Gegap gempita 10 november tahun yang silam,engkau merengkuh kami dalam hangatnya dekapanmu.
Ketika langit bumi rantau begitu mendung menggantung,
ketika matahari enggan membagi sinarnya,
ketika udara dingin hutan belantara menggigit tulang belulang.
Ketika nafas begitu sesak menapaki tanah nan asing,lagi mengharukan.
Tapanuli Selatan,tanah dulu engkau menapaki jejak perjuangan,
memilih berpisah dengan hangatnya dekapan tanah kelahiran,membawa segenggam harapan,
untuk kami anak-anakmu,agar hidup tak berkesusahan.
Meski kini,sudah 20 tahun lebih berlalu waktu suram itu
Engkau tetap saja harus bertaruh luka,berpeluh darah,berderai air mata.
Lipatan kerut keningmu,adalah gambaran perjuangan yang tak pernah berkesudahan
Di balut kepedihan,dan semangat bertahan demi melihat kami anak-anakmu tumbuh bernas
Namun Engkau tetap saja kian merunduk
Bagai padi yang kian menguning,keberatan memikul beban
Tak ada yang bisa Engkau tuai,karena tanganmu kini telah begitu lemah
Linangan Air matamu,adalah mutiara yang bertebaran
Keriput tulang pipimu adalah sebuah isyarat
Maafkan kami,jika belum bisa membahagiakanmu,
Menyeka airmatamu,meneduhkan pandangan matamu,
Mendamaikan jiwamu,menentramkan hatimu,
Tapi di hari pahlawan ini,ingin ku mencatatkan namamu.
Dalam tinta emas yang terkira nilainya.Bahwa Engkaulah Pahlawan Sejatiku..
=========================
Mengenang Perjuangan Ibu tercinta..
Sudut bumi Allah,09 november 2011
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H