Mohon tunggu...
Ahmad Mubarak
Ahmad Mubarak Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Forum Intelektual Muda

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Jaringan Islam Liberal, Langkah Maju dalam Pembahuruan Islam

28 Januari 2015   09:45 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:14 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dewasa ini Islam bergoncang begitu hebat. Kemunduran peradabaan,kering pemikiran-pemikiran kontemporer,sikap mental apologia,budaya reaksioner, dan sebagainya adalah fakta-fakya yang harus kita terima dengan hati terbuka.

Namun harapan sedikit muncul ketika Jaringan Islam Liberal (JIL) mulai menyedot para intelektual-intelektual muslim khususnya bagi mereka yang menginginkan pembaharuan-pembaharuan islam.

JIL ini digagas oleh Goenawan Moehamad. Seorang penulis,penyair,wartawan dan intelektual serba bisa. Lalu JIL mulau berkembang semenjak tokoh fenomenal seperti Nurcholis Majid,Ahmad Wahib,Djohan EFFendi sampai Gus Dur menyerukan keinginan yang sama dalam langkah pembaharuan umat muslim.

Alasan berdirinya JIL disebabkan oleh situasi-kondisi zaman modern yang menuntut Islam mulai mengejar ketertinggalannya selama berabad-abad. Adapun menurut mereka penyebab-penyebab mundurnya Islam ialah kurangnya sikap rasionalitas dan keilmuan yang ada pada umat muslim sehingga ajaran Islam dinilai oleh berbagai kalangan sebagai ajaran abad 6 yang sudah usang serta tidak lagi relevan dengan kondisi sekarang.

Serangan ini dijawab oleh JIL dengan agenda pembaharuan antara lain (1) Menafsirkan ulang ajaran-ajaran yang sudah ada tetapi dengan cara yang berbeda yaitu menafsirkan bukan pada konsep tekstual melainkan kontekstual. Dengan asumsi bahwa hadist Nabi Muhammad SAW  dilatarbelakangi oleh faktor-faktor sosiologis,psikologis,antropolgi,sejarahdan lain-lain pada kondisi zaman beliau hidup.Akan tetapi jika kita gunakan dalam waktu ke-kinian, ajaran-ajarannya tidak relevan. Melalui penggalian ajaran berdasarkan konteks,diharapkan kita mampu menangkap essensi ajaran nabi lalu kita revisi sesuai situasi-kondisi sekarang tanpa merubah garis besarnya (2) Universalitas harus ada pada diri umat muslim. Islam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur manusia dengan menghargai HAM serta  pluralisme (3) Pada hakikatnya semua agama mempunyai arah dan tujuan yang sama. Untuk itu umat muslim harus mengurangi pengklaiman kebenaran berlebih terhadap agama-agama lain dan masih banyak lagi ajarannya yang tak bisa saya jabarkan satu-persatu.

Akan tetap, langkah positif ini bukan tanpa halagan. Penentangan besar-besaran atas JIL datang dari berbagai sudut yang sebagian besar berasal dari ulama-ulama dan tokoh-tokoh islam ortodok-tradisionalis. Dan sudah pasti aliran Islam-fundamentalis semisal FPI juga menentangnya.

JIS sendiri menurut saya bisa disejajarkan dengan pemisahan Kaum Protestan dengan Katolik Roma yang dimotori oleh Marthin Luther pada abad pencerahan di eropa.  Bedanya umat Katolik Roma akhirnya bersikap demokratis sementara JIL sendiri sampai sekarang ditentang habis-habisan. Tidak mengherankan apabila pada dasarnya Islam tidak akrab dengan kata "demokratis",hal ini bisa kita saksikan bagaimana kaum Sunni dan Syiah dari dahulu sampai sekarang konsisten berperang. Dua kubu tersebut terus-menerus menentangkan perbedaan diantara keduanya.

JIL melihat sejarah Islam seperti Sunni dan Syiah sebagai contoh bahwa sikap demokratis harus mulai dijadikan pedoman hidup umat muslim sekarang. Agenda kecil namun begitu sulit bagi umat muslim pada umunya.

Apa yang digagas oleh JIL membuat saya sedikit optimis Islam akan kembali berjaya seperti di zaman Dinasti Abbasiyah ( abad 8). Dimana ketika itu Islam bisa diangga paling modern dari sektor apapun. Juga sikap demokratis bisa dijalankan dengan stabil sebelum bangsa mongol menghancurkan semuanya tanpa sisa.

Saya selalu katakan Islam sendiri sampai sekarang miskin peradaban,kebudayaan maupun pembaharuan. Andaikata seorang muslim hidup penuh totalitas Islamisasi,maka ia seperti manusia abad 6 yang tinggal diabad 21. Karena apa yang sekarang kita rasakan,lihat dan lakukan semuanya hampir sepenuhnya produk-produk barat atau non-islam. Katakanlah seperti sains,teknologi,paham-paham,ideologi, ilmu pengetahuan,budaya, seni dan lain-lain.

Harapan saya JIL lambat-laun tapi pasti akan merubah pola-pola pikir maupun sikap-sikap mental  umat muslim lebih demokratis,rasional,visioner,kreatif serta berpijak pada zaman sekarang.

Mengutip perkataan Ahmad Wahib dalam bukunya " Pergolakan Pemikiran Islam", "....bahwa Islam bukan lah agama yang sempurna,melainkan melalui ijtihad-ijtihad umat muslim,Islam akan menjadi agama yang sempurna."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun