakah mas menyembunyikan sesuatu dariku? Terutama tentang wanita itu..?” istriku malah berbalik tanya.

“huffffttttt……..” aku hanya mampu diam sejenak,dan menarik nafas dalam-dalam..

“harus mas ketahui,3 tahun yang lalu adek menemukan sebuah file di inbox email mas,yang sengaja adek lakukan guna mengetahui dengan siapa saja dan dari mana saja mas berhubungan dengan orang lain di dunia maya,dan ternyata adek sangat kaget ketika menemukan dokumen perbincangan adek dengan wanita itu,saat itu hatiku merasa sangat sedih,hatiku sakit,tapi aku hanya tidak ingin mas mengetahuinya.”

“adek selalu berharap dan berusaha sekuat tenaga untuk menjadikan mas bisa melupakan wanita itu,dan kemudian mas akan benar-benar menyayangiku dengan tulus.” Istriku mengatakan itu semua dengan nada yang tegas.

“Ya Allah….” Sambil kupegang kepalaku dan sedikt menjambak rambutku yang sudah banyak mulai rontok.

“kenapa adek tidak pernah mau jujur sama mas..?” aku balik bertanya kepadanya.

“kenapa juga mas tidak pernah mau jujur sama adek…? “ kali ini istriku bicaranya sedikit emosi dan nada yang tinggi.

Harus ku akui ini semua memang salahku,kenapa dari awal aku tidak pernah membicarakan ini semua kepada istriku,akhirnya istriku sendiri yang harus tahu,dan ini pasti yang menyebabkannya menjadi sangat sakit hati.

Kejujuran sangatlah penting dalam sebuah keluarga,dia adalah layaknya batu bagi sebuah pondasi bangunan.Jika saja batu itu tidak ada,pastilah bangunan akan cepat menemui kehancurannya.

Aku sangat menyesal,aku sangat terpukul,ribuan permintaan maafaku kepada istrikupun rasanya tak berguna.Aku telah menyakiti hatinya.

***

Pagi meninggi,aku bergegas untuk pergi bekerja,dengan hati yang masih diselimuti perasaan bersalah,lamunanku selalu tertuju kepada istriku,namun disisi lain,betapa terkejutnya aku,ditengah jalan aku berpapasan dengan Naila,yah wajah itu tak pernah berubah selama hampir lima tahun silam,tak ada yang berubah darinya,dandanannya yang mencerminkan pribadi yang penuh dengan keanggunan,dan kharismatik.Jilbabnya masih rapi terbelit,rapat menutup perhiasannya,meski lima tahun di negeri sekuler tak pernah sedikitpun memberikan perubahan kepadanya.Aku sungguh salut,aku sungguh terpesona,inikah bidadariku yang sebentar lagi akan menjadi istri keduaku….

Ingin rasanya aku memberhentikan kendaraanku dan menyapanya,tapi aku takut,aku tak berani,aku canggung,malu dan….segenap perasaan yang berkecamuk.

Aku hanya mampu berdiam diri saja,dan kenapa aku menjadi lupa dengan bayangan istriku,padahal sedari tadi aku sangat merasa bersalah dengan apa yang sudah aku lakukan.

Harusnya aku lebih mawas diri,mengukur diri,aku hanyalah pemuda biasa,sarjana lusuh yang ijazahnya saja tak laku,dibandingkan dengan Naila,seorang Doktor lulusan Luar Negeri.Apalagi aku adalah laki-laki yang sudah beristri,sungguh aku sangatlah tidak sepadan dengannya.Bagaikan langit dan bumi,aku tak mampu,aku tak layak…

***

Tepat dihari jum’at tanggal 11 November 2011,aku mengikat janji suci dihadapan penghulu untuk yang kedua kalinya.

“Saya terima nikah dan kawinnya Siti Naila Rahmawati binti Zumri dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai”

“sah..?..” “sah..”

Disamping kananku,ada istri pertamaku yang terlihat matanya berkaca-kaca,dan telah lama menangis.

“Duhai istriku,maafkan aku harus menghianati janji suciku selama ini,sungguh aku sangat jahat dan keterlaluan,maafkan aku istriku,maafkan aku istriku.” Batin hatiku mengisyaratkan kalimat itu.

Disamping kiriku,tengah duduk seorang bidadari yang begitu menawan hati,meluluhkan mata siapa saja yang memandangnya.Alangkah bahagianya aku,bisa mendapatkannya.Jarang laki-laki yang seberuntung aku,bisa mempersunting seorang wanita yang begitu luar biasa,seorang doktor lulusan luar negeri,dari keturunan yang baik,dan terpandang,dan keluarga yang terhitung keluarga yang kaya raya.

Namun ada sedikit sesuatu yang membuatku merasa terbebani,seolah kebahgiaanku tak sempurna aku dapatkan.Apakah aku sedang berbahagia di atas penderitaan istriku yang pertama.

Aku sangat paham dengan kondisi istriku, saat ini aku suami yang sangat dia sayangi harus rela membagi cintanya denganwanita lain,wanita yang terhitung lebih sempurna ketimbang dirinya.

Tapi aku berjanji dengan sekuat tenaga,aku akan bisa berbuat adil untuk kedua istriku.Ini janjiku,ini ikrarku,dan aku takkan mengingkari janji ini.Sungguh tanggung jawab ini tak mudah,tapi aku harus yakin,bahwa aku bisa melaluinya,dan mendapatkan predikat pemimpin yang adil.

Setelah memakaikan cincin ditangannya,dan mencium tanganku,kemudian aku cium kening istri keduaku,dengan penuh gemuruh hatiku,berdegup kencang.Dan terlihat Naila memejamkan matanya,hanya wajah yang bening dan mempesona.Tak bosan rasanya aku memandangnya lekat-lekat.

Lalu tak lupa aku membelokkan tubuhku kebelakang,karena tepat disana,ada pula sepotong hatiku yang sudah lama tertambat,wanita yang sangat luar biasa kesabarannya,kesetiannya,kepatuhannya terhadapku,suami yang sekarang telah dengan tega menduakannya.

Aku melihat masih ada bulir-bulir bening yang menggenang,dan sebagiannya jatuh menyusuri lesung pipinya yang merah merekah.

“Semoga engkau bahagia bersamanya Mas….” Sembari dengan tangisnya yang meledak-ledak,tertahan.dalam kesedihan.

Aku hanya bisa memberikannya kecupan hangat dan pelukan erat,dan aku berjanji,takkan mengecewakannya.Aku akan berusaha berbuat adil,seadil-adilnya.

Dikamar Naila,hanya ada desiran rasa yang membuncah dalam jiwaku.Namun aku melihat Naila hanya menghadiahkan senyuman tipis kepadaku.Aku masih ingin mendekatkan hatiku dengannya,menyemai cinta dilubuk jiwanya.Namun kelihatannya dia sudah terlalu tersiksa menahan kantuknya.Tapi aku tak ingin menyia-nyiakan waktu dan kesempatan ini.Hari-hari pertama yang penuh dengan cinta kasih dan kebersamaan.

“Yank,sebentar deh…mas pengen cerita sama kamu..” bujukku

“cerita apa suamiku,aku sudah ngantuk..” jawab Naila

“Sebentar saja yank..” pintaku memelas

“eeeggghhh….” Dia memaksa membangunkan tubuhnya yang terlihat sudah berat untuk menahan kantuk.

“sebentar ya…” aku minta ijin kepadanya

Tak lama,aku sudah membawakan untukknya segelas susu hangat.

“ini yank,diminum dulu…!”aku menyodorkan susu hangat buatanku.

“hhmmm…aku tidak suka minum susu,apalagi tadi aku kan sudah sikat gigi,buat mas aja ya..” jawab Naila.

“ohh..ya sudah,”

“begini yank,mas ingin mengakrabkan hati kita,mas ingin banyak bercerita kepadamu,dan mas juga ingin mendengarkan bagaimanakah ceritamu tentang rasanya hidup dinegeri orang.Apa saja yang bisa membuatmu kuat,dan bertahan sampai kamu berhasil membawa predikat berharga itu,apa saja pengalaman yang kamu dapatkan,mas ingin mendengarkannya.”

Meski dengan terkesan berat,aku menjadikan malam itu terasa lebih hangat,dia banyak menceritakan pengalamannya,tentang berhadapan dengan seorang dosen yang killer,dosen yang pernah sempat jatuh hati kepadanya.Dan yang paling menyedihkan dia pernah dirawat selama seminggu disebuah klinik,karena menderita penyakit thypus.

Sampailah pada cerita hidupnya,yang berulangkali harus menelan kekecewaan karena gagal mendapatkan pasangan hidup yang sesuai dengan kriterianya.Yang membuat dia menjadi sangat down dan patah arang.

Siapa sangka meski dia seorang wanita yang telah berhasil mengejar cita-citanya kepuncak yang tertinggi,namun,dia harus rela berulang kali gagal dalam mengejar cintanya.Banyak pria yang kemudian lari darinya setelah banyak memberikan janji kepadanya.Mungkin saja,tekadnya yang tidak mau menikah ketika masih kuliah,yang menyebabkan banyak laki-laki yang tidak sabar menunggunya.

Idiologinya yang kuat,dan sulit untuk diluluhkan memang tipikalnya semenjak SMA.Yah kami memang pernah sempat satu sekolah,namun aku berada satu tingkat dibawahnya.Ketika SMA aku tidak pernah mengenalnya,karena saat itu,aku memang seorang yang pemalu.Namun,mungkin saja dia pernah mendapatiku,karena meski pemalu,aku dulu pernah ditunjuk sebagai seorang ketua ROHIS di sekolahku,dan sering mondar-mandir kekantor,yang kebetulan melewati kelasnya.

Semenjak lulus dari SMA dia meneruskan kuliah di UNDIP semarang,lalu setelah dari Undip dia mengajukan beasiswa ke Malaysia,yakni di Universitas Sains Malaysia,setelah berhasil menamatkan S2-nya,dia masih ingin melanjutkan kuliahnya,dengan jurusan yang sama yakni teknik kimia,di sebuah universitas di Belanda,yakni Universitas Tilburg.

Sudah banyak laki-laki yang datang ingin meminangnya,bahkan yang terakhir ini,seorang pemuda yang sama-sama mendapatkan beasiswa di Universitas tersebut,dia adalah seorang dokter muda,dan mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan S2nya.Dia mengajukan pinangannya kepadanya saat dia berada di Belanda.Sebelumnya dia tidak pernah tahu menahu tentang pemuda ini.

Dokter muda ini,adalah seorang alumni dari UGM yang ternyata,sungguh diluar dugaan,dia adalah kekasih dari adiknya sendiri,yang saat itu juga sedang kuliah di UGM.

Dia tahu karena adiknya yang berterus terang kepadanya,setelah dia diputuskan oleh dokter muda itu.

Mungkin saja dia merasa bahwa perjalanan cintanya,tak semulus perjalanan cita-citanya.

Yah inilah hidup semuanya adalah pilihan,dan kita selalu diberikan kebebasan dimanakah pilihan hidup kita itu kita jatuhkan.

***

Naila istri keduaku,Alhamdulillah diterima sebagai dosen disalah satu universitas di kota Solo.Sedang istri pertamaku masih tetap bekerja di sebuah Baitul Maal wa Tamwil (BMT) yakni semacam koprasi yang berbasis syariah.Hidup kami masih terasa bahagia,adem ayem.Gunjingan tetangga dan saudaraku lama kelamaan seolah hilang ditelan oleh aroma kebahagiaan kami.

Meski perjalanan kami dalam mengayuh bahtera rumah tangga tak semudah membalikkan telapak tangan,ada banyak tantangan,ada banyak ujian dan cobaan yang selalu datang menerpa.Tapi syukur alhamdulillah kami bisa melewati itu semua dengan baik.

Di bulan kedua kami mulai mendapati riak-riak yang mulai menggoyang bahtera kami.Faktor dari dalam keluarga,masalah tempat tinggal seringkali menjadi masalah.Naila seringkali ngambek karena merasa rumahku yang terasa sempit,dan tidak nyaman lagi.

Memang harusnya didalam keluarga yang menjalankan poligami, masalah tempat tinggal istri mereka harus dipisahkan,tidak dijadikan dalam satu atap,karena pasti akan mendatangkan masalah.

Tapi aku sendiri,hanya buruh harian yang tak punya banyak uang dan penghasilan,terkadang aku juga merasakan malu ketika uang yang aku dapatkan tak mampu menjamin hidup mereka.Terkadang kebutuhan keluarga harus dibantu oleh penghasilan istri,yang semuanya bekerja.Dan penghasilannya jauh lebih besar dari apa yang aku dapatkan.

Akhirnya diawal bulan ketiga,aku merelakan istriku untuk menempati rumah mewahnya,hasil pemberian dari ayahnya.Dan disanalah aku mulai merasa tidak nyaman dengan dunia Naila,yang sungguh sangat terlalu mewah untukku.

Naila dan keluarganya memang orang yang terpandang dikota kami,ayah mertuaku yang seorang pemilik toko bangunan dan material sukses,yang sekaligus merangkap sebagai ketua takmir masjid agung.Tak cukup itu,ayah mertuaku juga tercatat sebagai pegawai negeri sipil yang bertugas di kantor kabupaten.

Mulai dari soal makan,sampai gaya hidup yang sangat kontras dengan kehidupan kami dahulu bersama Aminah.Aku memang lebih nyaman hidup dalam kesederhanaan,meskipun aku juga tak bisa menyalahkan Naila yang memang sedari awal sudah terbiasa hidup dalam kemewahan.

Berarti memang aku yang harus berupaya mengadaptasi diri.Mencoba belajar hidup dalam kemewahan,meskipun itu suatu hal yang sulit bagiku.

Kerapkali aku harus menahan sakit hati,atau setidaknya kekecewaan karena kelakuan Naila yang kelewat mewah.

Aku merasakan berbeda,hidup dalam dunia yang hatiku berontak,dan tak tahan.Tapi aku tidak mau semudah ini menyerah,aku harus berusaha meyakinkan Naila,dan membujuknya untuk terbiasa hidup dalam kesederhanaan dan tak berlebihan. Meski itu sangat sulit untuk dia terima.

***

Hingga pada suatu pagi,ketika pikiranku begitu kacau dengan sikap Naila,dan aku menjadi sadar bahwa ternyata memang tak mudah untuk melaksanakan poligami,hingga keluarga itu benar-benar utuh,dan bahagia tanpa masalah.Rasanya memang tak pantas jika kemudian aku membanding-bandingkan Naila dengan Aminah istri pertamaku.Sungguh dua karakter yang memang sangat jauh berbeda.Terkadang aku menjadi kasihan dengan Aminah,kenapa aku tega menduakannya.Meskipun rencana poligami ini atas sarannya,tapi rasanya alasanku untuk menduakannya terlalu sederhana.Banyak pasangan hidup didunia ini,meski mereka tak punya keturunan tapi mereka bisa bersama hidup penuh bahagia.Tapi,kenapa aku demikian tega terhadapnya.Cinta yang dahulu pernah melanda hatiku rasanya sudah tak berkuasa jika dihadapkan pada kenyataan yang ternyata jauh dengan apa yang kita bayangkan.Cintaku pada Naila,mungkin hanya sebatas pada rasa kagum,dan terlalu terburu-buru jika aku menafsirkan menjadi cinta yang suci.Dan kini rasanya sulit jika rasa kagum itu akan berubah menjadi cinta atau lebih jauh lagi,yakni rasa sayang.

Perasaan cinta dan sayangku memang sudah terambil semua oleh Aminah,dan akupun juga terlihat sulit membaginya dengan yang lain.Sikapnya,cara pandang hidupnya,kesederhanaanya,kesetiannya,kesabarannya,rasanya sudah cukup untuk mengisi pundi-pundi hatiku untuk menjatuhkan cinta dan sayangku padanya.Meski dari tampilan wajah,gelar pendidikan,status sosialnya,Aminah memang tak sebanding dengan Naila.Tapi jika keluarga itu dibangun hanya dasar rasa kekaguman,maka yang ada hanya kekecewaan.

Pagi itu,aku mengendarai motor,dengan sejuta perasaan yang sangat tak menentu.Ah..rasanya aku ingin mengakhiri hubunganku dengan Naila,tapi aku tidak mau jika aku disebut-sebut hanya mempermainkan perasaan wanita.Aku masih ingin mempertahankan keluarga baruku ini,dan aku yakin Allah pasti memberikan yang terbaik untuk keluargaku.

Tiba-tiba,dari arah yang berlawanan meluncur mobil pick up yang melaju dengan sangat kencang.Dan jalannya yang ugal-ugalan,ingin mendahului kendaraan yang ada didepannya.Jalan yang aku lalui ini terlalu sempit untuk simpangan mobil,maka jalur yang aku lalui telah termakan oleh mobil tak sabaran itu.

Dan peristiwa yang tak sanggup aku cegah

“Guubrrrraaakkkk,pyaaaaaarrrrr…….srrrreeeeeeetttttt…,”aku tak sadarkan diri,duniaku terasa gelap.

Dokter memvonis bahwa kakiku mengalami cacat permanent,dan sulit untuk bisa sembuh seperti sedia kala.Aku hanya bisa berpasrah diri,inilah jalan yang diberikan Allah untukku,semenjak Desember tahun lalu,selama hamper 1 bulan aku dirawat dirumah sakit patah tulang RS Ortophedi Dr.Suharso Solo,dan ini pulalah yang menjadi jalan atas jawaban doaku selama ini.

Aminah istri pertamaku selalu setia menungguiku,merawatku dengan penuh kesabaran,meski dia masih bekerja,tapi dia tak pernah merasa jenuh untuk setiap berangkat dan pulang dari rumah sakit ketempat kerjanya.Seringkali air mataku takkuasa kutahan,ketika menyaksikan betapa penuh sabarnya dia melayaniku,memang dialah istri terbaik yang pernah aku miliki didunia ini.

Sedangkan Naila,selama satu bulan aku dirawat di rumah sakit,Naila hanya beberapa kali saja menjenguk dan menungguiku,dia sibuk dengan pekerjaannya sebagai dosen,padahal jarak rumah sakit dengan tempatnya mengajar tak seberapa jauh.Apakah ini tanda bahwa Allah sedang memperlihatkan tanda-tanda kebesaranNya dalam menjawab doaku.

Setelah rada mendingan,aku dibawa pulang kerumahku,rumah yang selama ini sudah banyak melukiskan kenangan hidupku bersama Aminah.Rumah yang telah banyak meninggalkan kebahagiaan dan kedukaan,dalam merajut hari-hari penuh kesulitan.Dan rumah yang masih saja terlihat rapi,karena hasil perwatan Aminah.Aku seolah telah kembali dari perntauan yang teramat jauh.Aku begitu tersadar dan terhenyak,inilah hidup yang akan ku jalani.

***

Dilain cerita Naila,telah sudah banyak berubah.Ternyata diam-diam dia menjalin hubungan dengan temannya seorang dosen master ditempatnya mengajar.Aku seolah tak percaya melihat kenyataan ini,tapi benar Tuhan telah memperlihatkan jawabnnya,suatu hari ketika aku sedang control di rumah sakit,untuk mengetahui perkembangan kesembuhan kakiku,aku dibonceng oleh Aminah menggunakan motor butut,hasil jerih payah kami berdua.

Pas dipersimpangan jalan dekat dengan rumah sakit,ketika lampu dalam keadaan merah,aku mencuri-curi pandang,dan sungguh terkejutnya aku,aku menangkap wajah Naila,didalam mobil sedan warna hitam metalik,aku tahu betul bahwa itu adalah Naila,dengan warna jilbabnya,dandanannya,benar tidak salah lagi,itu adalah Naila,aku ingin turun dan menghampirinya,tapi itu tidak mungkin karena kakiku masih belum bisa kugunakan untuk berjalan.

Akhirnya aku harus menahan air mata,dan amarah.Kenapa kisah keluargaku harus berakhir seperti ini.Aku ingin memberitahukan kepada Aminah,tapi aku ingin menjaga perasaanya.

***

Sepulang,didalam perjalanan aku masih menahan amarahku itu,dan ingin mengintrogasi Naila,siapakah lelaki yang bersamanya tadi didalam mobil.Aku yakin ada suaatu hal yang tidak beres sedang terjadi.

Sesampainya Naila pulang,dan memang sengaja aku mengirimkan sms kepadanya untuk datang menjengukku,di rumahku,dan tanpa basa-basi aku langsung menanyakan kepadanya,dan jawabnnya sungguh diluar dugaan..

Benar Naila jujur mengakui perbuatannya,bahwa dia sebenarnya sudah merasa bosan dengan menjadi istri keduaku.Di tambah lagi sekarang aku telah cacat permanent,dia merasa malu memliki suami sepertiku.

Dan disaat itu pulalah ku putuskan agar Naila mencari kebahagiaannya bersama lelaki pilihannya.

Tepat ditanggal 11 Januari 2012,aku menjatuhkan talak tiga untukknya,dan resmilah kami bercerai,

Akhirnya kebahgiaan yang selama ini aku cari telah kumiliki dengan utuh.Aminah istriku yang akan selalu ku cintai dan ku sayangi selalu dan selamanya.

Meski kami tidak mempunyai keturunan,tapi kami sudah merasa cukup bahagia melewati hidup yang hanya sebuah pergiliran ini.

Selesai sudah cerita ini

Semoga tidak bosan membacanya

=================

Dari tepian kota Jakarta

Sabtu,14 Januari 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun