Mohon tunggu...
Ahmad Muhaimin Alfarisy
Ahmad Muhaimin Alfarisy Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

I Love Bread

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Peminta-Minta Tolong di Sekitaran Kampus. Beneran atau Penipu yaa ?

16 Juni 2014   16:43 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:31 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14028865602058332703

Ketika mengemis sudah barang tentu akan terkesan menghinakan diri, maka dengan berpura-pura menjadi peminta tolong dengan beragam alasan terlihat jauh lebih bergengsi. Padahal hakikatnya sangat berbeda. Uang yang didapatkan dari hasil mengemis adalah halal meskipun ia barang yang hina, dan adalah sebuah keniscayaan akan membuat ia terhina. Akan tetapi uang yang didapatkan dari menipu adalah uang yang haram yang tidak halal untuk dimanfaatkan, yang darah dan daging yang tumbuh darinya adalah haram. Dalam hal ini saya tidak mengatakan bahwa lebih baik menjadi pengemis ketimbang menjadi penipu, karena keduanya tetaplah pekerjaan yang hina, dan perbedan anatar keduanya di zaman ini sangatlah tipis mengingat sangat banyak juga pengemis yang menipu.

Salah seorang komentator lalu menanggapi untuk tetap membantu orang-orang semacam itu. Urusan benar atau tidak, itu adalah urusan dia dengan Alloh tabaaroka wa ta’ala, yang penting adalah sikap kita untuk mendahulukan berhusnudzon, berbaik sangka, tuturnya. Sebagian lagi menyarankan jika menemukan kasus demikian lagi, untuk meniatkannya hanya untuk bershodaqoh jika memang sedang punya kelebihan uang. Jika tidak, ya apa boleh buat. Dengan itu, mudah-mudahan Alloh ganti dengan yang lebih baik.

Secara umum saya sepakat dengan rekan-rekan yang memberikan saran di atas. Akan tetapi di sisi lain kita juga bertanggungjawab untuk mengurangi semakin bertambahnya jumlah penipu semacam ini. Jika memang berniat bershodaqoh, maka perhatikanlah baik-baik, apakah ia benar-benar jujur dengan apa yang dikatakannya. Jika iya, maka wajib bagi kita membantunya. Jika tidak, yakinkan diri sekali lagi apakah ia penipu atau bukan. Misalnya dengan mengajak ia ke Pos Polisi terdekat dan meminta bantuan di sana. Atau mengantarnya menuju kantor Badan Amil Zakat terdekat, misalnya jika anda menemukannya di sekitaran kampus UGM, lembaga zakat terdekat ada di Masjid Kampus UGM. Biasanya jika sudah diperlakukan semacam ini, akan terlihat yang mana di antara mereka yang berbohong, dan yang mana jujur dengan pengakuannya. Penipu akan enggan di bawa ke Lembaga Zakat atau kantor Polisi. Sedang yang jujur cenderung akan mau. Apalagi ditemani mahasiswa, yang InsyaAlloh jago bicara. Hehe

Saya rasa itu.

Nah, sekarang, apakah anda pernah menemukan yang semacam ini ? Apa yang anda lakukan sejauh ini ? Dan apakah anda punya trik jitu untuk mengatasi kasus yang serupa, atau mengenali manakah yang penipu dan yang bukan? Mohon berbagi yah jika berkenan : )
———————–
Pojok Kamar Bercat Biru, Karang Asem, Caturtunggal, Sleman
Senin, 16 Juni 2014. 07:06
Ahmad Muhaimin Alfarisy

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun